Mongabay.co.id

Bebersih Ciliwung Bukan Hanya Kejar Rekor MURI

 

 

Puluhan perahu karet hilir mudik di aliran Sungai Ciliwung, tepat di samping kantor Yayasan Bambu Indonesia, di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Minggu [23/6/2019]. Ratusan pelajar berseragam pramuka dan warga tampak sibuk memunguti sampah yang ada di aliran sungai sepanjang 119 kilometer dengan luas 387 kilometer persegi tersebut. Sungai yang memiliki peran strategis ini melintasi 13 anak sungai di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Jakarta.

Ilfia Indriani, pelajar kelas sepuluh Madrasah Aliyah Negeri [MAN] I Bogor, bersama rekannya larut memunguti berbagai jenis sampah dan memasukkan ke karung. “Saya senang ikut kegiatan ini. Pramuka terkenal dengan gotong royong, disiplin, dan kerja sama. Kami dapat lima karung dari berbagai titik. Ada sampah plastik, karpet, pakaian, kasur, dan sebagainya,” katanya.

Ilfia mengaku sedih melihat Sungai Ciliwung yang tercemar. Untuk itu, ia tertarik ikut acara Bebersih Ciliwung yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, diikuti 8.433 peserta. Kegiatan ini dilaksanakan di 33 kecamatan, dengan 36 lokasi di sepanjang Sungai Ciliwung.

Total jalur sungai yang dibersihkan adalah 69,3 kilometer. Dibarengi banyaknya peserta yang ikut, Bebersih Ciliwung berhasil mencatat rekor Museum Rekor Indonesia [MURI].

“Sampahnya banyak sekali. Ini menunjukan warga kurang menjaga lingkungan, kurang cinta alam. Apa susahnya buang sampah pada tempatnya,” ujar Ilfia.

Hal senada diungkap Muhammad Sanusi. Siswa kelas sebelas dari sekolah yang sama ini mengatakan, ia bersama teman satu regunya yang terdiri enam orang, telah mengumpulkan dua puluh karung sampah. “Sampah yang didapatkan kebanyakan plastik,” katanya.

Ia berpendapat, warga seharusnya bisa menjaga kebersihan. “Saya akan mengajak teman-teman untuk menjaga kebersihan Sungai Ciliwung,” tuturnya.

Baca: Ketika Sungai Ciliwung Meluap, Jakarta Kebanjiran

 

Sungai Ciliwung tidak hanya dipenuhi sampah plastik, tetapi juga menghadapi masalah kotoran manusia yang dibuang langsung. Foto: Indra Nugraha/Mongabay Indonesia

 

Program naturalisasi

Lurah Sempur Rena Da Frina mengungkapkan, Pemerintah Kota Bogor tengah menjalankan program naturalisasi Sungai Ciliwung. Diharapkan, kondisi sungai kembali sedia kala. Alami kualitas airnya, juga vegetasinya.

“Wali Kota Bogor tidak main-main. Kami berkolaborasi, membentuk Satgas Ciliwung yang tugasnya setiap hari berputar ke wilayah yang dilintasi sungai. Satgas terdiri beberapa elemen, dari TNI, dinas terkait, Satpol PP, Dinas Lingkungan Hidup, LSM, komunitas pencinta lingkungan, warga, dan aparat kelurahan,” jelasnya.

Selain sampah, Rena mengatakan, masih banyak warga yang buang air besar di Ciliwung. Di Kelurahan Sempur, ia tak menampik masih ada rumah yang tidak memiliki septic tank. Sehingga, kotoran manusia dari toilet rumah, langsung dibuang ke sungai. Tak hanya itu, banyak juga warga yang buang air besar di sungai.

Sejak program naturalisasi dijalankan, Rena mengklaim, tingkat kepedulian masyarakat Kelurahan Sempur mulai tumbuh. Bahkan menurutnya, saat ini tumpukan sampah di sepanjang sudah minim. “Kami datang ke warga, mengdukasi pemilahan sampah. Sampah plastik bisa didaur ulang, untuk sampah basah dijadikan kompos,” tegasnya.

Baca: Selain Sampah, Ada Persoalan Lain yang Dihadapi Ciliwung

 

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyambut baik aksi Bebersih Ciliwung. Foto: Indra Nugraha/Mongabay Indonesia

 

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum yang hadir mengatakan, membersihkan Ciliwung membawa kebaikan dan kemaslahatan semua pihak. Ciliwung bersih, akan menghindarkan dampak bencana. “Mudah-mudahan kegiatan ini diikuti kelompok lain di Jawa Barat.”

Menurut dia, Pemprov Jawa Barat akan melakukan pemulihan semua sungai yang ada. Tidak hanya fokus pada Sungai Ciliwung dan Citarum. “Kami dengan tim dan dinas terkait akan melakukan pembahasan serius. Harus ada perubahan lebih baik.”

