Mongabay.co.id

Dugong Mati Terjerat Jaring Nelayan, Sosialisasi ke Masyarakat Minim?

Dugong coba dibawa ke tepian oleh warga. Foto: Aswati

 

 

 

Puluhan warga Desa Saramaake Halmahera Timur, Maluku Utara, Jumat (3/5/19) siang berkumpul menonton dugong mati yang tak sengaja terperangkap jaring nelayan.

Torang selama ini belum pernah lihat dugong langsung. Saat didapatkan masuk jaring dikira anjing laut karena bentuk mirip,” kata Aswati Ismail, warga Saramaake.

Aswati tak yakin satwa itu, dugong lalu mengambil gambar dan memviralkan foto dan video via akun Facebook. “Ada yg bilang ikan duyung, ada juga yg bilang anjing laut, saya sendiri juga bingung, nanti teman” semua prediksi,” tulis Aswati, dalam status di Facebook.

Dia menceritakan, awalnya mendengar dari warga kalau ada ikan seperti anjing laut masuk jaring nelayan. Ikan itu sudah mati dan terikat di perahu. Penasaran, Aswati lantas menuju lokasi dugong mati di Tanjung Wayaboba Saramaake, Halmahera Timur.

Dia lantas meminta nelayan membawa dugong ke batas laut dan pantai lalu dia abadikan lewat foto dan video.   “Sebagian orang sudah tahu kalau itu dugong hanya mereka belum yakin karena belum pernah melihat langsung. Saya coba foto dan video untuk viralkan via medsos untuk memastikan apakah dugong atau bukan,” katanya.

Setelah foto dan video dia posting ada beragam komentar datang dan memastikan kalau itu dugong. Dia sempat sempat dihubungi Polairud untuk memastikan posisi dugong terperangkap itu.

 

Dugong sudah mati terjaring tak sengaja. Foto: Aswati

 

Namun, dia tak tahu kronologi dugong terperangkap ini. “Saya ke lokasi sudah menjelang sore, dugong terperangkap jaring sejak malam sebelumnya.”

Dia bilang, dugong itu sepanjang satu meter lebih. Dia lihat, bagian hidung dugong berdarah.

Dugong itu mati setelah terperangkap jaring nelayan Gunawan La Ato, asal Bobane Igo Halmahera Barat di Pantai Tanjung Wayaboba, tak jauh dari Desa Saramaake, Wasile Selatan. Pemilik jaring tahu ada dugong terperangkap, Jumat (3/5/19) pagi.

Kala dihubungi Mongabay dari Ternate, Gunawan menceritakan, dugong mungkin terperangkap jaring sekitar Jumat dinihari. Gunawan baru mengecek jaring Jumat pagi. “Jaring saya pasang malam hari. Saya tak tahu kalau ada dugong terjaring. Setelah saya tarik, baru tahu ada dugong terperangkap. Sudah mati.”

Dia menjaring ikan-ikan pelagis kecil di pesisir Pantai Desa Saramaake tanpa bermaksud menjaring dugong. Dia sendiri sudah hampir sepekan mencari ikan di kawasan ini dengan jaring.

Apakah kawasan ini banyak dugong dan sumber makanan? Soal ini Gunawan, tak tahu karena baru pertama kali mendapatkan dugong masuk jaring. Dia bilang, kawasan pasang jaring banyak terumbu karang.

Dia memperkirakan, kemungkinan dugong ini mencari makan dan masuk jaring karena dalam jaringn banyak ikan teri.

Setelah tersiar kabar ada dugong terperangkap jaring dan mati, warga beramai-ramai datang ke bibir pantai.

Setelah hampir sehari terikat di kapal, dugong pun dikubur. “Jumat sore langsung digali pasir di Pantai Saramaake , sudah tanam (kubur-red) karena takut membusuk.”

Asmar Daud, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Halmahera Timur, kaget mendengar ada dugong mati. “Saya belum tahu. Saya segera mengecek,” katanya lewat pesan singkat kepada Mongabay.

 

Dugong baru diketahui setelah sudah mati. Foto: Aswati

 

Setelah mengecek informasi, dia mengatakan, dugong mati tak sengaja terperangkap jaring nelayan. “Karena mereka tak tahu itulah, mamalia ini lemas dan mati. Apalagi kebiasaan warga kalau jaring dipasang pagi diangkat sore atau dipasang malam, diangkat pagi,” katanya.

Dia bilang, di Haltim dugong sering terperangkap jaring nelayan. Dia sebutkan, Juni 2018, di Desa Nyaolako, Kecamatan Wasile Tengah Halmahera Timur. Bersyukur, dugong masih hidup hingga bisa dilepas kembali ke laut.

Bagaimana sosialisasi kepada warga? Dia bilang, sosialisasi sudah jalan hanya belum di seluruh kecamatan. “Dua minggu lalu, kami sosialisasikan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem dan UU No 45 tahun 2009 tentang Perikanan di Maba Selatan.”

Di Halmahera Timur, katanya, pesisir laut kaya lamun yang jadi sumber makanan atau tempat berlindung hewan ini. Kawasan inipun, katanya, cukup banyak dugong. “Di Haltim, hampir semua pesisir pantai memiliki padang lamun karena itu banyak dugong,” katanya, sambil bilang, terutama daerah-daerah Maba Selatan, Wasiley Selatan dan Wasiley Tengah.

Sebenarnya, kata Asmar, tanggung jawab perlindungan ini tak hanya DKP juga nelayan maupun masyarakat umum.

Adita Agoes dari Nasijaha Dive Center Ternate, yang banyak mengadvokasi perlindungan biota laut di Malut, ikut bicara. “Prinsipnya,  sengaja dijaring maupun tak lalu mati tetap saja masalah. Entah itu ketidakpedulian atau ketidaktahuan,” katanya.

DKP, katanya, sebagai perpanjangan tangan langsung dalam pembuat UU harus lebih giat sosialisasi dan koordinasi dengan penegak hukum.

 

 

Keterangan foto utama: Dugong coba dibawa ke tepian oleh warga. Foto: Aswati

 

 

Exit mobile version