Mongabay.co.id

Indonesia Harus Dalami Identitas Nusantara di Masa Lalu

 

Visi Pemerintah Indonesia yang ingin menjadikan diri sebagai poros maritim dunia, dinilai masih memerlukan upaya yang ekstra keras. Tak cukup dengan fokus pada pembangunan infrastruktur saja, Negara juga harus melakukan inovasi melalui berbagai program dan dilakukan secara menyeluruh serta terstruktur. Selain itu, tak kalah pentingnya adalah bagaimana menyadarkan masyarakat pada akar budaya maritim yang kuat.

Pernyataan itu diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanuddin di Jakarta, pekan lalu. Kepada Mongabay-Indonesia, Safri mengungkapkan, penyadaran kepada masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang hingga sekarang masih belum juga terpecahkan.

“Ini yang memang masih dicari hingga sekarang. Perlu sebuah bukti empiris yang didasarkan pada kajian-kajian ilmiah untuk membangkitkan budaya maritim di masa lalu,” ucapnya.

Safri menjelaskan, dengan menelusuri bukti empiris yang didasarkan pada kajian ilmiah, maka jejak budaya maritim akan lebih mudah diungkap dan dibagikan kepada masyarakat. Terlebih, karena perlu berbagai disiplin ilmu untuk melibatkan penelusuran tersebut, yang mencakup di dalamnya adalah ilmu arkeologi, biologi molekuler, antrolopologi, geografi, geologi, dan budaya.

“Dengan keterlibatan banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu, maka akan bisa diungkap bagaimana narasi sejarah mengenai jalur pelayaran rempah, jejak orang nusantara dalam pelayaran, dan peradaban maritim,” sebutnya.

Pentingnya berbagai disiplin ilmu terlibat, menurut Safri, itu karena sejarah peradaban maritim nusantara memerlukan sebuah referensi yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, visi Pemerintah Indonesia untuk menjadikan diri sebagai poros maritim dunia, bisa lebih mudah diterjemahkan untuk masyarakatnya.

baca : Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa: Tegaskan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

 

Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa yang akan mengarungi laut Indonesia sebanyak 74 titik. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Bangsa Pelaut

Safri menuturkan, sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu juga sudah menguraikan catatan pelaut dari Eropa ataupun para pedagang yang berasal dari negeri Arab pada abad sekitar delapan masehi. Catatan-catatan tersebut, kemudian dikonfrontasi dengan catatan sejarah bangsa Melayu ataupun Jawa yang diambil dari kisaran abad yang sama.

“Catatan-catatan tersebut mengungkapkan beragam aktivitas pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh orang nusantara hingga ke Eropa,” tuturnya.

Safri mengungkapkan, dari catatan-catatan tersebut, diketahui kalau pada 1000 masehi, orang Nusantara sudah memiliki kemampuan navigasi yang sangat baik dan canggih saat mereka melaksanakan pelayaran di atas laut. Makanya, orang Nusantara di masa lalu sudah terbiasa untuk berlayar hingga ke belahan dunia lain, seperti Madagaskar di benua Afrika.

“Salah satu bukti bahwa pelaut Nusantara dari dulu sudah menjelajah dunia, adalah penemuan perahu bercadik yang canggih di zamannya. Perahu tersebut membantu para pelaut tangguh kita untuk mengarungi berbagai samudera di dunia,” jelasnya.

Pada Maret lalu, pakar Biolog Molekuler Ary Prihardhyanto Keim dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia juga mengungkapkan tentang kajian biogeografi dan antropobiologi tentang bukti genetik bangsa Nusantara (Austronesia). Dari kajian tersebut, dibuktikan bahwa secara genetik bangsa Nusantara memang berasal dari dataran Sunda (Sundaland) yang mencakup kepulauan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Melayu.

Dengan bukti dari hasil kajian tersebut, Ary menambahkan, maka secara genetik bangsa Nusantara bukan berasal dari keturunan bangsa di Tiongkok, India, ataupun Taiwan sekarang. Dari kajian tersebut, juga didapatkan data yang membuktikan bahwa bangsa Nusantara di masa lalu telah berlayar ke benua Afrika, yaitu melalui penemuan varietas pisang yang mirip dengan pisang yang ada di pulau Jawa.

Selain dari kajian Biologi dan Arkeologi, temuan prasasti, artefak budaya dan kebahasaan juga sama-sama menunjukkan bahwa leluhur bangsa Indonesia merupakan bangsa maritim yang kuat. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia didorong untuk segera menyusun kebijakan kemaritiman yang merujuk pada catatan sejarah tentang bangsa Nusantara di masa lalu.

baca juga : Apakah Pembangunan Poros Maritim Sudah Sukses?

