Mongabay.co.id

Jadi Vegan, Cara Kaka Slank Hargai Lingkungan

Kaka Slank saat mengunjungi padang rumput Fulan Fehan di Belu, NTT tahun 2018. Foto : medsos Kaka Slank/Mongabay Indonesia

 

Akhadi Wira Satriaji (Kaka) menghadiri kegiatan Ecodinner di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (PPST), Minahasa Utara, Jumat (7/6/2019). Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan keputusannya berhenti mengkonsumsi daging dan produk turunan hewan sebagai bagian dari upaya menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.

Sudah setahun belakangan Kaka menjadi vegan, terhitung sejak 10 Maret 2018, hari ulang tahunnya. Selain karena ingin mencoba tantangan baru, keputusan itu juga dipengaruhi oleh hobi menyelamnya. Dia merasa tidak adil terus-menerus mengkonsumsi ikan, makhluk yang dikaguminya di dalam laut. Sehingga, menjadi vegan adalah pilihan.

“Karena tujuanku diving itu bersyukur pada Tuhan. Kayak meditasi. Enggak adil abis meditasi, setelah naik ke darat aku bakar ikannya. Ironis. Jadi vegan biar fair,” terang Kaka pada hadirin Ecodinner.

Meski demikian, Kaka tidak pernah mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut menjadi vegan. Dia menolak merasa menjadi yang paling benar atau menggurui orang lain. Berbuat untuk alam meskipun berdampak kecil dianggap menjadi pilihan yang paling tepat. Biar orang lain menilai perbuatannya dan menentukan pilihan sendiri.

baca : Kaka Slank Galang Dana untuk Pendidikan Lingkungan di Sulawesi Utara

 

Kaka Slank saat Ecodinner di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (PPST), Minahasa Utara, Sulut, Jumat (7/6/2019) menjelaskan dirinya menjadi vegan sebagai upaya menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Foto : Themmy Doaly/Mongabay Indonesia

 

Keputusan menjadi vegan kemudian harus disiasati dengan pengaturan menu konsumsi. Sebab, baik di rumah ataupun dalam pergaulannya bersama personil Slank, hanya Kaka seorang yang tidak mengkonsumsi daging ataupun produk turunan hewan.

“Di rumah, aku lebih banyak makan tempe-tahu, paling diselingi dengan jamur. Orang rumah bikin dua menu, sebagian besar untuk konsumsi umum di rumah, sama porsi kecil buat aku,” ujar Kaka kepada Mongabay-Indonesia saat di PPST.

“Terus, kalau lagi jalan sama anak-anak Slank, aku enggak maksain menu-menu khusus. Cuma modifikasi menu yang mereka makan aja. Misalnya anak-anak ke restoran padang, aku cuma makan sayur aja.”

Meski dikelilingi orang-orang yang berbeda menu makanan, namun Kaka tidak merasa kesulitan menjalani pilihannya. Sebab, dia merasakan dampak positif menjadi vegan, seperti tidak pernah sakit selama setahun belakangan. Selain itu, stamina setelah beraktifitas semakin cepat pulih.

“Selama jadi vegan gua belum sakit sama sekali. Terus, beberapa bulan setelah vegan, aku sempet tur yang lumayan padat, tapi recovery-nya lebih cepet. Jadi gua seneng. Vegan lebih menunjang kebutuhan gua.”

Sebagai figur publik, Kaka paham, pilihan hidupnya berdampak pada para penggemarnya menjadi vegan. Dia yakin penghormatan generasi milenial terhadap lingkungan hidup dan hewan semakin meningkat.

“Vegan adalah cara hidup di masa depan. Saya yakin, milenial lebih mudah terpengaruh untuk jadi vegan. Bukannya gua men-judge anak sekarang gampang dipengaruhi. Tapi, makin ke sini, milenial semakin respect sama binatang,” terangnya.

baca juga : Ketika Kaka Slank Serukan Pemulihan Lingkungan di Pulau Bangka Sulawesi Utara

 

Kaka Slank saat Ecodinner di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (PPST), Minahasa Utara, Sulut, Jumat (7/6/2019) menjelaskan kenapa dirinya menjadi vegan. Foto : Yayasan Suara Pulau/Mongbay Indonesia

 

Selama acara Ecodinner di PPST, Kaka Slank mencoba dan menyukai berbagai menu yang tidak hewan. Kaka merasa senang hadir di acara itu, karena berada di tengah-tengah orang yang menghormati makhluk hidup lainnya.

