Mongabay.co.id

Ini Praktik Pelestarian Lingkungan di Wisata Rekreasi Air Terbesar di Bali

Papan seluncur atau slides di Waterboom Bali. Foto : Waterboom-bali.com/Mongabay Indonesia

 

Apakah sebuah waterpark, wahana rekreasi yang berkelimpahan air bisa menghemat air? Bagaimana caranya?

Memasuki arena Waterbom, udara bercampur air langsung mendinginkan suhu panas dari berkendara di jalanan Kuta, Bali, yang panas dan macet. Jelang akhir April lalu, pengunjungnya terlihat sangat ramai. Musim kemarau dimulai.

Pada 23 April kebetulan ada kunjungan belasan mahasiswa ke Waterbom, mereka diajak berkeliling mengenali operasional Waterbom, khususnya cara-cara mengurangi beban lingkungan di industri pariwisata. Green Team, sebuah tim Waterbom terdiri dari staf-staf yang memiliki ketertarikan di isu lingkungan sedang menemani para mahasiswa berdiskusi. Dipimpin Ketut Artha, Eco Champion, pekerja yang bertugas penuh waktu mengawasi program lingkungan perusahaan.

baca : Bali Terancam Krisis Air, Mengapa?

 

Wahana Lazy River yang disesaki pengunjung. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

“Ekonomi dengan alam harus bersinergi. Jika tidak baik untuk lingkungan, tidak baik untuk bisnis. Sejak tahun lalu fokus konservasi air, bill turun Rp1 miliar/tahun,” seru Sayan Gulino, CEO, Waterbom Bali memberi pesan penutup diskusi.

Bagaimana konservasi air itu dilakukan?

Jalan-jalan di lokasi seluas 3,8 hektar dengan tutupan pohon di sebagian areanya ini dimulai dari konter tiket yang tertempel informasi program konservasi hutan bambu dan Bali Water Protection Program. Waterbom menjadi salah satu donaturnya, dan pengunjung juga bisa berkontribusi dengan menyumbangkan sisa deposit.

Kemudian ada rooftop dengan deretan panel surya yang dipasang pada 2018. Ini cara untuk menambah keragaman sumber listrik, dan sejauh energi matahari disebut berkontribusi 6-10% dari kebutuhan.

Turun kembali ke sisi Selatan, ada area pembibitan, tempat penampungan sementara sampah terpilah, dan komposting yang berdampingan. Volume sampah sekitar 20 ton per bulan, dan yang dikompos sekitar 65% dari sampah organik. Sisanya, limbah basah, diberikan ke peternak yang memerlukan pakan.

Hasil composting dibawa ke sarana pembibitan, untuk menambah atau menanam kembali area-area yang dihijaukan. Walau sangat ramai, hirup pikuk di semua wahana seperti water cannons, slides, wheels, ropes, dan giant dump buckets tak terlalu bertabrakan. Bisa jadi karena dibatasi tumbuhan sebagai partisi antar wahana. Bahkan kepadatan terlihat di area slides, semacam seluncuran raksasa. Seperti roller coaster tapi meluncur di air dengan bantuan ban karet. Misalnya Boomerang, Green Vipers, dan Fast n’Fierce.

baca juga : Isi Ulang Air Tanah Atasi Krisis Air Bali, Benarkah?

 

Unit pengolahan air limbah domestik ini diperiksa siap saat oleh Eco Champion, pekerja penuh waktu program lingkungan di Waterbom Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Limpasan air dari aneka wahana slides ini ada yang terciprat ke lantai. Inilah air yang hilang terevaporasi, menguap. Namun sebagian besar air dimasukkan lagi ke saluran irigasi yang akan memutar kembali puluhan meter kubik setiap harinya dalam sistem filter khusus.

Sebagai pembanding, jumlah air yang dipakai pada 2018 sebanyak 188.634 m3, namun menghemat 31.696 m3. Ini bermakna karena 1 m3 air setara dengan seribu botol air berukuran 1 liter. Jumlah yang dihemat ini juga setara dengan 1.668.211 galon air. “Ini merupakan jumlah air minum yang cukup untuk 15 juta orang dalam satu hari,” catat Sayan.

