Mongabay.co.id

Makhluk-makhluk di Laut Terdalam Ini Menyimpan Radioaktif di Tubuhnya. Ini Penyebabnya

 

 

Palung Mariana yang terletak Samudra Pasifik, bagian barat antara Jepang dan Papua Nugini, adalah titik terdalam di lautan Bumi. Palung ini menghujam dalam hingga 11 kilometer, menjadikannya salah satu tempat di planet ini yang paling sulit dijangkau. Namun, siapa sangka Palung Mariana sama sekali tak luput dari dampak kekerasan yang terjadi di daratan, yang tentu saja dilakukan manusia, sebagaimana uji coba bom nuklir.

Testing bom nuklir selama Perang Dingin [1947-1991] meninggalkan jejak yang belum hilang, bahkan di dasar laut itu. Para ilmuwan, baru-baru ini menemukan bukti karbon radioaktif, juga dikenal sebagai “bom karbon” di jaringan krustasea, di Palung Mariana, Mussau, dan New Britain: ketiganya di Samudra Pasifik. Hal ini tertuang dalam studi terbaru yang terbit di Geophysical Research Letters.

Makhluk hidup di titik-titik tersebut telah terpapar molekul sejak 1950-an. Bahkan, mereka mewariskan jejak ini pada generasi berikutnya.

Bom karbon dapat terbentuk alami di atmosfer dan di beberapa organisme, tetapi selama percobaan nuklir perang dingin, tingkat atmosfernya meroket. Partikel-partikel ini turun ke laut, diserap hewan di permukaan. Sisanya tenggelam ke dasar, krustasea memakannya, memasukkan bom karbon ke tubuhnya.

Di jurnal itu dijelaskan, sisa-sisa karbon radioaktif sampai ke dasar laut melalui rantai makanan di palung terdalam itu.

Baca: Ternyata, Makhluk Hidup Dasar Laut Makan Sampah Plastik Buangan Manusia

 

Krustasea yang terpapar radioaktif di Palung Mariana. Kredit: Daiju Azuma/CC BY 2.5/U.S. Department of Energy

 

Krustasea yang menangkap sisa-sisa bom nuklir di permukaan menjadi makanan organik organisme lebih besar yang juga menghuni laut lebih dalam. “Meskipun sirkulasi laut biasanya membutuhkan ratusan hingga seribu tahun untuk membawa air yang mengandung karbon bom ke palung terdalam, ternyata rantai makanan membuat sisa radioaktif mencapai dasar jauh lebih cepat,” ungkap Ning Wang, ahli geokimia dari Chinese Academy of Sciences di Guangzhou yang terlibat studi ini dikutip dari LiveScience.com.

Radioaktif karbon-14  tersebut ditemukan para ilmuwan dalam daging krustasea seperti udang yang hidup di parit. “Biasanya, kita mengatakan parit jauh dari kita; mereka sangat dalam dan murni. Tetapi sebenarnya, mereka tidak, ”kata ilmuwan bumi Jiasong Fang dari Shanghai Ocean University, yang bekerja pada studi baru tersebut. “Semuanya [yang ada di permukaan] bisa masuk ke parit,” ujarnya dikutip dari Scientific American.

Hal ini juga membuktikan, aktivitas manusia di daratan sangat mempengaruhi makhluk hidup di lautan paling dalam. “Ada interaksi yang sangat kuat antara permukaan dan dasar, dalam hal sistem biologis, dan aktivitas manusia dapat memengaruhi sistem biologis bahkan hingga 11.000 meter. Kita perlu hati-hati tentang perilaku masa depan kita,” kata Weidong Sun, ahli geokimia di  Chinese Academy of Sciences di Qingdao, China.

 

Uji coba nuklir “Priscilla” 37 kiloton, diledakkan di Nevada Test Site pada 1957. Kredit: U.S. Department of Energy

 

Krustasea laut dalam ini berumur lebih panjang dari sesama mereka di perairan dangkal, dan ini juga berkontribusi terhadap akumulasi karbon-14 dalam jaringan.

Ini bisa menjadi masalah, lanjut Ning Wang, yang merupakan penulis utama studi ini. “Selain fakta sebagian besar bahan berasal dari permukaan, bioakumulasi yang berkaitan dengan usia juga meningkatkan konsentrasi polutan. Ini membawa lebih banyak ancaman bagi ekosistem paling terpencil di Bumi,” paparnya.

 

 

Exit mobile version