Uu mengatakan, penindakan pelaku usaha dan industri yang mencemari sungai di Jawa Barat tetap dilakukan. Secara bersamaan, pihaknya juga akan melakukan pendekatan bertahap. “Tidak cukup ditindak hukum. Harus ada solusi inovatif yang sedang dibahas.”

Uu mengaku, Pemprov Jabar sudah memiliki banyak aturan mengenai sampah dan limbah. Baik dalam bentuk perda, pergub maupun SK Gubernur. Tinggal bagaimana peraturan itu diimplementasikan dengan baik. “Tidak menutup kemungkinan diperbarui, berdasarkan situasi dan perkembangan yang ada,” paparnya.

Baca: Normalisasi untuk Cegah Banjir Ciliwung, Jalan Efektif atau Jadi Masalah Baru?

 

Kegiatan Bebersih Ciliwung sepanjang 69,3 kilometer dan diikuti sebanyak 8.433 peserta dicatat sebagai rekor MURI. Foto: Indra Nugraha/Mongabay Indonesia

 

Sungai strategis

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, M.R. Karliansyah mengatakan, Ciliwung merupakan sungai strategis di Indonesia, sekaligus ikon Jakarta. Sungai yang dari masa ke masa menjadi sumber kehidupan dan aktivitas warga. Pemanfaatannya sebagai sumber air baku, irigasi, hingga kegiatan wisata.

“Kualitas airnya belum mencapai kelas II berdasarkan PP 82 Tahun 2001. Pemulihan tidak bisa dilakukan pemerintah atau masyarakat saja, perlu kerja sama semua pihak,” paparnya.

Karliansyah menuturkan, tantangan memperbaiki Sungai Ciliwung sangat besar. Berdasarkan penelitian, jumlah limbah rumah, sampah, limbah industri, limbah ternak, dan pencemaran dari pertanian sebesar 54,4 ton BOD per hari. Sementara, kemampuan sungai menampung beban pencemaran hanya 9,29 ton BOD [Biological Oxygen Demand] per hari. “Artinya, sungai melewati daya dukungnya.”

Tantangan lain, perubahan tata ruang dan tutupan lahan yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, meningkatkan kerentanan bencana banjir. Daerah sempadan sungai [riparian] dari Bogor, Depok, dan sebagian Jakarta Selatan yang merupakan 60 % dari total luas sempadan Ciliwung, sekitar 37,11 persen telah menjadi daerah terbangun kedap air.

“Mimpi mewujudkan Ciliwung bersih, indah, dan menjadikannya sebagai halaman depan butuh transformasi kebijakan, ide kreatif, dan program yang terintegrasi. Dimanapun kita, mari kita mewujudkan keberlanjutan kehidupan di Bumi ini,” katanya.

Baca juga: Menuai Lestari dari Harumnya Biji Kopi di Hulu Sungai Ciliwung

 

Sungai Ciliwung yang melintasi Kota Bogor, padat dipenuhi perumahan di sekitarnya. Foto: Komunitas Peduli Ciliwung Bogor

 

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan Bebersih Ciliwung merupakan kolaborasi masyarakat, komunitas, pemerintah, dunia usaha, dan generasi muda. “Ini menunjukkan interaksi kuat dan keterikatan antara komunitas dengan sungai sudah terbentuk sejak lama,” ucapnya.

Siti mengatakan, modal sosial ini sangat berharga, karena tantangan memperbaiki Ciliwung sangat besar. Menurutnya, KLHK bersama komunitas-komunitas telah mengkombinasikan konsep restorasi riparian dengan upaya penurunan beban pencemaran dari limbah domestik. Tempat tersebut sebagai pusat edukasi lingkungan berbasis ekoriparian.

“Ekoriparian Srengseng Sawah di Depok untuk Ciliwung, Ekoriparian Teluk Jambe Karawang untuk Sungai Citarum, telah menjadi tempat studi banding bagi komunitas, pemerintah daerah, dan generasi milenial,” ujarnya.

Selain Ciliwung, Siti mengatakan, Pemerintah fokus memulihkan 14 sungai lainnya. Ada Sungai Asahan Toba, Siak, Musi, Sekampung, Cisadane, Citarum, Serayu, Solo, Brantas, Kapuas, Moyo, Limboto, Saddang, dan Jeneberang. Anggaran yang disiapkan lebih dari Rp2 triliun. Angka tersebut termasuk proyek pemulihan 15 danau prioritas dan 65 bendungan.

“Saya sudah bilang ke Pak Dirjen. Pola yang diperlihatkan di sini sedang kita lakukan. Secara keseluruhan, cara ini cukup laik untuk diperluas di masyarakat. Paling tidak di 15 sungai prioritas Indonesia,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version