Mongabay.co.id

Dedikasi Tiada Henti Taiyeb untuk Mangrove Tongke-tongke Sinjai [2]

Dua warga Gampong Jawa, Banda Aceh menanam bibit mangrove di lahan gambut milik desa. Foto: Irwandi/Juara 3 Pers DETaK 2018

 

Memasuki Desa Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, akan sangat sulit melihat langsung ke laut. Sebab nyaris sepanjang garis pantainya berbaris pohon mangrove, dengan jenis Rhizopora yang sangat rapat dan subur diterpa angin laut.

Bila berbicara tentang hutan mangrove di Sinjai itu, dan hutan mangrove di wilayah lain di Sulawesi Selatan, tidak akan lepas dari sosok M. Taiyeb.

Selama lebih dari 34 tahun, Taiyeb bergelut mereboisasi lahan pesisir yang rusak dan terbengkalai dengan bibit mangrove, tidak hanya di Sinjai, tetapi juga di Sulsel dan tempat lainnya.

Dedikasi tiada henti pria berusia 82 tahun itu berawal berawal pada tahun 1985 ketika melihat abrasi dan kerusakan pantai di desanya. Kondisi itu membuatnya berinisiatif menyelamatkan pesisir Desa Tongke- menanam pohon mangrove.

“Dulu di sini (Tongke-tongke) sama sekali ndak ada Mangrove. Di depan sana adalah laut tanpa pembatas. Kondisi lingkungan kami saat tahun itu sangat menyedihkan. Rumah warga selalu rusak karena abrasi dan terkena rob tiap kali terjadi air pasang. Dengan kondisi demikian, ndak membuat kami harus pindah ke gunung. Sebagai nelayan ndak mungkin perahu kami disimpan di pesisir, lalu kami tingggal di gunung demi menghindari abrasi itu,” ujar Taiyeb

baca : Dedikasi Tiada Henti Taiyeb untuk Mangrove Tongke-tongke Sinjai

 

H. M. Taiyeb, Penggagas penanaman Mangrove di Desa Tongke-tongke, Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulsel. Foto : Rahmi Djafar/Mongabay Indonesia

 

 

Penjaga Ekosistem

Fungsi ekologis hutan mangrove, ternyata tidak hanya mencegah abrasi pesisir. Menurut Penasehat Teknis Lingkungan Blue Forest –sebuah LSM lingkungan lokal– Yusran Nurdin, mangrove memiliki banyak fungsi, baik terhadap lingkungan juga sumber pangan dari laut.

Karena posisinya di garis pantai, hutan mangrove berfungsi menjaga keseimbangan antara laut dan pesisir. Disampinng bisa menahan gelombang air rob dari arah laut sehingga mencegah abrasi, hutan mangrove dapat menahan serangan zat-zat berbahaya dari arah daratan yang dapat merusak biota laut.

Sedangkan karakteristik unik akar napasnya –yang tidak dimiliki pohon di daratan–, menjadikan pohon mangrove berperan tinggi dalam menyeimbangkan gas berbahaya di atmosfer. Selain itu, saat musim barat, hutan mangrove dapat mengurangi terpaan angin kencang dari laut sebelum sampai ke daratan.

Yusran menambahkan fungsi penting hutan mangrove terkait krisis iklim adalah sebagai penyimpan gas karbon. “Jika pohon mangrove ditebang, maka karbon yang terakumulasi di substratnya ikut terlepas ke udara (dan pada akhirnya menambah dampak perubahan iklim). Padahal hutan mangrove 10x lipat menyimpan karbon dibanding hutan tropis, terutama di substratnya karena akumulasi pengendapan serasah,” jelasnya.

baca juga : Redupnya Pesona Mangrove Tongke-tongke

 

Pengunjung tengah menyusuri kawasan hutan mangrove, Desa Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulsel, dengan menggunakan perahu bermesin. Foto : Rahmi Djafar/Mongabay Indonesia

 

Saat survei Kondisi Pemanfaatan Mangrove di Desa Tongke-tongke oleh Pusat Informasi Mangrove-JICA bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia pada 2003, lanjut Yusran, mereka menemukan beberapa fakta menarik seperti aturan tradisional pengelolaan dan pemanfaatan hutan mangrove.

“Aturan (tradisional) tersebut mengatur penebangan pohon mangrove yang lebih selektif. Orang hanya diperbolehkan menebang pohon untuk penjarangan. Kepemilikan areal Mangrove adalah pribadi. Oleh karena itu, setiap pemilik bertanggung jawab atas pengelolaan mangrove yang ditanamnya,” jelasnya.

