- Dalam kalender musim 2019 yang tercatat di pangkalan 4, hiu paus hanya sesekali hadir di perairan Botubarani, Gorontalo. Kemunculannya bervariasi. Ada satu ekor dan paling banyak empat ekor. Namun, sejak akhir Maret hingga April, kemunculan Whale Shark semakin rutin, puncaknya diperkirakan Mei dan Juni
- Berbeda dengan paus baleen yang memiliki ciri-ciri khas mamalia, hiu paus termasuk jenis ikan. Walaupun keduanya bertubuh besar, hiu paus tidak bernafas dengan paru-paru melainkan insang
- Monitoring hiu paus dilakukan dengan mencocokan hasil data base photo ID yang ada pada pusat informasi hiu paus. Hasil foto tersebut untuk memastikan apakah pola totol-totol yang ada memiliki persamaan atau perbedaan dengan hasil sebelumnya.
- Selama monitoring hiu paus di Botubarani, belum pernah ditemukan betina. Tidak adanya hiu paus betina tidak serta-merta menyimpulkan tidak ada hiu paus betina di perairan Gorontalo
Selasa, 16 April 2019, pukul 06.00 Wita. Fahri Amar jalan kaki menuju pangkalan 4. Tempat ini merupakan pusat informasi hiu paus di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
Pagi itu masih sepi. Fahri bersiap naik perahu, dibantu Olis Latif, Ketua Kelompok Pengawas Perikanan “Orcha”, kelompok konservasi hiu paus di Desa Botubarani. Dengan perahu kecil, mereka menuju ke titik hiu paus berada yang tidak jauh dari pantai.
Tangan Fahri mulai memercikkan air laut sementara Olis mengetuk dayung ke tubuh perahu. Mereka percaya, suara ketukan perahu adalah cara memanggil hiu paus. Sekitar 15 menit, keduanya balik ke pantai.
“Hiu paus yang muncul dua ekor,” ungkap Fahri.
Baca: Penelitian: Inilah Pola Kemunculan Hiu Paus di Gorontalo
Saat ini memang bukan musim puncak kehadiran Rhincodon typus. Dalam kalender musim 2019 yang tercatat di pangkalan 4, hiu paus hanya sesekali hadir di Botubarani. Kemunculannya bervariasi, satu hingga empat ekor. Namun, sejak akhir Maret hingga April ini, kehadirannya semakin rutin. Biasanya, menetap di Botubarani pada Mei dan Juni.
“Wisatawan luar negeri mulai banyak datang,” ungkap Fahri.
Fahri adalah mahasiswa akhir Politeknik Kelautan dan Perikanan, Bone, Sulawesi Selatan. Ia kuliah praktik di BPSPL [Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut] Makassar, tugasnya penelitian di Botubarani. Fahri datang ke lokasi hiu paus awal Maret 2019, menetap di rumah warga untuk tiga bulan ke depan. Setiap hari ia memantau Whale Shark.
“Kerja saya setiap hari jika hiu paus datang mengambil photo ID untuk identifikasi apakah ada jenis baru atau yang lama. Selain itu, saya mengukur suhu air laut; tiap pagi, siang, dan sore. Pagi ini suhu 30 derajat Celsius,” ungkap Fahri.
Jam menunjukan pukul 07.00 pagi. Sukirman Tilahunga, pegawai negeri sipil pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bone Bolango, datang. Hampir setiap hari, Iman, panggilan akrabnya, banyak bertugas di lokasi hiu paus. Tidak lama berselang, muncul juga sepasang suami istri kebangsaan Prancis dan dua anak kecil mereka.
“Mereka turis yang sudah janjian dengan saya, ingin snorkeling melihat hiu paus,” kata Fahri.
Sebelum wisatawan itu ke laut, Iman memberi instruksi kepada Fahri agar menjelaskan kepada wisatawan itu tata cara berinteraksi dengan hiu paus. Beberapa jam kemudian, rombongan wisatawan asal Belgia, India, dan Prancis berdatangan. Kali ini, Iman yang melakukan briefing.
“Mohon Anda jaga jarak dengan hiu paus. Jika ingin motret jangan menggunakan blitz,” kata Iman dalam Bahasa Inggris.
Baca: Lokasi Wisata Hiu Paus Ini Bertabur Sampah Plastik
Monitoring
Selesai urusan dengan wisatawan, Iman mempersiapkan tali meteran [roll meter]. Hari itu, selain mengambil photo ID, Iman dan Fahri berencana mengukur panjang tubuh hiu paus.
“Saya beruntung. Fahri membantu kerja-kerja saya memantau hiu paus,” ujar Iman.
Dia lalu memakai wetsuit, pakaian khusus penyelam. Tangannya membawa tali meteran dan kamera. Pun dengan Fahri yang lebih dulu berenang. Saya mengikuti mereka dari belakang.
