Mongabay.co.id

Langkah Pembenahan Pasca Bencana Sentani, Seperti Apa?

Kali Doyo, yang diapit Perumahan Griya Mandiri dan Perumahan Nauli. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

 

 

Sebulan sudah berlalu banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Perumahan BTN Griya Mandiri Doyo Baru, tampak sepi. Debu beterbangan di gang-gang rumah, sebagian hancur. Truk tampak mondar-mandir mengangkut material batu, kayu dan pasir, keluar dari perumahan. Rumah-rumah ditinggalkan pemilik. Informasi dari satpam, hanya dua keluarga bertahan. Sisanya, di pengungsian.

Perumahan ini terletak tepat di pinggir Kali Doyo. Kali ini mengalir dari kaki Gunung Cycloop, Saat banjir bandang, air membawa pasir, batu dan kayu, menerjang perumahan ini. Rumah-rumah bagian belakang yang berbatasan langsung dengan kali rusak berat. Aliran air sampai atap. Dinding rumah jebol.

Baca juga : Banjir Bandang Sentani 89 Tewas, Ribuan Mengungsi, Apa Penyebab Bencana?

Edi Iskandar, beruntung. Rumah dia terletak di tengah. Saat banjir datang, dia masih sempat menyelamatkan diri. Bersama keluarga, Edi naik ke bubungan rumah. Meski cucu sempat hanyut, namun ditemukan selamat.

Dia  menempati rumah ini sejak 2017. Dia membeli kredit. Dia tak menyangka perumahan ini rawan bencana. Sore hari sebelum kejadian, meski hujan, Edi masih santai menikmati malam minggu sebagaimana biasa.

Banjir bandang baru disadari pukul 21:00 WIT. Air sudah masuk rumah. Bunyi aneh terdengar dari hulu– belakangan diketahui bunyi kayu dan batu besar yang terbawa banjir.

Baca juga: Ketika Banjir Bandang di Sentani Tewaskan Puluhan Orang

Seorang ibu, tetangga depan rumahnya meninggal. Edi menyaksikan sendiri bagaimana air keluar dari rumah menerjang ibu itu hingga hanya tangan terlihat. Sesaat sebelum meninggal, ibu itu menyerahkan anaknya, ke istri Edi untuk diselamatkan.

“Setelah kejadian baru ada cerita dulu pernah ada kayak gini terjadi tapi diprediksi tidak akan terjadi lagi. Pernah banjir tapi tak sampai gini.”

Kini, Edi dan keluarga tinggal di pengungsian. Mereka masih ragu memutuskan kembali ke rumah. Apalagi, tersiar kabar di puncak pegunungan Cycloop, masih ada kolam-kolam alami yang sesekali bisa jebol kalau hujan deras.

Perumahaan memberi keringanan dengan menunda pembayaran hingga enam bulan ke depan. Data posko pusat bantuan bencana banjir bandang meyebutkan, di perumahan ini ada 13 rumah rusak berat, 16 rusak sedang dan 30 rusak ringan.

Guna mencegah banjir susulan terjadi, tampak di bagian belakang perumahan terbangun tanggul dari batu. Petugas pakai eskavator membersihkan sungai yang penuh batu, kayu dan pasir.

Di seberang kali tampak perumahan lain, yaitu perumahan BTN Nauli. Di perumahan ini kerusakan lebih parah, 56 rumah rusat berat, tujuh sedang dan 56 ringan.

Pada beberapa titik lain para petugas terus bekerja membersihkan jalan, aliran kali dan perumahan.

Terianus Ayomi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Jayapura mengatakan, saat ini Dinas PUPR bekerjasama Dinas PUPR Papua dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Papua serta Balai Pengendalianan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) terus membersihkan jalan, pemukiman dan daerah aliran sungai di lokasi bencana.

Pemerintah sudah menetapkan status bencana ini sebagai masa transisi darurat menuju pemulihan.

 

Bangunan yang diterjang banjir di dekat Kali Kemiri. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

 

Pengungsi

Sambodo Samiyana ,Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Jayapura, mengatakan, Pemerintah Jayapura fokus pada penanganan pengungsi baik banjir bandang, maupun luapan Danau Sentani. Data per 14 April 2019, total pengungsi mencapai 6.046 orang atau 1.355 keluarga.

