Mongabay.co.id

Petugas Bandara Amankan 2 Warga Tiongkok Selundupkan Sisik Trenggiling

Sisik trenggiling dan tripang dimasukkan dalam wadah makanan oleh dua WNA Tiongkok. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Petugas Aviation Security (Avsec) Bandara Internasional Kualanamu mengamankan dua warga negara Tiongkok asal Guangjong, saat akan mencoba menyeludupkan puluhan sisik trenggiling (Manis javanica) dan tripang, pada Minggu (20/4/19).

Kedua pelaku diamankan saat melintas pada alat pemeriksaan barang bawaaan, X-Ray. Petugas Avsec yang mengawasi curgiga gerak gerik kedua pelaku. Ketika barang bawaan masuk ke X-Ray, ditemukan 44 keping sisik trenggiling disembunyikan dalam barang bawaan. Petugas juga temukan tripang mati dan dikeringkan seberat 2,2 kg. Mereka akan menaiki pesawat Air Asia tujuan Kualanamu-Kualalumpur-Guangzhou, dengan transit di Malaysia.

Petugas langsung mengamankan kedua pelaku, dan menyerahkan ke penyidik Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Kementrian Lingkungan Hidup (PamGakkum KLHK) Wilayah Sumatera.

Hermanto Sialagan, Koordinator Penyidikan Seksi Wilayah I Balai PamGakkum KLHK Wilayah Sumatera, mengatakan, mereka masih mengumpulkan keterangan dan memeriksa kedua pelaku untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan mereka dalam menguasai barang dilindungi UU di Indonesia ini.

“Kita masih dalami sejauh mana keterlibatan kedua pelaku yang tertangkap tangan akan menyeludupkan puluhan keping sisik trenggiling ini melalui jalur udara. Apakah mereka jaringan internasional perdagangan satwa liar dilindungi atau tidak, masih kita selidiki, ” katanya di Medan.

 

Kedua pelaku, katanya, masih proses pemeriksaan intensif. Mereka tak bisa berbahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, hingga petugas menghadirkan penterjemah bahasa Tiongkok.

Dari pemeriksaan awal, diketahui, sisik trenggiling dan tripang itu, mereka dapat dari Humbang Hasundutan (Humbahas), tempat keduanya bekerja sebagai tenaga kerja asing.

Kedua pelaku mengatakan, sisik trenggiling dan tripang itu mereka peroleh dari warga sekitar yang ingin memberikan oleh-oleh karena masa kontrak kerja telah habis.

“Alasan kedua pelaku sisik trenggiling dan tripang itu untuk oleh-oleh saja. Akan dibawa ke negaranya. Kami tidak percaya itu, karena cara kerja mereka cukup rapi. Kita kumpulkan bukti-buktinya.”

Penyidik Balai Gakkum KLHK sudah menyurati Konsulat Republik Rakyat Tiongkok di Medan, untuk mengetahui keperluan mereka berada di Indonesia.

Ahli Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut), juga mengidentifikasi puluhan sisik trenggiling dan tripang itu.

Haluanto Ginting, Kepala Seksi WIlayah I Sumatera Utara- Aceh, Balai PamGakkum KLHK Sumatera, mengatakan, dari dua alat bukti dan bahan keterangan dari mereka, sudah cukup kuat meningkatkan kasus ini dari penyelidikan ke penyidikan. Kedua warga Tiongkok itu, katanya, kini tersangka, dan ditahan di Mapolda Sumut. Penyidikan kasus ini bersama penyidik Polda Sumut dan Konsulat Republik Rakyat Tiongkok di Medan.

Petugas mengatakan, kedua pelaku menyembunyikan sisik trenggiling dalam beberapa barang bawaan seperti dompet, saku baju, bantal, tas sandang, amplop berwarna merah, dan kaos kaki.

‘Kita masih mendalamai asal usul sisik trenggiling.”

 

Puluhan sisik trenggiling yang mau diselundupkan ke Tiongkok melalui Bandara Kualanamu. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Giyanto, Senior Wildlife Crime Specialist Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) dalam sebuah diskusi mengatakan, selama ini, ada kesan kurir perdagangan dan penyeludupan satwa liar ke luar negeri oleh warga Indonesia.

Dari sekian banyak kasus yang berhasil dibongkar tim Wildlife Crime Unit (WCU), pelaku banyak juga warga asing. Ada dari Belanda, Jepang. Korea, Tiongkok juga Qatar.

Cara mengelabui petugas, katanya, dengan memodifikasi koper bawaan. Ada temuan burung dari Maluku, dimasukkan dalam koper dan diberi oksigen yang setiap beberapa waktu disemprotkan otomatis. Kemudian, ada anak orangutan dibius lalu masukkan dalam koper.

Ada juga perempuan bermodus memakai hijab besar dan rok panjang lebar, padahal di dalamnya menyimpan berbagai jenis satwa dilindungi asal Indonesia.

“Jadi banyak temuan berhasil kami bongkar, para pelaku jaringan perdagangan satwa liar dilindungi ke luar negeri pakai berbagai cara mengelabui petugas penegak hukum. Ini harus terus diantisipasi, karena mereka terus berinovasi,” katanya.

Gigi, sapaan akrabnya mengatakan, berbagai kasus penyeludupan satwa dan bagian tubuh satwa liar juga mulai mengubah jalur perdagangan dan penyeludupan mereka. Pelaku, tak lagi hanya satu arah melainkan posisi zig zag, alias tak langsung menuju tempat tujuan, melainkan diputar dari satu lokasi ke lokasi lain menggunakan berbagai transportasi berbeda.

“Jadi kalau ada yang bilang jalur perdagangan satwa-satwa dari Sumatera melalui jalur Riau, ke luar negeri, itu omong kosong. Sekarang, sudah bolak balik. Mereka pernah membantu Polairud dan Polda Malut burung dari Ternate dikirim ke Batam,” katanya.

 

 

Keterangan foto utama:  Sisik trenggiling dan tripang dimasukkan dalam wadah makanan oleh dua WNA Tiongkok. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Tripang yang diamankan. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia
Exit mobile version