Mongabay.co.id

Bagi Burung, Pohon Adalah Segalanya

 

 

Di alam, burung dan pohon memiliki hubungan timbal balik menguntungkan. Burung madu, tidak hanya mengambil nektar tetapi juga membantu penyerbukan. Begitu juga dengan rangkong yang mendatangi pohon ficus sekaligus menebarkan biji.

Ketua Forum Pohon Langka Indonesia [FPLI] Tukirin Partomihardjo menuturkan, selain penghasil oksigen dan penyedia air bersih untuk manusia, pohon juga penting bagi kehidupan burung.

“Di alam, burung membutuhkan pohon sebagai tempat bersarang, juga tempat mencari pakan berupa buah, biji, dan serangga. Manfaat lainnya adalah mengatur iklim dan memberikan udara segar,”ujarnya. “Karena burung merupakan salah satu pembentuk hutan, sebagai imbalannya, hutan menyediakan pakan, tempat bersarang, dan, tempat berlindung bagi burung,” lanjut Tukirin.

Baca: Kepedulian Kita pada Pelestarian Pohon Masih Rendah?

 

Julang papua bertengger di sarangnya. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

 

Di Waifoi, Papua Barat, jenis pohon merbau [Intsia bijuga] dimanfaatkan oleh julang papua [Rhyticeros plicatus] sebagai sarang. Kenapa dipilih? Tingginya 35-50 m, diameter batangnya besar, serta berbunga sepanjang tahun.

Tim patroli binaan BBKSDA Papua Barat dan Fauna & Flora International Indonesia Programme di Waifoi, berhasil mengamati perilaku burung berparuh besar itu. Ada empat sarang yang digunakan julang papua dengan jenis pohon merbau.

Baca: Pohon-pohon Langka Indonesia, Bagaimana Nasibnya?

 

Kakatua koki menggunakan pohon merbau sebagai sarang. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

 

Londik Gamaru, Renos Gaman, dan Kelvin Gaman memiliki data aktivitas makan julang papua dari November hingga Desember 2018. Mereka mencatat perilaku jantan yang sedang memberi makan betina dan anak yang berada di lubang pohon merbau.

“Kami memantau seharian. Jantan bolak balik ke sarang dari pagi hingga sore. Jam 5.30 WIT, sang jantan sudah memberi makan hingga sore sekitar 17.15 WIT. Jantan memberikan buah beringin [Ficus sp] dan melinjo [Gnetum gnemon]. Frekuensi memberikan makanan kepada betina, dari paling sedikit tiga kali hingga 75 kali. Tergantung besar kecilnya buah,” jelasnya.

Londik menambahkan, selama dua bulan memantau empat sarang, tampak empat jantan terus mencari makan untuk masing-masing betina. “Selain menantau suasana sekitar sarang, jantan akan bersuara saat ia tiba di sarang membawa makanan.”

Baca juga: Ruang Terbuka Hijau, Penting untuk Manusia dan Kehidupan Burung

 

Kakatua raja. Foto: Asep Ayat

 

Sarang bersama

Uniknya, pohon merbau tidak hanya digunakan julang papua sebagai sarang. Saat saya berkesempatan memantau burung di Waifoi, satu pohon merbau bahkan digunakan hingga tiga jenis burung, yaitu julang papua, nuri bayan [Eclectus roratus], dan kakatua koki [Cacatua galerita].

Sementara di Waisai, Papua Barat, pohon merbau digunakan bersama elang bondol [Haliastur indus] dan nuri bayan sebagai sarang. Elang bondol menggunakan sudut cabang sedangkan bagian atas lubang digunakan sebagai sarangnya nuri bayan.

Adanya sarang bersama, ternyata bermanfaat untuk menjaga ancaman. Saat saya mengambil gambar terlalu dekat dengan sarang, misalnya, kakatua akan membunyikan suara peringatan sangat keras. Alhasil, julang yang tadinya akan menuju sarang, tidak jadi bertengger lalu menjauh.

 

Nuri bayan di dalam sarang. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

 

Pohon tidur

Selain untuk sarang, pohon digunakan juga untuk tidur. Salah satunya digunakan oleh jenis burung laut, cikalang. Di Pulau Rambut, cikalang memanfaatkan kepuh [Sterculia foetida] di Suaka Margasatwa Pulau Rambut.

Berdasarkan hasil penelitian Putri Wardhani berjudul Studi Tempat Bertengger Burung Cikalang di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, dijelaskan bahwa cikalang memanfaatkan jenis kepuh, karena pohon paling besar, tinggi. Selain itu, banyak percabangan dan dekat laut di antara jenis pohon yang ada di Pulau Rambut.

“Pemanfaatan pohon kepuh sebagai tempat bertengger diduga berkaitan dengan morfologi burung cikalang serta karakteristik pohon itu sendiri. Dengan ukuran tubuh besar dan sayap lebar, kepuh mudah untuk dihinggapi. Bentuk kaki cikalang juga mempengaruhi pemilihan tempat bertengger. Kaki kecil dan sulit untuk berjalan, lebih memilih percabangan besar, sedangkan ukuran paling tinggi memudahkan cikalang mendarat atau terbang kembali tanpa merusak sayap,” jelasnya.

 

Buah ara yang merupakan pakan burung di hutan. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Putri menambahkan, cikalang memanfaatkan 21 pohon kepuh di barat dan selatan Pulau Rambut. “Dengan rata-rata tinggi 42.26 m, ternyata pohon ini sama tingginya dengan pohon tempat burung cikalang ini berasal, di Pulau Christmas, Australia,” jelasnya lagi.

Untuk menyediakan habitat yang tepat bagi burung, diperlukan hutan dengan jenis pohon beragam. Alasannya, jenis burung lebih suka dengan hutan alami, bahkan ada spesies yang hanya ada di pinggir hutan, menyukai hutan campuran.

 

Merawat pohon berarti kita merawat kehidupan makhluk hidup di Bumi. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Bagaimana agar hutan tetap ada? Tukirin kembali menjelaskan, menanam dan memelihara pohon di lingkungan kita atau membantu mempertahankan lingkungan agar tetap ditumbuhi pepohonan adalah satu-satunya cara. “Menjaga pohon di alam berarti menyediakan habitat satwa, termasuk burung sebagai agen pemencar biji.”

Bumi tanpa pohon tidak akan bisa dihuni manusia maupun satwa liar. Untuk itu, hutan harus dilestarikan. Hutan tanpa tegakan pohon tidak bisa disebut hutan. “Hutan menurut UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan, berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungan. Satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan,” paparnya.

 

 

Literatur:

https://www.sciencelearn.org.nz/resources/1163-birds-roles-in-ecosystems

https://arboriculture.wordpress.com/2017/02/13/trees-in-the-ecosystem-pt-iii-trees-birds/

http://www.worldagroforestry.org/treedb2/AFTPDFS/Intsia_bijuga.PDF

Stratford, J.A and Şekercioğlu, C.H. 2015. Birds in Forest Ecosystems. Handbook of Forest Ecology. University of Utah.

Wardhani, P.K. 2011. Studi Tempat Bertengger Burung Cikalang Di Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Skrispsi. Program Studi Biologi, Jurusan Biologi.

 

 

Exit mobile version