Mongabay.co.id

Duyung Terdampar di Perairan Likupang Barat, Bagaimana Nasibnya?

 

Seorang warga menemukan duyung (Dugong dugon) terdampar di perairan Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, tepatnya di Desa Bahoi, pada Sabtu (29/3/2019) pagi, sekitar pukul 06.00 WITA.

Duyung yang berukuran sekitar 2,6 meter ini merupakan mamalia laut dilindungi sesuai Peraturan Menteri LHK No.P.92/2018 tentang tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi dan masuk dalam dalam daftar merah IUCN berkategori rentan (vulnerable).

Bagaimana kondisinya?

Freky Lahamendu, adalah warga Desa Bahoi yang pertama kali menemukan dugong yang terdampar ketika akan pergi mencari ikan.  “Pagi ini saya akan melaut untuk mencari ikan dan menemukan dugong terdampar. Namun saya tidak memperhatikan dengan seksama bagaimana kondisinya,” kata Freky.

baca :  Warga Seram Potong-potong Dugong Mati Terdampar, untuk Konsumsi?

 

Seorang warga menemukan duyung (Dugong dugon) terdampar di perairan Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, tepatnya di Desa Bahoi, pada Sabtu (29/3/2019) pagi. Foto : Ami Raini/ Yapeka/Mongabay Indonesia

 

Kemudian Freky bertemu dengan Dolfiance Lahading, salah satu Tim Yapeka yang sedang melakukan pendataan keanekaragaman hayati. Dolfiance kemudian berinisiatif melaporkan ke Daud Dalero Kepala Desa Bahoi dan Ami Raini Putriraya North Sulawesi Site ManagerYapeka, yang sedang berada di Desa Bahoi, Likupang Barat.

Setelah dicek, dugong yang terdampar tersebut sudah dalam kondisi mati (kode 2). “Kami melihat dari dekat kondisi dugong, ternyata sudah mati. Penyebab kematian ini belum diketahui dan saat ditemukan dugong tersebut mengeluarkan darah dari hidungnya,” kata Ami kepada Mongabay-Indonesia.

Mereka kemudian menghubungi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar wilayah/Satker Manado guna penanganan lebih lanjut. Dikarenakan dugong mati kondisi fisiknya terlihat baik, maka perlu dilakukan langkah lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kematian dugong ini melalui otopsi.

Pihak BPSPL lalu menangani dugong tersebut dan berkoordinasi dengan LIPI untuk mengetahui penyebab kematian. “Kami melakukan pengukuran morfometrik, ujung ekor sampai kepala, jenis kelamin (jantan). Selanjutnya dugong dilihat isi lambung dan usus.  Hasilnya, tidak ditemukan plastik karena dugaan awal kemungkinan menelan pastik tapi ternyata tidak.  Sampel yang diambil berupa daging, lemak, dan hati untuk untuk ditindaklanjuti dengan uji laboratorium,” kata Muhamad Yasir, BPSPL Koordinator Satker Manado.

baca juga :  Miris…Dugong Mati Terdampar di Polman, Malah Dijual untuk Konsumsi

 

Seekor duyung (Dugong dugon) ditemukan terdampar mati di perairan Desa Bahoi, Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada Sabtu (29/3/2019) pagi. Foto : Ami Raini/ Yapeka/Mongabay Indonesia

 

Dugong berukuran panjang 2,6 meter itu akhirnya dikuburkan sekitar 600 meter dari lokasi penemuan. Dan pada akhirnya nanti, bangkai dugong tersebut dapat diambil tulang belulangnya sebagai sarana edukasi.

Kepala BPSPL Makassar, Andry Indryasworo yang dihubungi Mongabay-Indonesia pada Sabtu (30/3/2019) mengatakan pihaknya berkoordinasi lebih lanjut dengan tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan LIPI untuk mengetahui penyebab kematian melalui sampel yang telah diambil dari dugong itu. Dari kejadian tersebut, Andry berharap dibentuknya tim dokter hewan (flying veteriner) untuk merespon setiap kejadian mamalia terdampar di Indonesia.

menarik dibaca :  Kisah Pilu Evakuasi Duyung di Sulawesi Utara

 

Seekor duyung (Dugong dugon) ditemukan terdampar mati (kode 2) di perairan Desa Bahoi, Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada Sabtu (29/3/2019) pagi. Foto : Donna Kwan/CMS Dugong MOU/Mongabay Indonesia

 

Tantangan Perlindungan

Kematian dugong ini mengindikasikan makin diperlukan upaya komprehensif agar dugong hidup aman di habitatnya. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Brahmantya Satyamurti Poerwadi pada saat membuka Simposium Duyung dan Lamun II di Jakarta, Rabu (21/11/2018) mengatakan keberadaan duyung di perairan Indonesia memperlukan perhatian semua orang, karena populasiya dari waktu ke waktu semakin menurun.

Salah satu dukungan internasional terhadap konservasi dugong dan habitatnya adalah dengan program International Climate Initiatative (IKI) Project dari UNEP dan GEF melalui kerja sama Conservation and Management of Dugongs (Dugong dugon) and their Habitats throughout their Range.

Secara terpisah, Donna Kwan, Programme Officer CMS Dugong tersebut kepada Mongabay-Indonesia menyampaikan penting duyung bagi ekosistem. Salah satu lokasi penting untuk dugong di Indonesia adalah di Sulawesi Utara.

“Program ini bertujuan untuk monitoring dan perlindungan dugong serta habitatnya (lamun) dan masyarakat di sekitarnya,” ungkap Donna. Indonesia salah satu lokasi dari beberapa negara yang penting bagi dugong sehingga kegiatan tersebut menggandeng beberapa mitra strategis seperti Yapeka, serta pihak lainnya.

perlu dibaca :  Seperti Apa Rencana Aksi Nasional untuk Penyelamatan Duyung dan Lamun?

 

Seekor duyung (Dugong dugon) ditemukan terdampar mati (kode 2) dengan mata dan hidung yang mengeluarkan darah. Foto : Donna Kwan/CMS Dugong MOU/Mongabay Indonesia

 

Terkait dengan kematian dugong di Desa Bahoi, Likupang Barat tersebut menurut Donna Kwan perlu dilihat lebih lanjut. “Kondisi fisik cukup bagus, perlu di cek lebih mendalam terutama kondisi isi perut agar dapat diketahui dengan pasti penyebab kematiannya,” ungkap Donna.

Karena pentingnya perlindungan dugong ini, diharapkan kejadian ini tidak terulang. Membutuhkan dukungan semua pihak agar kehidupan serta habitatnya terus lestari. Kejadian harusnya menjadi pembelajaran bersama peran para pihak, termasuk masyarakat sangat penting.

 

Exit mobile version