Baru beberapa saat, dua hiu paus menyambut, ukuran besar dan kecil yang berputar di bawah kaki saya. Di atas permukaan air, sebuah perahu membawa tiga wisawatan lokal tampak memberi makan udang kecil.
Baca: Wisata dan Ancaman Kelestarian Hiu Paus di Gorontalo Itu Memang Ada
Iman dan Fahri memanfaatkan situasi itu dengan mengambil photo ID bagian kiri dan kanan hiu paus. Menurut para ahli, hiu paus menggunakan organ penyaring berpori kecil, berupa insang lima pasang. Berbeda dengan paus baleen yang memiliki ciri-ciri khas mamalia, hiu paus termasuk jenis ikan. Walaupun keduanya bertubuh besar, hiu paus tidak bernafas dengan paru-paru melainkan insang.
Tali meteran yang dibawa Iman dipersiapkan. Ketika hiu paus membuka mulut, memakan udang-udang kecil dengan posisi vertikal, Iman langsung menuju ekor dan Fahri berada di bagian kepala.
“Panjangnya 6,60 meter,” kata Iman.
Untuk memastikan akurasi, Iman dan Fahri bergantian mengukur, bertukar posisi. Hasilnya sama. Setelah itu, keduanya mengukur hiu paus yang kecil.
Usai pengukuran, mereka mengumpulkan sampah-sampah plastik yang berada di sekitar hiu paus. Mulai kantong plastik, pembungkus makanan ringan, hingga botol-botol sekali pakai. Sampah dari darat yang terbawa ombak.
Baca juga: Hiu Terbesar Tapi Jinak Dan Bukan Karnivora, Begini 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus
Tiba di darat, Fahri dan Iman mencocokkan hasil photo ID dengan data base di pusat informasi hiu paus. Ini untuk memastikan apakah pola totol-totol yang baru diambil, sama atau berbeda dengan sebelumnya. Di sini, sudah ada 33 photo ID hiu paus.
“Hasilnya, dua hiu paus ini berpotensi indentifikasi baru,” ungkap Iman.
Sementara, hasil pencocokan data yang dilakukan Fahri mengungkapkan hiu paus yang datang tersebut sudah datang sebelumnya dengan kode ID 028, ID 005, ID 032. Namun menurutnya, yang pertama kali datang selama April adalah ID 025. Panjang tubuhnya saat itu 4 meter, setelah diukur lagi sekitar 5 meter.
“Untuk hiu paus 6,60 meter belum teridentifikasi,” ujar Fahri.
https://www.youtube.com/watch?v=Ul5FGbbLPb8&feature=youtu.be&t=76
Tak ada betina
Iman mengatakan, sejauh ini pihaknya belum menemukan hiu paus betina. Dalam buku berjudul Hiu Paus di Botubarani, Gorontalo, [BPSPL Makassar, 2016], dijelaskan memang tidak teridentifikasi hiu paus betina selama riset, namun tidak serta-merta disimpulkan tidak ada di perairan Gorontalo.
Ada beberapa dugaan terhadap kondisi ini. Seperti, memang tidak muncul ke permukaan atau berada di perairan lain. Pergerakan hiu paus yang jauh dan cenderung di kedalaman menjadi landasan dugaan tersebut. Selain itu, komposisi hiu paus pada daerah lain seperti Teluk Cenderawasih dan Kalimantan Timur, berdasarkan penelitian Whale Shark Indonesia dan WWF Indonesia, menunjukkan jumlah betina yang teridentifikasi tidak lebih dari 4 ekor.
Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan individu jantan memiliki perbedaan signifikan, ada 121 di Teluk Cenderawasih dan 34 ekor di Kalimantan Timur. Rasio ini menggambarkan kemunculan individu hiu paus betina tergolong sangat jarang.
Alasan rasio jantan dan betina sangat berbeda belum diketahui pasti. Perilaku hiu paus di kedalaman dengan pergerakan ke perairan makanan tinggi pun, membuat jumlahnya secara akurat pada suatu perairan sulit diketahui.
Alasan lain faktor reproduksi, karena hiu paus betina poliandri yang dapat memiliki 300 embrio dalam perut, meski belum diketahui secara pasti. Riset demi riset hingga kini terus dilakukan oleh peneliti di penjuru dunia untuk memberikan alasan lebih pasti.
Dalam buku tersebut juga dijelaskan, terdapat pergerakan keluar masuk dari individu hiu paus di perairan pantai Botubarani. Satu individu hiu paus yang muncul pagi hari belum tentu datang sore, sebaliknya yang tidak muncul di pagi hari mungkin akan datang sore hari.
Hal tersebut bisa dikaitkan dengan pergerakan hiu paus yang jauh, menuju perairan terdapat makanan. Diduga, individu-individu hiu paus juga bergerak ke perairan lain untuk mencari makan atau aktivitas lain. Faktor persaingan untuk mendapakan makanan di perairan Botubarani pun menjadi salah satu alasan hiu paus bergerak ke tempat lain.