Kesimpulan lainnya, masyarakat Desa Tongke-tongke menunjukkan kepedulian terhadap kelestarian hutan mangrove, karena merasakan dampak positifnya berupa perlindungan pesisir dari abrasi dan rob.

Meski bermanfaat, tetap saja ada ancaman bagi hutan mangrove, salah satunya berupa alih fungsi lahan menjadi tambah oleh para pemilik lahan.

“Oleh karena itu, kepedulian terhadap pembangunan wisata ekologi mangrove di Tongke-tongke mungkin dapat menjadi jawaban bagi ancaman tersebut. Sebagai konsekuensinya, pengembangan hutan Mangrove di Tongke-tongke sebagai daerah kunjungan wisata ekologi, perlu diperhatikan,” tandasnya.

menarik dibaca : Mangrove Terjaga, Kesejahteraan Nelayan Meningkat di Lantebung

 

Pesan pengelolh kawasan wisata hutan mangrove Tongke-tongke, untuk sadar kebersihan lingkungan. Foto : Rahmi Djafar/Mongabay Indonesia

 

Ketersediaan Pangan

Meski ada lahan tambak di pesisir Dusun Tongke-tongke, tetapi masyarakat sekitar tetap lebih banyak mempertahankan mangrove dibanding tambak. Terlihat dari luasnya hutan mangrove sampai beberapa meter ke pantai.

Menurut pemerhati ekosistem laut Sulsel, Prayogo Prastyo Bagus Kusuma, hutan mangrove juga berfungsi sebagai tempat hidup biota laut yang dapat dimanfaatkan warga setempat.

“Mangrove bisa menjadi tempat pemijahan sebagian ikan-ikan dan biota lautnya. Analoginya seperti panti asuhan sementara. Anakan ikan itu tinggal di perakaran mangrove. Setelah dewasa, ikan-ikan itu barulah bermigrasi ke laut,” jelas Prayogo.

Selain menangkap ikan, warga juga menangkap satwa laut seperti kerang, udang dan kepiting diantara pohon mangrove saat pantai surut.

Sedangkan Kepala Seksi Pesisir dan Kelautan, Dinas Perikanan Kabupaten Sinjai, Irwan Syamsuddin mengatakan pihaknya memang sangat memperhatikan wilayah hutan mangrove Tongke-tongke.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengunjungi langsung lokasi tersebut, dan membuat kebijakan penyerahan pengelolaan wilayah Tongke-tongke dari pemerintah pusat ke pemerintah setempat dengan program “Restorasi Hutan Mangrove”

Lewat program, lanjut Irwan, masyarakat diedukasi tentang peran penting mangrove. Salah satunya perbaikan jembatan pada 2014-2015 di kawasan mangrove sebagai pusat restorasi dan pembelajaran Mangrove di Tongke-tongke.

perlu dibaca : Nelayan Kepiting Ini Merasakan Manfaat Rehabilitasi Mangrove

 

Salah satu jembatan penghubung perkampungan warga Desa Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai, Sulut. Foto : Rahmi Djafar/Mongabay Indonesia

 

Irwan mengatakan pihaknya pernah menjalankan program penggemukkan kepiting bakau untuk warga setempat.

Keberadaan hutan mangrove, lanjutnya, sangat memengaruhi sumber pangan laut. Dinas Perikanan Sinjai mencatat areal lahan budidaya air payau di Tongke-tongke pada 2017 antara lain ,potensi tambak 98,3 hektare, pemanfaatan 89 hektare, dan daerah alirasn sungai sebesar 4.014 hektare.

Berkat perjuangan Taiyeb dan warga, kini hutan mangrove tidak hanya menyelamatkan pesisir Tongke-tongke dan warga setempat dari abrasi, tetapi mereka merasakan manfaat langsung dari hutan mangrove bagi kehidupan dan perekonomiannya.

Bahkan mangrove Tongke-tongke telah menjadi rujukan berbagai pihak, untuk belajar reboisasi kawasan pesisir dan pemanfaatannya. Semoga kawasan mangrove Tongke-tongke bisa terus lestari.

***

*Rahmi Djafar, jurnalis Sulselekspres.com. Artikel ini didukung oleh Mongabay Indonesia

 

***

Keterangan foto utama : ilustrasi. Dua warga Gampong Jawa, Banda Aceh, Aceh, menanam bibit mangrove di lahan gambut milik desa. Foto: Irwandi/Juara 3 Pers DETaK 2018

 

Exit mobile version