 

Sebuah perahu bugis di pantai Sulawesi Selatan pada 1932. Foto : Tropen Museum/Wikipedia

 

Salah satu jejak sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia hingga sekarang, adalah reputasi para pelaut Nusantara yang dikenal sanggup menaklukkan keganasan laut di berbagai samudera dunia. Selain itu, jalur laut di Indonesia juga di masa lalu dikenal sebagai salah satu jalur favorit bagi para penjelajah laut dari berbagai belahan dunia.

Menurut Staf Ahli Menko Kemaritiman untuk Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo, Indonesia begitu populer di dunia pada masa lalu, karena komoditas rempah-rempah yang ada di Tanah Air dikenal sangat baik kualitasnya. Produksi rempah-rempah yang berasal dari Indonesia, di masa lalu dikenal menjadi produk perniagaan yang banyak dicari oleh warga dunia.

“Itu kenapa, Indonesia berperan penting di masa lalu dalam produksi dan perniagaan komoditas rempah,” ucapnya.

Dengan keunggulan yang sudah dimiliki Indonesia sejak lama, Tukul berharap, Pemerintah bisa memberikan perlindungan secara khusus kepada rempah-rempah yang sudah menjadi ikon Nusantara sejak lama. Perlindungan harus diberikan, karena rempah adalah produk asli Indonesia dan menjadi bagian dari masyarakat adat di Nusantara.

menarik dibaca : Kembalikan Kejayaan Majapahit, Kapal Indonesia Berlayar ke Jepang

 

Ilustrasi sebuah wilayah kerajaan Sumatera dengan perdagangan rempah rempah pada jaman dahulu. Foto : Wikipedia

 

Perlindungan Rempah

Bentuk nyata perlindungan komoditas rempah, menurut Tukul, bisa mencontoh upaya yang sudah dilakukan Pemerintah Tiongkok melalui perlindungan produk teh asli mereka. Untuk melindunginya, Pemerintah Tiongkok menerbitkan kebijakan afirmatif yang bersifat pengakuan untuk melindungi keberadaan produk teh asli negara tersebut.

Tukul menambahkan, untuk saat ini Indonesia sudah memulai upaya perlindungan terhadap produk rempah asli Nusantara dengan menerbitkan sertifikat indikasi geografis (IG) untuk sejumlah komoditas tertentu, sebut saja adalah lada muntok dan kopi kintamani. Namun, komoditas lain yang diketahui menjadi komoditas favorit dan andalan ekspor di masa lalu, masih belum diberikan sertifikat IG.

“Produk-produk asli lainnya perlu (juga) mendapat sertifikat ini. Kenapa? Karena ini produk komoditas unggulan dengan nilai ekonomis yang sangat baik,” tegasnya.

Pegiat Sejarah dari Yayasan Negeri Rempah Bram Kushardjanto menegaskan, di masa lalu, Nusantara memiliki peran sangat penting dan strategis sebagai poros dunia yang menghubungkan negera-negara besar seperti Tiongkok, India, Arab, dan Eropa. Peran penting Nusantara tersebut, dibuktikan dengan penjelajahan yang dilakukan bangsa Eropa dulu, sebelum mereka menjelajah ke negeri lainnya di Asia Tenggara.

“Di masa lalu, Eropa sudah melakukan aktivitas perdagangan ke Nusantara, jauh sebelum mereka melakukan aktivitas yang sama ke negeri di Asia Tenggara. Peran tersebut diakui, karena Nusantara menjadi pemain penting dalam perdagangan dunia dan dikenal sebagai pemasok utama komoditas penting di dunia, yaitu rempah-rempah,” papar dia.

menarik dibaca : Ada Temuan Jahe Jenis Baru dari Sulawesi

 

Berbagai rempah-rempah dari Indonesia. Foto : exim.ca.za

 

Diakuinya Nusantara sebagai bagian penting dari jalur pelayaran komoditas perdagangan dunia, menurut Bram, karena di masa lalu bangsa Eropa masih belum memiliki banyak pengetahuan tentang berbagai komoditas untuk berbagai kebutuhan. Sementara saat itu di Nusantara sudah ada rempah-rempah yang memilki khasiat untuk berbagai hal, cita rasa yang sedap, dan aroma yang kuat.

“Bisa digunakan sebagai bumbu masak, penawar racun dan obat, sampai bisa dijadikan untuk bahan pengawet juga. Jadi banyak khasiatnya,” jelasnya.

Pentingnya peran rempah-rempah dari Nusantara tersebut, menurut Bram, ikut memengaruhi kebijakan sebuah negara berkaitan dengan ekonomi, politik, sampai sosial budaya. Untuk itu, di masa lalu, setiap negara di dunia berusaha berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam perdagangan rempah-rempah. Upaya tersebut, salah satunya dengan terlibat langsung di wilayah Nusantara, terutama yang menjadi pusat komoditas rempah seperti di Maluku Utara.

 

Exit mobile version