Mongabay.co.id

Berburu Embun Beku di Lautan Pasir Gunung Bromo

 

Hambaran pasir membentang luas, jejak roda mobil dan sepeda motor menapaki kawasan lautan pasir. Roda kendaraan menggilas, memadatkan pasir hingga membentuk jalur menuju Gunung Bromo. Ini lah jalur lautan pasir, bagian dari Kaldera Tengger di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 6.290 hektare. Ribuan mobil jip dan sepeda motor melintas mulai pagi buta. Kendaaraan hilir mudik, mengangkut wisatawan untuk

Sebagian kendaraan berhenti, mereka memarkir jip berjajar. Berderet seolah membentuk barisan. Para wisatawan turun, untuk berswafoto atau sekadar melihat lanskap lautan pasir di kawasan tropis. Sejumlah warga suku Tengger menjajakan minuman panas, kopi, teh atau jeruk. Minuman panas cocok untuk mengusir hawa dingin, meski lautan pasir hawa dingin menusuk tulang.

“Suhu di siang hari sekitar 5 derajat celcius, malam dan pagi bisa di bawah itu,” kata kepala sub bagian data evaluasi dan humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), Sarif Hidayat. Para pengunjung mengenakan jaket tebal, bersepatu, sebagian mengenakan tutup kepala dan sarung tangan.

baca : Cuaca Dingin sampai Embun Es di Musim Kemarau, Fenomena Apa?

 

Wisatawan melakukan pemotretan dengan latar belakang pasir yang diselimuti embun beku di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (29/06/2019). Terkait fenomena frost, petugas menghimbau agar wisatawan lebih berhati-hati. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Wisatawan berjalan diantara pasir yang diselimuti embun beku, atau fenomena frost di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (29/06/2019). Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Berada di lautan pasir, namun suhu udara dingin menusuk tulang. Menjadi sensasi tersendiri. Bahkan udara dingin menyebabkan embun membeku, dedaunan dan rumput menempel “bunga es”yang terbentuk dari suhu udara ekstrem.

Embun membeku juga terhampar luas di kawasan lautan pasir. Tepatnya berada di sisi timur, sinar matahari tertutup deretan bukit yang membentang dari utara ke selatan. Sehingga embun membeku lebih lama. Sekitar pukul 07.30 WIB, masih terhampar “salju” di atas lautan pasir. Terhampar putih, tipis menyelimuti lautan pasir.

Sayang sebagian wisatawan tak menyadari kehadiran embun membeku yang hanya selemparan batu. Mereka asyik mencengkrama dan menikmati pemandangan alam di kawasan lautan pasir. “Tak tahu, saya tiba pukul 8.30 di lautan pasir. Sudah tak menemukan embun membeku,” kata wisatawan asal Mojokerto, Ridho Saiful.

Ia datang rombongan bersama keluarga. Saiful telah beberapa kali berwisata di kawasan gunung aktif Gunung Bromo. Mereka menumpang mobil jip melalui Tosari, Kabupaten Pasuruan. Sekitar pukul 04.00 WIB, rombongan tiba di kawasan penanjakan untuk melihat matahari terbit.

“Dingin, kata warga setempat jam 13.00 sampai jam 5 pagi suhu sampai 30C,” ujarnya. Untuk menikmati fenomena matahari terbit, mereka rela harus antre berjam-jam. Maklum musim libur sekolah, jumlah pengunjung melonjak signifikan.

 baca juga : Embun Beku Dieng Sudah Mulai Turun, Mungkinkah Skalanya Meluas Saat Puncak Kemarau?

