Mongabay.co.id

Seberapa Bangga Anda pada Badak Sumatera?

 

 

***

Baca tulisan sebelumnya:

Tindakan Darurat Penyelamatan Badak Sumatera Harus Dilakukan

Jangan Pernah Menyerah, Menyelamatkan Badak Sumatera di Kalimantan Timur

***

 

Anda pernah melihat badak sumatera? Seberapa bangga Anda pada satwa yang telah hidup di muka Bumi sejak 20 juta tahun silam ini?

Badak sumatera dengan nama ilmiah Dicerorhinus sumatrensis, diberikan oleh seorang ahli tata-nama Johann Fischer von Waldheim pada 1814. Nama ini sesuai kaidah yang ditetapkan oleh Linaeus, 1735, yang specimen [contoh] individu opsetan [taxidermy] diperoleh dari Pulau Sumatera.

Nama Dicerorhinus sumatrensis dianggap paling tepat dan tetap dipertahankan meski pernah ada pergantian. Sebut saja Ceratorhinus sumatrensis [sumatranus], Didermocerus sumatrensis [sumatranus], Rhinoceros lasioti, Ceratorhinus crosii, Ceratorhinus niger, dan Cerathorhinus blythii.

 

Badak sumatera, seberapa besar kepedulian Anda pada upaya penyelamatan satwa terancam punah ini? Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Dalam Bahasa Inggris, badak bercula dua ini sebutannya Sumatran Rhino. Dipanggil juga hairy rhino karena rambutnya yang lebat; khususnya bagian punggung, perut bawah, ujung ekor, dan ujung daun telinga.

Jenis satwa ini masuk dalam keluarga Rhinoceratidae, marga Dicerorhinus. Badak sumatera memiliki tiga sub-jenis yang terpisah secara geografis. Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis tersebar di Sumatera, Semenanjung Malaysia, dan Thailand. D.s. lasiotis ditemukan di Kamboja, Vietnam dan Buthan. Sementara D.s. harrisonni masih dijumpai keberadaanya di Kalimantan Timur.

Di Malaysia, panggilannya badak kerbau karena badannya yang mirip kerbau. Ukuran tubuhnya memang tidak berbeda jauh dengan kerbau, rata-rata 700-800 kg, meski ada yang berat badannya lebih dari satu ton. Sementara, badak sumatera di Kalimantan ukuran tubuhnya lebih kecil, rata-rata 500-600 kg. Julukan lainnya adalah badak sumbu, karena culanya mirip sumbu lampu.

Sementara di Nepal, disebut gaida, namun tidak ada sejarah badak sumatera pernah hidup di sana. Badak yang hidup di Nepal adalah badak india [Rhinoceros unicornis], hanya satu cula seperti halnya badak jawa [sondaicus Desmarest, 1822].

 

Harapan, badak sumatera kelahiran Cincinnati Zoo, Ohio, Amerika, 27 Mei 2007, yang sejak 2 November 2015 sudah berada di SRS Way Kambas, Lampung. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Satu-satunya

Badak sumatera merupakan satu dari lima spesies badak tersisa di dunia, satu-satunya spesies dari marga Dicerorhinus. Meski berstatus badak terkecil, namun tergolong mamalia besar bersama gajah dan tapir.

Tingginya 112-145 cm sampai pundak, dengan panjang keseluruhan tubuh dan kepala 2,36-3,18 m, serta panjang ekornya 35-70 cm. Beratnya, berkisar 500 sampai 1.000 kg, dengan rata-rata 700-800 kg. Meskipun, ada suatu catatan sebuah spesimen dengan berat 2.000 kg.

Sebagaimana dua spesies badak afrika [Ceratotherium simum, badak putih; dan Diceros bicornis, badak hitam], badak sumatera memiliki dua cula. Cula pada hidung biasanya lebih besar, berukuran 15-25 cm. Sedangkan cula kedua, berbentuk seperti sebuah pangkal. Sebagian besar tubuh badak sumatera diselimuti rambut berwarna cokelat kemerahan.

Spesies ini pernah menghuni hutan hujan dataran rendah, rawa, dan hutan pegunungan. Dahulu, persebarannya ada di India, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Tiongkok. Kala itu, badak sumatera hidup di bagian barat daya Tiongkok, khususnya di Sichuan.

 

Hutan Sumatera yang tidak hanya penting bagi kehidupan manusia tetapi juga tempat hidupnya satwa liar. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Kini, kondisinya Kritis [Critically endangered], atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar. Ruang hidupnya juga hanya berada di empat bentang alam, tiga di Sumatera [Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas] serta dan satu di Kalimantan Timur [Kutai Barat].

Jumlahnya sulit ditentukan secara pasti, karena sifatnya yang penyendiri [soliter]. Cara berkomunikasinya ditandai dengan memelintir pohon kecil hingga membentuk pola, dan meninggalkan kotorannya.

Saat ini, diperkirakan jumlahnya kurang dari 100 individu. Salah satu kantong populasi di Sumatera, Taman Nasional Kerinci Seblat, pada 2011 dinyatakan punah. Di Semenanjung Malaysia, bahkan benar-benar dinyatakan punah di alam liar.

Sementara, khusus badak yang berada di Sumatran Rhino Sanctuary [SRS] atau Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas [TNWK], Lampung, ada 7 individu. Dua anak badak lahir di sana, Andatu [jantan] dan Delilah [betina].

 

 

Penyelamatan

Upaya penyelamatan badak sumatera di alam liar sangat diutamakan dengan pelaksanaan Tindakan Darurat. Terutama, untuk kantong habitat yang populasinya kurang dari 15 individu. Badak-badak tersebut harus dilacak, ditangkap, lalu diselamatkan ke SRS.

Awal 2019, akan dibangun SRS di Aceh, Kawasan Ekosistem Leuser [KEL]. SRS di Aceh akan menampung dan menyelamatkan badak yang populasinya sangat rendah di wilayah Aceh Timur. Bagaimana nasib badak yang berada di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan? Sejak 2017, ditenggarai populasinya kurang dari 15 individu, untuk itu akan segera diselamatkan ke SRS, TNWK.

Untuk badak sumatera yang ada Kalimantan Timur, khususnya di Kantong Habitat 1, Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu, akan dilacak, ditangkap dan diselamatkan ke SRS di Hutan Lindung Kelian Lestari [HLKL].

Tindakan Darurat Penyelamatan Badak Sumatera ini sesuai Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Badak Sumatera di Indonesia. Dokumen yang sudah ditandatangani oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem [Dirjen KSDAE], Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nomor: SK. 421/KSDAE/SET/KSA.2/12/2018 pada 6 Desember 2018.

Apabila upaya penyelamatan terlambat dilakukan, kepunahan badak sumatera dari muka Bumi akan terjadi, sebagaimana di wilayah jelajahnya dahulu.

 

*Haerudin R. Sadjudin, Peneliti badak senior, lebih 40 tahun terlibat program konservasi badak di Indonesia

 

 

Exit mobile version