- Berawal dari hobi, Dedek Setia Budi sukses menjadi petani Tanaman Anggrek berskala internasional di Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu, Jatim.
- Anggrek punya Dedek sering mendapat penghargaan. Penghargaan terakhir pada 2018 anggrek persilanganya meraih predikat tertinggi First Class Certificate (FCC) dari Singapura.
- Rumah Hijau Tanaman Anggrek milik Dedek menjadi pusat belajar dan penelitian bagi semua orang, dari dalam negeri dan luar negeri
- Dedek sering jadi pembicara dalam pelatihan tanaman angrek di berbagai negara, dan rumahnya terbuka bagi siapapun untuk belajar anggrek secara gratis
Tahu bahwa hobi bisa mendatangkan hasil, membuat petani muda, Dedek Setia Budi tergerak untuk menekuni hobinya mengembangkan bisnis Tanaman Anggrek di Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu, Jawa Timur.
Hal itu ia lakukan sejak tahun 2007. Saat itu ia hanya bermodalkan uang Rp25 ribu untuk dibelikan bibit anggrek.
Sebelum memutuskan menekuni anggrek, sejumlah profesi dijalani Dedek untuk mencari nafkah. Ia memulai dengan mencari rumput di sawah untuk dijual sebagai pakan ternak.
Ia juga pernah bekerja sebagai karyawan usaha katering. Saat itu ia manfaatkan untuk mengumpulkan gelas atau botol air mineral yang sudah tidak dipakai untuk digunakan sebagai tempat media tanam tanaman anggrek miliknya.
baca : Bulbophyllum irianae, Spesies Anggrek Baru di Papua
Kini media tanam yang ia pakai semakin bervariasi, mulai dari arang, Mossy Forest, lumut, dan batang kayu.
Semula bibit anggrek hasil budi daya hanya dititipkan ke beberapa tempat penjualan tanaman di Kota Wisata Batu. Kini tanaman anggrek miliknya selalu kebanjiran pesanan. Ditambah lagi dengan penjualan online yang ia lakukan.
Dia mengaku, menekuni tanaman anggrek bukan karena tanpa alasan. Selain hobi, potensi pasar tanaman anggrek juga masih sangat besar. Bahkan harganya cenderung stabil dari tahun ke tahun.
Dalam sebulan Dedek bisa meraup hingga ratusan juta. “Sekarang pembelinya pun banyak dari luar negeri, kalau dulu awal awal ya hanya seputaran wilayah Batu saja,” ujar Dedek yang juga sarjana ekonomi.
baca juga : Ada Ratusan Jenis Anggrek dari Hutan Batang Toru
Berawal dari Otodidak
Dedek mulai mengenal anggrek tahun 2005. Selain anggrek, ia juga menanam sejumlah tanaman lain. Karena itu ia menjadi kurang fokus merawat anggreknya.
Akhirnya pada tahun 2007 Dedek memilih untuk berfokus hanya pada satu jenis tanaman saja, yaitu anggrek.
Sebagai permulaan Dedek memanfaatkan tempat seadanya untuk budi daya. “Dulu di depan rumah ada pekarangan kecil berukuran sekitar setengah meter persegi itu yang saya gunakan,” kenang pria kelahiran 21 Juni 1978 tersebut.
Dedek mempelajari budi daya anggrek secara otodidak berbekal kesukaannya merawat tanaman. Selama budi daya ia sudah mengalami sejumlah kegagalan percobaan hingga ratusan kali.
Ketika awal-awal budi daya anggrek, Dedek sering menemui sejumlah kendala. Pasalnya ia tidak mengetahui informasi dasar terkait budi daya anggrek.
Dedek tidak menyerah. Ia mencoba berkonsultasi dengan teman-temanya secara langsung dan mulai membaca refrensi budidaya tanaman anggrek.
menarik dibaca : Mengenal Anggrek Unik Endemik Merapi
Bahkan pengalaman pahit Dedek rasakan ketika orang tua tidak mendukung. Orang tuanya tidak ingin melihat ia menjadi seorang petani. Karena anggapan orang tuanya menjadi petani itu pekerjaan yang sengsara.