 

Warga suku tengger membawa kuda untuk disewakan ke wisatawan melewati padang savana yang masih berkabut di kawasan Bromo Tengger Semeru, wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, sabtu (29/06). Sejumlah titik di Gunung Bromo dan Semeru dilaporkan mengalami fenomena frost, atau embun yang membeku. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Wisatawan berjalan diantara rumput yang mengalami fenomena frost, atau embun yang membeku di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (29/06). Fenomena Frost sering kali terjadi ketika musim kemarau. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Menyedot Wisatawan

Fenomena embun membeku terjadi sejak 18 Juni tersebar di sekitar Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Sedangkan di lereng Gunung Semeru mulai di Ranupani, Ranukumbolo dan Ranuregulo. Sedangkan embun beku di kawasan Bromo meliputi lautan Pasir, padang sabana dan Cemoro Lawang, Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo dan kawasan penanjakan di Kabupaten Pasuruan.

Sarif Hidayat menyarankan wisatawan untuk menyiapkan pakaian hangat jika berkunjung ke Gunung Bromo atau mendaki Gunung Semeru. Seperti mengenakan jaket dan kaos tangan, sedangkan warga setempat berselimut sarung untuk menghindari suhu dingin di Bromo.

Fenomena bunga es menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan ke Gunung Bromo. Bunga es terjadi pada malam dan dini hari akibat suhu dingin di kawasan dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dedaunan, dan rumput berselimut bunga es sejak dini hari.

Penasaran dengan fenomena bunga es, jumlah pengunjung naik sekitar 30 persen. Dari rata-rata pengunjung harian dari Cemoro Lawang 40-60 wisatawan mancanegara dan 1.000 wisatawan nusantara.

Data pengunjung Bromo dan Semeru pada Mei 2019 sebanyak 53.868 wisatawan, terdiri dari 52.120 wisatawan nusantara dan 1.748 wisatawan mancanegara. Sedangkan sepanjang Juni sebanyak 83 ribu, wisatawan nusantara 82 ribu dan 1.100 wisatawan mancanegara. “Pengunjung meningkat juga karena bersamaan dengan musim libur sekolah,” katanya.

perlu dibaca : Mengapa Embun Beku Dieng Muncul Lebih Dini?

 

Wisatawan melakukan pemotretan di area pasir yang diselimuti embun beku kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sabtu (29/06). Embun beku, atau fenomena frost merupakan penanda suhu di kawasan tersebut sedang ekstrim. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Lautan pasir yang diselimuti embun beku, atau fenomena frost di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (29/06/2019). Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Sebagian wisatawan sengaja berburu fenomena frost setelah beredar luas di media sosial. Wisatawan datang dari Jakarta dan Surabaya. Embun beku atau frost merupakan momentum langka sekaligus eksotik. Sehingga sebagian mengabadikan dalam bentuk foto dan video, sebagian berswafoto.

Pedagang bunga edelweis di padang sabana Nursiadi alias Putra menjelaskan embun beku muncul sejak subuh. Embun beku tipis, setebal setengah centimeter. Embun membeku menutup padang sabana, rerumputan hijau.

“Salju” terhampar luas. Embun beku mencari setelah terpapar sinar matahari sejak pukul 08.00 WIB. Sedikit demi sedikit embun beku meleleh, setelah muncul sinar matahari. “Saat subuh, embun beku terlihat hamparan warna putih. Bisa dilihat dari kawasan B29, Lumajang dan Penanjakan, Pasuruan,” kata Putra asal Desa Argosari, Lumajang.

baca juga : Embun Beku Bisa Terjadi Lagi di Dieng, Petani Kentang Rugi. Kenapa?

 

Wisatawan berjalan diantara pasir yang diselimuti embun beku, atau fenomena frost di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (29/06/2019). Fenomena ini terjadi setiap tahun. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Lautan pasir yang diselimuti embun beku, atau fenomena frost di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (29/06/2019). Petugas setempat memperkirakan, puncak pada fenomena ini akan terjadi pada bulan agustus mendatang. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Fenomena Embun Upas

Bagi wisatawan embun beku fenomena menarik yang harus diburu. Sedangkan bagi petani kentang embun beku atau masyarakat setempat mengenalnya dengan sebutan embun upas menjadi musuh. Embun upas, harus lekas dimusnahkan sebelum matahari terbit. Kepala Desa Ngadas, Kabupaten Poncokusumo, Kabupaten Malang Mujianto menuturkan embun upas datang rutin saban tahun.