“Saya senang sekali ketika datang ke suatu tempat, terus ketemu komunitas vegan. Karena, menurut gua, mereka adalah orang yang level of understanding-nya (pada hewan) cukup baik. Kalau ngobrol dengan mereka asyik,” ujar Kaka.

 

Konsumsi Ramah Lingkungan

Ecodinner di PPST merupakan bagian dari kegiatan“Live Accoustic & Talk Show Bersama Kaka Slank”. Lewat kegiatan itu, Yayasan Suara Pulau coba memperkuat program pendidikan “Belajar Bersama Alam” yang diselenggarakan di gugusan pulau Kinabuhutan, Talise, Bangka dan Gangga.

Ecodinner adalah kegiatan yang dirancang bersama PPST. Dalam kegiatan tersebut mereka memperkenalkan menu konsumsi yang ramah lingkungan. Menurut Billy Gustafianto, Manager Wildlife Rescue & Endangered Species PPST, Ecodinner lebih menitikberatkan pada produk-produk yang didapat secara lokal dan organik.

“Kita harus sadar apa yang kita konsumsi berpengaruh pada lingkungan. Bukan melarang orang makan daging. Tapi paling tidak, dengan mengurangi (makan daging), kita sudah ikut mengurangi pemanasan global,” terangnya.

Kata Billy, masalah lingkungan dan perubahan iklim sebenarnya juga datang dari industri peternakan skala besar. Peternakan sapi misalnya, dituding sebagai penyumbang gas rumah kaca akibat metan yang dihasilkan.

Sehingga, dalam kegiatan itu mereka menampilkan menu yang sehari-hari dikonsumsi di kantor PPST, baik menu vegan maupun vegetarian, seperti sate dari daging buatan, sate dari jantung pisang, jamur bumbu woku (bumbu khas minahasa), rendang kacang merah dan berbagai jenis sayuran.

“Menu-menu ini adalah menu yang sehari-hari dikonsumsi di sini. Protein sendiri, yang kami konsumsi telur, paling tinggi ikan yang kami dapat dari nelayan setempat. Itupun kami coba tidak setiap hari. Untuk bumbunya sendiri, kami hindari penggunaan MSG (Monosodium glutamat). Kami gunakan penyedap masakan dari jamur,” jelas Billy.

perlu dibaca : Begini Keresahan Kaka Slank Melihat Laut Indonesia

 

Kaka Slank mencoba menu vegan saat Ecodinner di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (PPST), Minahasa Utara, Sulut, Jumat (7/6/2019). Kaka mencoba berbagai menu vegan termasuk sate jamur. Foto : Themmy Doaly/Mongbay Indonesia

 

Ulva Take, pendiri Yayasan Suara Pulau mengatakan, melalui kegiatan tersebut pihaknya coba mendukung kampanye PPST. Selain dinner, mereka ingin membagi pengetahuan pada peserta untuk terlibat dalam penyelamatan satwa.

“Kami senang waktu ditawarkan kegiatan ini. Semakin banyak kerjasama, semakin kuat. Kita ingin bikin kampanye lebih luas. Klop dengan Kaka. Dia bukan hanya peduli laut, tapi satwa-satwa di sekitar dia,” kata Ulva.

Khouni Lomban Rawung, Kepala Sekolah Lingkungan Bitung menambahkan, sebagai orang yang juga dipercaya sebagai Duta Yaki Indonesia, Ecodinner turut menopang dan mendukung visi-misinya. Bagi Khouni, penyelamatan yaki (Macaca nigra) menjadi pintu masuk untuk menyelamatkan alam.

“Kami di kota Bitung sedang bikin Perda Tumbuhan dan Satwa Liar, kemudian SRAK (Strategi dan Rencana Aksi Konservasi) yaki sudah sampai di tingkat kementerian.”

Dia turut mencicipi menu Ecodinner dan turut memberi apresiasi. Beberapa menu sudah pernah dicoba sebelumnya, namun banyak lainnya yang baru dia rasakan malam itu. “Rasanya enak. Saya bahkan tanya-tanya resepnya. Jantung pisang pernah konsumsi, tapi ini pengolahannya beda. Kemudian klapertart ternyata bisa dibikin tanpa telur, susu dan keju,” pungkas Khouni.

baca juga : Kepedulian Tiada Pudar Kaka Slank untuk Pulau Bangka

***

Keterangan foto utama : Kaka Slank saat mengunjungi padang rumput Fulan Fehan di Belu, NTT tahun 2018. Foto : medsos Kaka Slank/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version