Tapi Dedek mampu membuktikan, bahwa apa yang dia kerjakan ini bermanfaat untuk orang lain.
Kini Dedek membuka diri untuk bekerja sama dengan petani sekitar. “Hingga saat ini kurang lebih ada 40 petani plasma yang sudah bergabung,” Kata Dedek di pekarangan tanaman anggrek miliknya.
Selain petani setempat, ada pula petani dari luar daerah, seperti Jombang dan Lumajang. Petani-petani tersebut mengambil bibit Anggrek darinya dengan gratis. Setelah itu, anggrek yang sudah dirawat oleh petani kemudian dibeli oleh Dedek.
baca juga : Anggrek, Si Cantik yang Terancam Punah
Jadi Lokasi Penelitian
Dedek mempunyai tempat untuk kultur jaringan sendiri. Dalam sehari ia bisa memproduksi 9 ribu bibit tananam anggrek.
Rumah Hijau Tanaman Anggrek seluas 300 ribu meter persegi miliknya di dekat rumah sangat terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar mengenai tanaman anggrek. Mulai dari cara budidaya, perawatan maupun pemasaran.
Hal itu bukan karena tanpa sebab, Dedek menyadari bahwa untuk belajar mengenai tanaman anggrek sulit, tidak semuanya mau terbuka untuk berbagi ilmu.
Ia tak mau kejadian pahit seperti yang dialaminya itu juga dirasakan oleh orang lain. Ia bernazar, kelak ketika dia sukses dengan budi daya anggrek yang dia tekuni akan berbagi ilmu ke siapapun juga yang ingin belajar mengenai anggrek. “Kalau mau belajar disini, gratis. Saya merasa senang, karena selalu menambah jaringan baru,” ujarnya membuka diri.
Tak pelak, kebun anggrek dan laboratorium kultur jaringan yang diberi nama DD Orchid Nursery itu menjadi salah satu tempat pilihan untuk melakukan penelitian para pelajar, dari setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Mahasiswa maupun masyarakat umum.
“Sering sekali yang melakukan penelitian disini, namun ada kapasitasnya. Dalam sebulan rata-rata 20 sampai 30 yang magang, dan harus gantian,” jelas Dedek.
Rumahnya pun ia jadikan fasilitas penginapan untuk peneliti yang berasal dari luar daerah, seperti Surabaya dan Jember.
Karena ketekunannya ia juga sering mendapat undangan mengikuti kejuaraan tanaman anggrek, seperti di Hongkong, Singapore dan Malysia. Ia juga sering diminta untuk menjadi pembicara dalam pelatihan tentang tanaman anggrek.
menarik dibaca : Menyelamatkan Anggrek Hutan, Menyelamatkan Kehidupan
Mendapatkan Sejumlah Penghargaan
Sejumlah penghargaan berhasil Dedek peroleh. Tahun 2016 lalu ia berhasil menjuarai Lomba Anggrek Unggul Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian.
Yang terbaru, pada 2018 anggrek hasil persilanganya mendapatkan predikat First Class Certificate (FCC) dari Singapura. “Itu merupakan penghargaan tertinggi, diberi skor para ahli antara 9-10, dari berbagai Negara Dunia,” ujar Dedek dengan bangga.
Ketika itu, Dedek membawa anggrek hasil persilangan yang dia lakukan selama 7 tahun.
Sudah banyak hasil persilangan sudah dia hasilkan yang diregestrasikan di The Royal Horticulture Society (RHS). Total keseluruhan ada 40 jenis. Yang terbaru diberi nama Dendrobium Palu Bangkit, Dendrobium Lombok Bangkit, Dendrobium Indonesia Damai, dan Dendrobium Zamrud Khastulistiwa.
Saat ini Dedek berupaya menggandeng Desa setempat untuk menjadikan kawasanya menjadi kawasan Wisata Anggrek dengan melibatkan beberapa elemen masyarakat.