Sehingga petani telah mengantisipasi. Sejak subuh, petani kentang harus beraktivitas di ladang. Mereka menyiram embun upas dengan air mengalir, sampai habis. Mereka berkejaran dengan matahari. Jika terlambat, kiamat bagi tanaman kentang. Saat embun upas terpapar sinar matahari maka tanaman seketika mengering dan mati. Embun upas tersebar di sejumlah titik di daerah lembab. Total seluas 10 hektare tanaman kentang yang menjadi langganan embun upas.

“Embun upas di Ngadas terlihat sejak tiga hari lalu,” katanya. Embun upas muncul setiap tahun mulai Juli sampai September.

Stasiun Klimatologi Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang mencatat terjadi penurunan suhu udara di Malang sejak dua bulan terakhir. Suhu udara dingin merupakan siklus tahunan. Kepala seksi observasi dan informasi Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso Anung Suprayitno menjelaskan udara dingin terjadi di selatan garis katulistiwa termasuk Pulau Jawa.

 

Seorang wisatawan mengeluarkan asap alami dari mulutnya di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Malang, Jatim, Sabtu (29/06/2019). Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Tumbuhan yang diselimuti embun yang membeku, atau mengalami fenomena frost di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Malang, Jatim, Sabtu (29/06/2019). Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Penyebab udara dingin, lantaran tengah berlangsung angin munson timur yang berembus dari benua Australia. Saat ini di Asutralia memasuki musim dingin. “Sehingga terjadi intrusi udara dingin dari Benua Australia. Arahnya ke Indonesia,” kata Anung.

Disebut siklus tahunan, karena terjadi setiap tahun memasuki musim kemarau. Hanya saja, kata Anung, seberapa dingin tiap tahun beda. Suhu dingin terasa sejak Mei. Sepajang Mei, 25 Mei merupakan suhu terdingin 17,7 derajat celsius. Pada 1994 bahkan merosot sampai 14,4 derajat celsius.

Suhu udara dingin bakal terjadi sampai Agustus hingga September. Suhu tersebut tercatat di kawasan Karangploso dengan ketinggian 600 mdpl. Suhu udara dingin juga bakal terjadi di kawasan tinggi seperti Gunung Bromo dan Semeru. Sayang Stasiun Klimatologi Karangploso tak memiliki catatan suhu udara di sana. Lantaran rencana memasang alat di kawasan BBTNBTS gagal.

“Kami tak punya data klimatologisnya. Sudah memikirkan sejak dua tahun lalu,” katanya. Stasiun Klimatologi berinisiatif bekerjasama dengan TNBTS untuk memasang tiga alat. Namun tak kunjung ditandatangani nota kesepahaman. Sehingga peralatan tersebut dihibahkan di daerah lain.

Padahal kawasan Gunung Bromo unik. Lantaran memiliki hamparan tutupan hutan tropis, pasang sabana dan padang pasir dalam satu area. Lingkungan tersebut berbatasan langsung. Sehingga penting untuk kajian ilmu pengetahuan.

 

Selain rerumputan, embun beku juga menyelimuti daun-daun yang mengering di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Malang, Jatim, Sabtu (29/06/2019). Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Kondisi rumput yang mengalami fenomena frost, atau embun beku di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wilayah Kabupaten Malang, Jatim, Sabtu (29/06/2019). Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Selain itu, data tersebut bisa disajikan kepada wisatawan. Stasiun Klimatologi bahkan merencanakan, setelah memasang alat klimatologi diteruskan memasang papan informasi klimatologi. Data dan informasi bakal update saban hari.

Suhu udara dingin juga diduga atas dampak perubahan iklim global. Terjadi musim atau cuaca ekstrem. Meliputi luasan, cakupan dan frekuensinya. Saat ini di Eropa terjadi cekaman suhu panas, sedangkan di Indonesia terjadi suhu dingin. Dampak berubahan iklim global juga menyebabkan hujan berlebihan, kekeringan, puting beliung dan badai.

 

Exit mobile version