Lokasi terdampak parah dengan tingkat kerusakan infrastruktur dan korban jiwa karena banjir bandang di Distrik Sentani (Kelurahan Hinekombe, Dobonsolo, Sentani Kota, Kampung Yahim dan Kampung Sereh); Distrik Waibu (Kampung Doyo Baru); Distrik Sentani Barat (Kampung Kertosari) ; Distrik Ravenirara (Kampung Yengsu Dosoyo). Ada 106 warga meninggal, 17 hilang, 152 luka berat dan 768 luka-luka.

Ada empat distrik terdampak Danau Sentani, meluap, yaitu Distrik Sentani (Ifale, Yoboi, Kensio, Hobong, Ifar Besar, Yobeh dan Yahim), Distrik Waibu (Kampung Doyo Lama, Kwadeware, Donday, Sosiri dan Yakonde). Lalu, Distrik Ebungfauw (Simporo, Abar, Babrongko, Atamali, Kameyaka, Putali), Distrik Sentani Timur ( Kampung Nolokla, Kampung Asei Kecil, Ayapo, Puay, Yokiwa dan Nendali).

Saat ini, posko penangangan banjir bandang terpusat di 12 titik. Posko penangannan bencana meluapnya Danau Sentani terpusat di satu titik. Pemerintah berupaya menyediakan keperluan pengungsi seperti makanan, air minum bersih hingga layanan kesehatan.

Hunian sementara juga akan dibangun. Saat ini, pemerintah sedang memastikan data pengungsi dan mencari lokasi pembangunan hunian sementara.

“Rencana pembangunan hunian sementara masih mantapkan data. Pengungsi berapa, dari mana saja, betul penduduk sentani atau bukan lalu bagaimana kerusakan rumahnya. Kalau bisa, pulang ke rumah, kecuali yang rumah hancur, hilang, rusak itu akan dibangunkan hunian sementara.”

Adapun data rumah yang rusak sejumlah 3023 rumah. Jumlah itu mencakup rumah KPR rumah, non KPR maupun rumah terendam karena luapan air di Danau Sentani. Sebanyak 1.956 rumah rusak berat, 253 rusak sedang dan 814 rusak ringan.

Kerusakan paling banyak karena luapan air danau. Sebanyak 1.568 rumah di Danau Sentani rusak berat karena terrendam air dalam waktu cukup lama.

Soal rencana relokasi, kata Samiyana, belum masuk bahasan. Yang dilakukan, sebatas penanganan pengungsi, pendataan, berikutnya, pembangunan hunian sementara.

“Relokasi nanti. Kalau memang ada penduduk yang bukan warga sini itu kan gubernur bilang akan direlokasi. Tapi belum.”

 

 

Rumah Rusak di Jalan Sosial, Sentani. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

***

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua menyatakan, kondisi iklim dan geologi merupakan faktor utama penyebab banjir bandang ini.

Edward Sembiring, Kepala BBKSDA Papua, mengatakan, satu minggu sebelum kejadian, tim smart patrol polhut bersama masyarakat mitra polhut mengecek ke hulu di Cycloop. Pengecekan karena laporan mengenai warnai air kali keruh.

“Begitu mereka sampai menemukan ada longsoran menutup aliran sungai kemiri hingga lumpur-lumpur itu turun, kabur (keruh).”

Saat banjir bandang, curah hujan mencapai 114 mm perhari. Tanggul yang terbentuk dari longsoran mencapai titik jenuh dan jebol. Air membawa material longsoran.

Jenis tanah acrsiol dengan tingkat saturasi rendah menyebabkan aliran permukaan tinggi. Hal ini tampak dari pohon-pohon tercabut dengan akar, juga pasir dan batu ikut terbawa.

Edward bilang, gempa juga ikut jadi pendorong karena wilayah ini juga dilalui patahan. Tercatat, ada tiga kali gempa selama 2019, berkekuatan 4,1 SR pada 11 Februari 2019, 5,4 SR pada 16 Februari 2019 dan 3,3 SR pada 15 Maret 2019.

Kemiringngan lereng Cycloop lebih dari 60 hingga mencapai 90 derajat ikut mempercepat laju banjir bandang.

Peryataan BBKSDA Papua, tentang penyebab banjir bandang karena masalah iklim dan geologi sempat ditentang banyak pihak. Sebagaimana muncul di berbagai media, banyak yang berpendapat penyebaba banjir bandang ini karena perambahan bahkan pembalakan liar. BBKSDA membantah.

“Khusus di lokasi banjir bandang, dari awal sudah dijelaskan tak ada pembalakan liar. Ini banyak orang tak terima.”

Kayu yang turun bersama pasir dan batu, katanya, tidak ada yang menunjukkan bekas tebangan. BBKSDA membenarkan, ada perambahan di cagar alam, namun itu bukan penyebab utama. Perambahan, katanya, mempercepat laju banjir bandang.

