Mongabay.co.id

Berpacu dengan Waktu, Penyelamatan Badak Sumatera Jangan Ditunda

Badak sumatera. Foto: Rhett Butler/Mongabay Indonesia

 

 

Upaya penyelamatan badak sumatera yang kondisinya kritis, harus cepat dilakukan. Jumlahnya yang tidak lebih dari 100 individu, tersebar dalam populasi kecil yang terpisah, hingga ancaman perburuan yang masih terjadi, merupakan sejumlah permasalahan kehidupan yang dialami satwa bercula dua ini.

Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati [KKH], Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya [KSDAE], KLHK, kepada Mongabay saat berada di Barumun Nagari Wildlife Centuary [BNWS] mengatakan, badak sumatera merupakan mamalia besar yang statusnya Kritis [Critically Endangered] atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar.

Sifatnya yang soliter, membuatnya susah berkembang biak karena sulit bertemu dengan pasangannya. “Jumlahnya yang sedikit makin terancam dengan adanya perburuan cula yang diperdagangkan di pasara gelap,” terangnya baru-baru ini.

Terkait upaya pencegahan penyeludupan cula badak ke luar negeri melalui bandara dan jalur laut, pihaknya tengah menyusun rancangan undang-undang karantina. Ada tiga otoritas dalam rancangan itu, custom, imigrasi, dan karantina.

“Kami mengusahakan memiliki kewenangan masuk dan memantau dari sisi konservasi di pelabuhan-pelabuhan yang ada,” jelas Indra.

Baca: Trajektori, Bukan Langkah Biasa Penyelamatan Badak Sumatera

 

Badak sumatera yang berada di Taman Nasional Way Kambas. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

 

Direktur Tropical Forest Conservation Action [TFCA] – Sumatera, Samedi mengatakan, khusus penyelamatan badak sumatera, dana yang sudah dikeluarkan sekitar Rp8 miliar. “Kondisi badak sangat menghawatirkan, lebih buruk dari harimau sumatera, gajah sumatera dan orangutan sumatera yang juga terancam punah,” jelasnya.

Samedi menyatakan, melalui skema hutan Indonesia ke Amerika untuk konservasi yang dikelola TFCA – Sumatera, telah disiapkan dana sebesar 42,7 juta Dollar untuk konservasi. Sebanyak 12,7 juta Dollar untuk empat spesies yaitu badak, harimau, gajah, dan orangutan.

“Saat ini badak sumatera hanya ada di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas, dan Kutai Barat, Kalimantan Timur,” jelasnya.

Baca: Tindakan Darurat Penyelamatan Badak Sumatera Harus Dilakukan

 

Cula badak yang diamankan petugas dari pedagang satwa liar di Sumatera Utara, beberapa waktu lalu. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Samedi mengatakan, soal menjaga habitat badak sumatera, yang harus dilakukan adalah menyelesaikan tata ruang. Ini wajib dibenahi. Ini memang tugas berat dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak.

“Kondisinya darurat, wajib menjadi fokus utama penyelamatan. Meski begitu, untuk harimau, gajah, dan orangutan akan terus dipantau penyelamatannya dari ancaman kepunahan,” ujarnya.

Baca juga: Pentingnya Analisis DNA untuk Perangi Kejahatan Satwa Liar

 

Hutan di Sumatera yang tidak hanya penting bagi kehidupan manusia tetapi juga tempat hidupnya satwa liar. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

 

Identifikasi DNA

Helena Suryadi, Wakil Kepala Laboratorium Forensik Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, pada workshop Perumusan Sistem Jaringan Kerja Sama Forensik Satwa Liar Nasional di Medan, Sumatera Utara [29-30/11/2018] telah menyatakan, pihaknya sudah melakukan pemetaan DNA. Terutama badak jawa di Ujung Kulon dan badak sumatera di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan [TNBBS]. “Target berikutnya adalah, pemetaan DNA badak sumatera di Taman Nasional Gunung Leuser [TNGL].”

Helena mengatakan, jika ditemukan cula badak di Jakarta atau daerah lain, bisa dilakukan pengecekan DNA. Jika ada kesamaan dengan individu badak yang sudah pernah diperiksa, akan diketahui apakah cula badak ini berasal dari badak di Ujung Kulon atau Sumaetera.

 

 

Helena melanjutkan, dari hampir 10 sampel cula badak yang dianalisis hasil kejahatan, tidak satupun yang setelah diperiksa di Laboratorium Forensik Lembaga Biologi Molekuler Eijkman merupakan cula badak. Walau bentuknya mirip, ternyata tanduk kerbau air.

“Tangkapan penyidik yang diduga cula badak, setelah tes DNA ternyata bukan. Selain badak, kami sudah mampu mengidentifikasi gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo dan Taman Nasional Way Kambas,” ujarnya.

Helena menyatakan, semua bentuk catatan merupakan bukti asli, termaksud laporan. Segala bentuk perubahan, penghapusan, dan kesalahan dicatat. Bahasa akurat, kalimat singkat, struktur logis.

“Semua ini penting untuk membuktikan sebuah kasus di pengadilan. Ketika hasil uji DNA selesai, semua dilampirkan ke penyidik atau pihak lain yang berkepentingan,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version