- Banyak jenis hewan yang dijual di pasar satwa di Splendid, Kota Malang, Jatim. Sebagian besar, satwa yang diperdagangkan di pasar ini merupakan jenis burung.
- Satwa yang dijual merupakan hasil perburuan dan hasil budidaya peternak.
- Salah satu riset penjualan burung dijelaskan kondisi burung di Pasar Splendid sangat tidak layak. Burung yang diperdagangkan itu dimasukkan dalam satu kandang yang tidak sesuai dengan postur dari burung.
- Ada 20 ekor burung yang dimasukkan dalam satu kandang berukuran sedang 35 x 50 cm. Kondisi yang sangat tidak layak tersebut itu menyebabkan burung stress berat.
Kicau burung terdengar di setiap sudut saat memasuki pasar satwa di Splendid. Deretan lapak berisi pakan dan aneka sangkar warna-warni berjejer disepanjang jalan Brawijaya No.6, Klojen, Kecamatan Klojen, mewarnai perjalanan ketika berkunjung ke pasar yang berada di jantung Kota Malang, Jawa Timur.
Sebagian besar, satwa yang diperdagangkan di pasar ini merupakan jenis burung. Ratusan unggas atau burung yang diperjualbelikan oleh pedagang dengan puluhan sangkar menyertai, ada yang didalam lapak, ada yang diemperan, ada pula yang duduk dipinggir jalan dengan suasana lalu lalang pengunjung yang datang membeli, atau wisatawan yang datang hanya melihat maupun sekedar berfoto, begitu juga dengan aktivitas warga yang berkendara.
Umumnya burung-burung yang dijual itu adalah jenis burung kicauan, atau dari ordo Passeriformers.
baca : Menyedihkan, Ribuan Burung Dijual di Pasar Bebas Kalimantan Barat
Ridwan, salah satu pedagang burung mengaku, dia membawa banyak jenis hewan bertulang belakang tersebut untuk diperdagangkan. Diantaranya adalah burung kacamata (Zosteropidae), perkutut (Geopelia striata), kutilang (Phycnonotus aurigaster), jalak (Sturnidae), jekitut atau Srigunting hitam (Discrurus macrocercus), Cucak rante (Chloropsis venusta), dll.
“Harus banyak jenis, kalau hanya satu atau dua jenis burung ya tidak laku,” kata ridwan sembari berkemas menata sangkar burung diatas sepeda motor miliknya, Senin lalu (01/07/2019). Kebetulan pada sore itu sudah waktunya pulang.
Saban hari, pria berumur 58 tahun tersebut membawa 35 sangkar untuk di bawa ke pasar Splendid dengan menggunakan sepeda motor, semuanya berisi bermacam jenis burung. Harga yang dia jual pun relatif beragam, dari Rp15 ribu sampai Rp 200 ribu per ekor. Tergantung jenis burung yang dia jual. Untuk burung yang paling murah yaitu burung jenis Kutilang, dan termahal adalah jenis burung Cucak rante.
baca juga : Ribuan Burung dari Ekosistem Batang Toru Berakhir di Pasar Satwa, Ada Jenis Dilindungi
Berasal Dari Hasil Perburuan
Burung-burung yang dijual di Splendid, Ridwan mengaku, rata-rata berasal dari perburuan yang dikirim orang, lalu dijual kepadanya. Kemudian dia jual kembali di pasar yang berada di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas itu. Terkadang dia sendiri yang mengambil di Tumpang, Kabupaten Malang.
“Kebanyakan burung ini dapat dari Malang, ” sebut Ridwan yang memulai usaha jual beli burung tersebut dari tahun 1985.
Sebelumnya, pria yang dikarunia tiga anak itu bekerja sebagai tukang becak. Lalu ada kawan yang menawari untuk gabung membuat usaha jual beli burung, disitu dia tertarik dan pindah pekerjaan.
Menggeluti usaha jual-beli burung yang dia jalani tidak selamanya menyenangkan. Dibandingkan dulu, penghasilan saat ini cenderung menurun karena peminatnya berkurang. Kalau dulu masih banyak yang beli, tapi dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
perlu dibaca : Ini Penyebab Burung Terus Terancam di Alam Liar…
“Sekarang ini ada sedikit kenaikan karena habis coblosan. Burung ini kan untuk hobi, jadi kalau orang –orang beli itu ya kalau ada uang turah (lebih),” jelasnya.