Hal lain yang memperkuat pernyataan ini banjir bandang di Distrik Ravenirara. Di Distrik Ravenirara, cagar alam masih tak rusak, tetapi banjir bandang dengan karateristik sama.

Chritian Imburi, ahli penginderaan jauh dari UPT Geospasial Universitas Negeri Papua menyatakan, perlu penelitian mendalam dan lengkap terkait kondisi geologi dan geomorfologi di Pegunungan Cycloop.

Struktur Pegunungan Cycloop, sangat kompleks. Selain dilalui patahan, Cycloop memiliki kemiringan lebih 60%. Permukaan pegunungan Cycloop terdapat banyak struktur triangular facet atau permukaan yang berbentuk segitiga.

“Yang paling dominan triangle facet. Intensitas sangat tinggi. Struktur geologi berulang. Di situ kumpulan material bisa batuan, lumpur. Di situ juga daerah tanggul alam.”

Femoneman iklim Inter-Tropical Convergence Zone (ITCZ) atau pertemuan angin antar tropis juga berpengaruh pada curah hujan saat kejadian. Daerah di bawah garis khatulistiwa termasuk Papua dan daerah lain di Indonesia, akan mengalami curah hujan tinggi. Fenomena ITZT diperkirankan berlangsung hingga April.

“Dengan curah hujan tinggi, orang Kehutanan bilang akan terjadi proses infiltrasi. Kalau sudah maksimal artinya tanah sudah jenuh, tanah makin basah akan menumpuk dan meluncur bebas.”

Menimbang struktur geologi Cycloop ini, dan masalah perubahan iklim, perlu penanganan jangka panjang agar peristiwa tak berulang. Masyarakat yang mendiami daerah aliran sungai harus direlokasi, atau setidaknya memodifikasi bangunan. Tata ruang pun harus revisi.

 

Sungai baru terbentuk di samping Gereja Zaitun Bukit Cyclop dan mengalir ke Yonif 751. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

 

Revisi tata ruang

Pemerintah Kabupaten Jayapura, bekerjasama dengan Universitas Cenderawasih Jayapura dan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sedang mengkaji kondisi geologi Pegunungan Cycloop.

Terianus Ayomi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Jayapura mengatakan, pasca bencana, RTRW harus dilihat lagi termasuk struktur penyanggah Cycloop.

“Kita harus dapat data akurat dan valid. Dari 16 lembaga kita kerjasama dengan provinsi dan kementerian. Kita tindaklanjuti dengan pengambilan data dulu supaya konek dengan nota kesepakatan itu,” katanya.

Nota kesepakatan yang dimaksud, nota kesepahaman mengenai pemuluhan cagar alam Cycloop, Danau Sentani dan daerah aliran sungai (DAS) Sentani Tami.

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Jayapura diatur dalam peraturan daerah Nomor 21/2009 tentang RTRW Kabupaten Jayapura, 2008-2028.

Saat ini, katanya, pemerintah terus mengumpulkan data untuk analisis RTRW, selanjutnya revisi.

Serupa disampaikan, Sambodo Samiyana, Kepala Dinas Infokom. Dengan melihat kondisi Cycloop kini, katanya, perlu desain tata ruang baru dan penerapan lebih tegas dari sebelumnya.

“Ini sudah rusak permanen, jadi harus buat tata dan kemudian dibuat aliran-aliran sungainya. Penduduk yang di daerah yang sebenarnya daerah lindung tidak boleh dipakai lagi. Rencananya begitu”

Revisi tata ruang ini juga didukung oleh Kepala BBKSDA Papua. Meski tugas BBKSDA sebatas pada pengelolaan cagar alam, namun Kepala BBKSDA Papua berharap, penataan ruang dalam hal ini daerah aliran sungai menjadi perhatian pemerintah daerah.

“Ini memang bencana alam dan rawan. Bencana seperti ini akan permamnen sehingga penanganan juga harus permanen. Jangan lagi ada pemukiman di alur air. Karena kan prinspi air dia akan cari daerah yang lebih rendah.”

 

Pegunungan Cycloop, tampak dari Pos 7 Sentani. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

Pemulihan Cycloop dan Danau Sentani

Luas Cagar Alam Cycloop, mencapai 31.479,89 hektar. Data BKSDA Papua, menunjukkan daerah terbuka mencapai 2.612 hektar atau 8,3% luas kawasan. Daerah terbuka ini antara lain karena pertanian, pemukiman dan kawasan tak berhutan.

