Mongabay.co.id

Pengembangan Energi Terbarukan Perlu jadi Prioritas

Kincir pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga angin digabungkan dengan panel surya untuk menerangi desa di Pantai Baru, Srandakan, Bantul. Foto: Tommy Apriando

 

 

 

 

Capaian energi terbarukan masih jauh dari harapan. Target capaian sampai 2025 sebesar 23% baru tercapai 12% alias baru mampu hasilkan listrik 9,12 GigaWatt. Pengembangan energi terbarukan perlu jadi prioritas agar tak berjalan lambat.

Agung Kuswandono, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Kemaritiman mengatakan, implementasi energi terbarukan perlu dipecut agar bergerak.

”Energi terbarukan sudah prioritas (bagi pemerintah), hanya langkahnya masih pelan,” katanya usai Rapat Koordinasi dan Peninjauan Lapangan Kaji Banding Pembangunan Pembangit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik tenaga Biomassa (PLTBm) Sekam Padi di Palembang, Selasa (23/4/19).

Pada tahap implementasi, energi terbarukan ini masih terganjal beberapa hal, seperti perizinan, investasi awal dan regulasi.Menurut dia, perlu dukungan kuat pemerintah pusat maupun daerah.

Saat ini, katanya, pemerintah masih terkotak-kotak dalam pengembangan energi terbarukan. ”Mengubah susah karena terkotak-kotak. Yang bertugas di energi terbarukan, hanya energi terbarukan, kalau daerah juga berpikir daerah, PLN juga begitu,”katanya, seraya bilang, perlu berkumpul bersama, saling sinergi dan harmonis.

Energi terbarukan, katanya, harus jadi prioritas. Indonesia, katanya, punya potensi energi terbarukan luar biasa. Melalui komitmen tertuang dalam rencana umum energi nasional (RUEN), katanya, diharapkan mampu jadi prioritas dan berkelanjutan dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

”Aneh, kalau kita negara tropis tapi tidak memanfaatkan energi yang berlimpah. Kita sangat lambat menyentuhnya hingga perlu terobosan.”

 

Sebagai daerah terpencil, Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap menggunakan pembangkit listrik surya dan bayu untuk memenuhi kebutuhan energi listrik sehari-hari. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Dia mengatakan, serupa dengan energi konvensional, energi terbarukan juga perlu investasi awal besar tetapi harus dilakukan.”Jika menyerahkan kepada masyarakat, sulit. Seperti (pembangkit listrik tenaga bayu) di Sidrap, harus presiden yang lebih dahulu memerintahkan jalan,” katanya.

Indonesia, katanya, merupakan negara kepulauan, secara geografis sangat mendukung pengembangan energi terbarukan. Pembangunan energi terbarukan, katanya, harus sesuai potensi wilayah.

Untuk itu, katanya, perlu ada sumber daya lain yang sesuai karakteristik Indonesia, seperti energi matahari, angin, air dan lain-lain. Agung memperhitungkan, peningkatan porsi energi terbarukan dalam bauran kalau tercapai mampu menghemat hingga triliunan rupiah.

Berdasarkan data Kementerian Energi Sumber Daya Manusia, energi terbarukan di sektor pembangkit baru sekitar 12% dari target 23% sampai 2025.

Agung menjabarkan, pengembangan energi terbarukan baru mampu menghasilkan listrik 9,12 GW. Secara rinci, panas bumi 1,8 GW, tenaga air 5,1 GW, mini dan mikrohidro 0,326 GW, bioenergi 1,84 GW, tenaga surya 12,015 megawatt (MW), tenaga angin 1,12 MW.

Pada 2025, bauran energi bakal mencapai 45,1 gigawatt (GW), dengan rincian panas bumi 7,2 GW, tenaga air 18 GW, mini dan mikrohidro 3 GW, bioenergi 5,5 GW, tenaga surya 6,5 GW dan tenaga angin 6,5 GW.

”Menurut saya, energi terbarukan itu suatu keniscayaan bukan terdesak atau diserang orang. Kita sadar, kita negara tropis yang tiap hari memiliki matahari dan itu relatif tidak bayar.”

Dia contohkan, Sumatera , salah satu provinsi percontohan dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk pengembangan energi terbarukan, antara lain PLTS Jakabaring dan PLTBm sekam padi di Ogan Ilir.

”JIka kita menginginkan penghematan finansial, lingkungan yang lebih bersih, kita bisa membangun pembangkit listrik energi terbarukan. Apa yang dibangun di Sumatera Selatan, diharapkan mampu diduplikasi di daerah lain.”

Dia berharap, pemerintah pusat maupun daerah, bisa mengembangkan energi terbarukan tak hanya demi memenuhi target bauran bauran juga menghadirkan energi berkeadilan, hingga masyarakat Indonesia lebih produktif, maju dan sejahtera.

 

Keterangan foto utama:    Kincir pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga angin digabungkan dengan panel surya untuk menerangi desa di Pantai Baru, Srandakan, Bantul. Foto: Tommy Apriando

 

 

Exit mobile version