Dalam sehari, jika ramai dia bisa mendapatkan penghasilan kisaran Rp800 ribu sampai Rp1 juta, kalau sepi Rp300 ribu. Pembelinya juga beragam, paling banyak dari Malang dan Surabaya.
Aktivitas jual beli burung selain dari budidaya, juga diakui oleh Muhammad Subhan, yang juga salah satu pedagang satwa di pasar Splendid.
Berbeda dengan Ridwan yang hanya jual-beli satwa burung. Aan panggilan akrabnya, memilih jual-beli satwa lebih beragam. Selain jenis burung hantu (Strigiformes) yang dijual, dilapaknya juga terdapat berbagai jenis satwa lain seperti tupai (Scandenita), hewan peliharaan seperti Ayam (Gallus gallus domesticus), kelinci (Sylvilagus), dan itik.
baca juga : Banyak Spesies Burung Menghilang Tanpa Sempat Diteliti
Dia mengatakan, satwa burung maupun satwa jenis lainya, selain dari hasil budidaya peternak, juga dibeli dari hasil perburuan. Jika barangnya habis, ada yang mengantarnya sendiri.
“Tergantung yang cari burung, kadang diantar lima ekor, kadang ya 20 ekor,” katanya, sambil memberi makan jenis burung hantu (Strigiformes).
Aan menyadari, satwa yang baru datang awalnya pasti mengalami stress, atau gangguan mental. Seperti satwa jenis burung hantu (Strigiformes) yang dia jual. Resikonya tidak mau makan, untuk itu dia tidak langsung menaruh satwa tersebut keluar dari lapak. Tapi dibiarkan didalam lapak dulu selama tiga atau empat hari. Setelah itu baru dikeluarkan untuk diperdagangkan. Satwa-satwa tersebut selain dijual, kebanyakan jadi tontonan bagi para wisatawan baik itu lokal maupun wisatawan mancanegara.
menarik dibaca : Akankah Perdagangan Burung Peliharaan Memicu Penyelundupan dan Mengancam Populasi Burung Liar?
Jadi tempat Studi
Berada di pusat Kota Malang membuat pasar ini tidak pernah sepi. Setiap hari selalu ramai pengunjung, baik itu pembeli maupun wisatawan yang datang hanya mengamati atau sekedar berfoto. Selain itu, ada cukup banyak hasil pengamatan dan penelitian di pasar ini.
Salah satunya yaitu Bayu Hendra Prakosa dan Nia Kurniawan, dari Universitas Brawijaya Malang. Dalam risetnya itu, mereka berdua meneliti tentang Studi Burung-Burung Yang di Perdagangkan di Pasar Burung Splendid, Kota Malang.
Dari riset tersebut dijelaskan, kondisi burung di Pasar Splendid sangat tidak layak. Burung yang diperdagangkan itu dimasukkan dalam satu kandang yang tidak sesuai dengan postur dari burung.
Untuk jenis burung Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides), Gelatik Jawa (Lonchura oryzivora), Manyar Jambul (Ploceus manyar), Kerak Kerbau (Acridotheres javanicus), dan perkutut Jawa (Geopelia striata), Mereka menemui biasanya dimasukkan dalam satu kandang berukuran sedang 35 x 50 cm, itu tidak untuk satu individu, tetapi satu kandang ukuran sedang tersebut untuk minimal 20 ekor burung.
Kondisi yang sangat tidak layak tersebut, mereka menganggap bisa menyebabkan burung itu mengalami stress berat.
Dijelaskanya, ketika burung dalam kondisi stress berat biasanya burung tidak mau makan, pada akhirnya burung tersebut akan mati.
Untuk burung hantu, kondisi tempatnya didalam kandang kecil berukuran 15×25 cm, kandang tersebut untuk dua atau tiga ekor burung hantu jenis Serak Jawa (Tyto Alba).
Selain itu, dalam jurnal tersebut dijelaskan, ketidak layakan dari perlakuan pedagang terhadap satwa jenis burung hantu adalah burung tersebut sengaja dibiarkan di tempat yang panas, sehingga burung dalam kondisi yang kepanasan.