Dengan longsor, luas wilayah terbuka bertambah. BKSDA akan pemulihan dengan penanaman kembali. Karena wilayah cagar alam, maka tak bisa membawa tanaman baru dari luar tetapi endemik kawasan. Wilayah terbuka dengan kemiringan 90 derajat akan dibiar tertutup alami.

“Tim BBKSDA bersama BPDASHL akan turun survei lagi mana lokasi layak ditanami dan tumbuh. Kalau savana tidak bisa karena justru merusak ekosistem. Tim ini akan memvalidasi luas aktual yang bisa ditanam. itu yang kita usulkan ke pusat untuk pemulihan ekosistem.”

Menurut Edward, yang jadi persoalan selama ini cagar alam langsung berbatasan dengan areal penggunaan lain (APL). Sebagai APL, lokasi ini sudah jadi pemukiman, pertambangan hingga pertanian yang memberi tekanan pada cagar alam.

“Harusnya, zona inti kawasan ini berbatasan dengan hutan lindung atau hutan produksi.”

Wilayah APL yang berbatasan langsung dengan Cycloop, sudah jadi hak milik orang, bahkan sudah bersertifikat. Persoalan ini diharapkan masuk dalam rencana revisi tata ruang.

Relokasi, katanya, akan jadi rumit, terlebih aspek sosial. Langkah ini, katanya, mesti diambil guna mencegah peristiwa ini berulang. Mitigasi dan adaptasi juga bisa jadi pilihan lain.

Soal penggunaan Cycloop unutk pertanian, Edward mengakui. Meski luasan kecil namun tetap jadi perhatian BKSDA.

Selama ini, katanya, BKSDA menghindari konflik social akibat perambahan ini.

Edward berharap, pernyataan relokasi oleh Gubernur Papua mesti ditindaklanjuti serius karena selain merusak kawasan, masyarakat juga berpotensi jadi korban bencana kalau berulang.

Cycloop ini jadi role model pengelolaan kawasan konservasi di Papua. Terdapat lima resort pengelolaan kawasan berbasis kearifan lokal. Empat berbasis dewan adat suku dan satu lembaga masyarakat adat.

Hingga kini, danau masih meluap. Danau seluas 104 km2 ini merendam 25 kampung di empat Distrik, yaitu Distrik Sentani, Eungfauw, Waibu dan Sentani Timur. Sebanyak 1.568 rumah rusak berat dan 2.854 warga mengungsi.

Sambodo Samiyana mengatakan, kenaikan volume danau karena curah hujan tinggi. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk menurunkan volume Danau Sentani, harus proses alami.

“Kalau dipaksa takut keseimbangan alam rusak. Jadi, tunggu surut. Kalau mau dibuka kali, bisa kering. Itu tak boleh.”

 

Rumah warga di Distrik Sentani Timur. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

Nota Kesepahaman

Sebelumnya, Rabu 1 April 2019, bertepatan dengan kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo ke lokasi bencana, penandatanganan nota kesepahaman pemulihan Cagar Alam Cycloop, Danau Sentani dan DAS Sentani Tami. Enambelas lembaga menandatangani nota kesepahaman ini, antara lain,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KPUPR), Kementerian Agraria dan Tata Ruang (KATR), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Di tingkat lokal, ada Pemerintah Papua, Pemerintah Kabupaten Jayapura, Pemerintah Kota Jayapura, Pemerintah Keerom, Universitas Cenderawasih, Dewan Adat Suku Sentani, Lembaga Musyawarah Adat Port Numbay, Dewan Persekuatuan Gereja-gereja Papua, Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Gereja Injili di Indoneisa (GIDI), dan PT. Freeport Indonesia.

Terkait tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman ini, Sambodo menyatakan, masing-masing pihak sedang mengumpulkan data untuk diseminarkan.

“Kalau kita masih penanganan pengungsi. Ini saja masih belum selesai, hunian sementara. Yang di atas mereka sudah survei.”

Sambodo  berharap, penandatanganan nota kesepahaman ini tak sekedar seremoni belaka.

Dia mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman saja tak cukup, tetapi harus diditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama untuk mengikat semua pihak yang terlibat.

Selain itu, katanya, perlu sekretariat bersama sebagai pusat koordinasi antara lembaga.

“Jadi 16 lembaga ini tidak terjadi duplikasi kegiatan. Saling bersinergi.”

 

Keterangan foto utama:  Kali Doyo, yang diapit Perumahan Griya Mandiri dan Perumahan Nauli. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version