Dari data Waterbom disebutkan pada Maret 2019, Waterbom Bali menggunakan 9.805 m3 air. Kemudian menurun April 2019, konsumsi air menjadi 9.476 m3. Dan di sisi lain juga menghemat sebanyak 6.200 m3 air.

Penurunan konsumsi air karena pada Maret 2019 diberlakukan terobosan baru dalam manajemen air. Sehingga bisa mengurangi hingga 3.640m3. Ini setara dengan 191.053 galon air. Ini berkat berbagai strategi penghematan air yang berfokus pada area kolam dan atraksi, makanan dan minuman, taman, dan perkantoran.

menarik dibaca : Merekam Krisis Air di Bali Melalui Film. Seperti Apakah?

 

Perosotan raksasa di air yang mengalir deras ini salah satu wahana favorit dan menimbulkan tampiasan air saat tiba di bawah. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia.

 

Berapa volume air yang bisa disirkulasikan kembali ke sarana Waterbom?

Setiap bulan, sebanyak 200 hingga 300 m3 air limbah yang telah diproses digunakan untuk irigasi. “Sejalan dengan ekspansi sistem irigasi, kami menargetkan penggunaan air limbah sebanyak 600m3. Salah satu tujuan utama kami adalah meniadakan kehilangan air di taman air, dalam bentuk air limpasan,” jelasnya.

Cara menghemat air selain menyaring air untuk irigasi adalah pemasangan tap, laju aliran rendah yang diatur waktunya di seluruh area. Menyiram tanaman pada waktu tepat, saat air tak mudah menguap.

Jalan setapak kemudian menuju sejumlah sumur imbuhan atau recharge well. Salah satu model dalam program BWP, program perlindungan air yang dilaksanakan sejumlah pihak seperti Yayasan IDEP Selaras Alam, Politeknik Negeri Bali, bekerja sama dengan beberapa donatur. Model sumur imbuhan diyakini mampu menyuntikkan air hujan ke dalam tanah dengan cepat. Mengisi kembali akuiver atau kantong-kantong air bawah tanah yang sudah habis tersedot sumur bor.

Mongabay Indonesia beberapa kali menulis soal potensi krisis air di Bali dan siasat mencegahnya. Kesimpulan pemerintah dan akademisi sejauh ini, potensi air bersih masih besar namun air permukaan yang tak dikelola atau diolah maksimal. Saat ini ada 391 daerah aliran sungai (DAS) di Bali. Namun masih ada kesenjangan karena ketersediaan 101,23 meter kubik/detik, sementara kebutuhan 118,42 meter kubik/detik.

perlu dibaca : Begini Upaya Konservasi Mencegah Krisis Air di Bali

 

Deretan solar panel untuk keragaman sumber energi. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Dalam website-nya, Waterbom menyebut sebagai operasi usaha wisata di Bali yang melakukan sejumlah langkah untuk menetralkan jejak karbon emisi ke atmosfer (carbon neutral).

Menggunakan Greenhouse Gas Protocol, inisiatif yang difasilitasi World Resource Institute dan World Business Council for Sustainable Development, emisi yang dihasilkan Waterbom sudah dihitung. Penghasil emisi langsung di antaranya pembakaran gas untuk memasak di dapur, sistem pemeliharaan air, dan transportasi. Sementara yang tak langsung adalah listrik yang dibeli dan mobilisasi karyawan.

Jalan-jalan menuju pemberhentian terakhir, Sewage Treatment Plant, unit pengolahan limbah domestik agar tidak menghasilkan polusi. Eco Champion bertugas memeriksa hasil pengolahan limbah ini serta melakukan tes. Di sampingnya, sebuah pohon besar jenis beringin berdiri tegak dengan tugu persembahyangan. Ini adalah salah satu pohon tua, sudah ada saat Waterbom dibangun 25 tahun lalu.

Mengenali praktik-praktik ekologis usaha wisata yang akan dikunjungi makin penting, namun berusaha untuk tidak menambah eksplorasi sumber daya juga perlu jadi pertimbangan.

***

Keterangan foto utama : Papan seluncur atau slides di Waterbom Bali. Foto : Waterbom-bali.com/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version