Mongabay.co.id

Manggala, Badak Jawa Ini Mati Muda dengan Banyak Luka, Apa Penyebabnya?

Manggala, badak Jawa, ditemukan mati di Citadahan, Banten, dengan beberapa luba di tubuh. Dari pemeriksaan, luka-luka ini diduga karena serangan badak dewasa. Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

 

 

 

 

Kabar duka datang dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Manggala, badak Jawa ((Rhinoceros sondaicus) jantan berusia sekitar 30 tahun, ditemukan mati di Blok Citadahan, Pandeglang, Banten, Kamis (21/3/19).

Bulan sama tahun lalu, Indonesia pun kehilangan Samson, badak Jawa yang mati karena infeksi usus (torsio usus). Saat ini, badak jantan mati dengan kondisi masih utuh dengan cula berbentuk bejolan, atau disebut cula batok.

”Usianya masih muda, cula belum begitu menonjol, umurnya sekitar 30 tahun,” kata Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di kantornya, kemarin. Dia menduga, Manggala mati bukan karena usia.

Bangkai badak ditemukan Tim Rhino Health Unit (RHU) Balai TNUK di Blok Citadahan, kerja Resort Cibunar, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) II Pulau Handeuleum. Kematian Manggala diperkirakan kurang 12 jam sebelum ditemukan.

Baca juga: Kabar dari Ujung Kulon: Satu Badak Jawa Mati, Dua Lahir

Wiratno yakin, kematian badak berusia muda ini bukan karena perburuan liar. Sistem patrol di TNUK, kuat dan aman. “Yang menarik, karena masih termasuk remaja, perlu didalami dan menunggu hasil nekropsi,” katanya.

 

Manggala, badak Jawa, yang ditemukan tewas di Pandeglang. Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

 

Dugaan penyebab kematian?

Badak yang memiliki lebar tapak kaki 24-25 cm ini ditemukan setidak tujuh luka pada bagian permukaan tubuh. Lukanya, kata Wiratno, seperti tandukan.

”Manggala diduga kena serangan badak dewasa,” kata Anggodo, Kepala TN Ujung Kulon kepada Mongabay.

Dugaan ini, katanya, berdasarkan hasil pemeriksaan pasca kematian (post mortem) tim kedokteran hewan IPB, bukan karena penyakit infeksius. Luka yang ditemukan bukan karena senjata tajam.

Pemeriksaan itu, katanya, dilakukan tim gabungan, terdiri dari petugas TN Ujung Kulon, Rhino Protection Unit (RPU) Yayasan Badak Indonesia, WWF Ujung Kulon dan Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Sebelumnya, 25 Maret 2019, tim gabungan mengambil beberapa sampel dari bangkai badak untuk dianalisis di Fakultas Kedokteran Hewab IPB, LIPI dan Balai Penelitian Veteriner Bogor. Sampel yang diambil berupa, esophagus, trachea, paru-paru, lambung, hati, usus halus, usus besar, otak, penis, epididymis, dan limpa.

Hasil analisa laboratorium nekropsi kematian Manggala, katanya, masih tahap akhir pembuatan sediaan histopat. ”Hasil pemeriksaan (lengkap) kira-kira selesai 7 Mei 2019,” kata Anggodo.

Pada 13 April 2019, tim gabungan membongkar kuburan Manggala dan lanjut identifikasi tulang, dengan memisahkan dan mencatat bagian-bagian tulang, merekap dan mendokumentasikan kegiatan. Juga mengangkut tulang belulang ke laboratorium anatomi, FKH IPB untuk analisis.

 

Tim gabungan mengambil sampel untuk memeriksa dan menganalisis kematian Manggala, yang diperkirakan berusia 30 tahun. Foto: Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

 

Mereka juga mengumpulkan spesimen berupa cula, gigi taring (atas dan bawah), gigi menur, dan kuku untuk disimpan di Kantor Balai TNUK, Labuan.

Kelahiran dan kematian satwa, katanya, merupakan salah satu dinamika populasi di alam. Berdasarkan hasil monitoring melalui kamera pengintai, pada 2018, ada empat kelahiran dan dua kematian badak.

Data KLHK, saat ini jumlah badak Jawa ada 68, dengan 57 dewasa dan 11 anak, 37 jantan dan 31 betina. Badak Jawa, salah satu spesies terlangka dari lima spesies di dunia.

Berdasarkan International Union for Conservation of Nature –(IUCN), spesies ini masuk daftar merah dengan status critically endangered (terancam punah).

Menurut Wiratno, pemerintah mengupayakan berbagai cara buat menyelamatkan dan meningkatkan populasi badak Jawa di TNUK, antara lain monitoring kondisi populasi dan habitat secara periodik, dan perlindungan dari ancaman perburuan maupun hama penyakit. Juga, pembinaan habitat melalui penanaman jenis tumbuhan pakan dan pengendalian jenis invasif spesies, pembangunan suaka sebagai area konservasi intensif, pemetaan genetik, pelibatan masyarakat dalam upaya konservasi serta proses pembangunan habitat kedua untuk badak Jawa.

Dia bilang, sudah ada peningkatan populasi badak Jawa. Kondisi ini, katanya, memberikan harapan besar bagi keberlangsungan hidup satwa langka dan endemik ini. Berdasarkan, hasil monitoring pada 2012, ada 51 badak Jawa, 2013 (58), 2014 (57), 2015 (63), 2016 (67), 2017 (67), 2018 (69) dan April 2019 (68).

 

Keterangan foto utama:    Manggala, badak Jawa, ditemukan mati di Citadahan, Banten, dengan beberapa luba di tubuh. Dari pemeriksaan, luka-luka ini diduga karena serangan badak dewasa. Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Bagian tubuh Manggala, si badak Jawa, yang ditemukan mati. Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

 

Exit mobile version