Mongabay.co.id

Pemerintah Perlu Segera Susun Rencana Aksi Konservasi Orangutan Tapanuli

Bayi kembar orangutan tapanuli dengan induknya ini terpantau di ekosistem Batang Toru, Sumatera Utara. Foto: YEL-SOCP/Andayani Ginting

Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis), salah satu spesies orangutan langka ini dalam keterancaman.  Habitatnya, hutan Batang Toru, jadi target berbagai kepentingan dari perkebunan sawit, tambang sampai pembangkit listrik air dan lain-lain.

Banyak peneliti datang ke kawasan ekosistem Batang Toru yang berada di tiga kabupaten, yaitu Tapanuli Selatan,Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara, Sumatera Utara, ini banyak mengingatkansoal itu.

Serge A Wich, pakar dan peneliti yang lebih 20 tahun meneliti orangutan inimengatakan, keterancaman populasi orangutan Tapanuli karena pembukaan kawasanbuat produk ekstraksi.

Penurunan populasi orangutan Tapanuli, antara lain, dipengaruhi pembangunantambang emas, PLTA, juga akses jalan, yang dapat memfasilitasi orang berburusatwa terancam punah ini.

Ada Wanda Kuswanda, peneliti utama Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Aek Nauli, menemukan, ada orangutan Tapanuli di kawasan PLTA Batang Toru yang menjauh, karena pembukaan kawasan dengan cara menebang pohon, yang jadi tempat satwa arboreal ini hidup.

Hutan Batang Toru, rumah orangjutan Tapanuli harus diselamatkan dari ancaman kepunahan. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Perlu bikin strategi konservasi

Menyikapi begitu pentingnya orangutan tapanuli ini, Forum KonservasiOrangutan Sumatera (Fokus), menganggap sangat penting bagi KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), untuk memasukkan orangutan Tapanulidalam strategi rencana aksi konservasi (SRAK) penyelamatan orangutan.

Kunadi Oldani, Ketua Fokus,  saatini, SRAK hanya buat orangutan Sumatera dan Kalimantan,  tanpa memasukkan orangutan tapanuli. Padahal,  kera besar ini baru ditemukan dan berbedajenis dari orangutan Kalimantan dan Sumatera. Populasi juga tak lebih 800individu, di dunia hanya ada di ekosistem Batang Toru. Fokus, katanya, telah menyerahkanmasukan SRAK orangutan Tapanuli ke KLHK.

“Sampai sekarang KLHK belum rilis SRAK-nya. Kita terus advokasi agar SRAKorangutan Tapanuli ini bisa segera disusun. Ini spesies yang baru dengan jumlahsedikit. Perlu ada perlindungan serius untuk menjaga agar tak punah.”

Dia berharap, pemerintah memperhatikan kondisi orangutan Tapanuli yangterancam punah karena pembukaan kawasan yang menghancurkan habitat mereka.

Hasil penelitian Wanda menemukan, ada beberapa hal unik tentang orangutan Tapanuliini, sepeti selalu membuat sarang menempel pada batang utama, dengan ketinggian6-25 meter.  

Dari survei dia, ditemukan lima atau delapan orangutan di sekitar kawasan pembukaanlahan untuk proyek PLTA Batang Toru. Dari pemantauan dia, orangutan Tapanuli dilokasi pembukaan proyek bergabung dengan yang lain dan menjauh.

Khawatir orangutan berdampak itu stres, katanya, perlu penanaman pohon pakan dan pembuatan koridor di areal pembukaan kawasan. Wanda belum bisa mengatakan,  pembukaan areal itu menganggu orangutan Tapanuli, sejauh ini belum menemukan orangutan mati di sekitar lokasi.

Land clearing lahan oleh PT. NSHE. Foto: Nanang Sujana

Tindakan menjauh dari wilayah pembukaan lahan itu dia anggap prilaku wajarsebagai sifat alami orangutan. KLHK, katanya, sudah meminta pelaksana proyek,PT PT North Sumatra Hydro Energy (NSHE), segera membangun depot pengayaan di wilayah itu.

Orangutan, katanya, sangat baik terhadap lingkungan, mereka sebagaipenyebar biji-bijan di dalam hutan hingga membantu regenerasi hutan secaraalami.

Untuk itu, katanya, perlu langkah tepat dan cepat menyelamatan walau areapembukaan kawasan untuk proyek PLTA bukan lagi hutan melainkan pohon karet dan tanamanmasyarakat lokal.

Pada ekosistem Batang Toru, hasil penelitian Wanda, setidaknya ada 127tumbuhan pakan orangutan Tapanuli, yaitu,  buah, daun dan umbut. Ada juga madu danserangga, buah Vicus sp, Arthocarpus sp, dan Quercus. ”Ini jenis tumbuhan dan pakan menu orangutan Tapanuli.”

Ada juga tumbuhan lain hasil tanaman warga yang sama-sama jadi konsumsiorangutan juga, seperti durian, jengkol, petai, aren, rotan dan kopi.

Setiap kelas umur orangutan Tapanuli, kata Wanda,  memiliki durasi aktivitas harian berbeda-beda. Tingkat adaptasi orangutan Tapanuli juga cukup tinggi, yaitu,  variasi jenis pakan di dataran tinggi. Waktu makan dan bergerak juga hampir sama, tinggal atau membuat sarang di lahan budidaya masyarakat.

Dia bilang, kepadatan populasi orangutan Tapanuli, sekitar 0,3-1,02 individu per kilometer persegi. Untuk dataran tinggi,  ditemukan pada ketinggian 600-900 mdpl. Pada dataran rendah,  orangutan Tapanuli,  ditemukan di 0,35-0,41 individu perkilometer persegi di sepanjang aliran Sungai Batangtoru atau sekitar proyek NSHE di bawah 400 mdpl.

Tambang yang beroperasi di hutan Sumatera Utara. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version