Mongabay.co.id

Bromo Erupsi, Wisatawan Dilarang Masuk Radius Satu Km dari Kawah

Saat erupsi Gunung Bromo, terlihat asap tebal putih keluar kawah dan langit hitam. Para wisatawan terlihat tengah berada di Pura Luhur Poten. Foto : BBTNBTS

 

 

 

 

Puluhan petugas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) berjaga di lautan pasir Gunung Bromo. Mereka bersiaga, melarang wisatawan naik menuju kawah Bromo. menyusul erupsi pada Jumat (19/7/19) pukul 16.37. Asap putih pekat keluar dari kawah dan menyemburkan material vulkanik.

Wisatawan mendokumentasikan erupsi Bromo, video beredar di lini masa media sosial, video beredar di Twitter, Facebook, Instagram dan Whattsapp.

Akun Twitter @Aisyah_Padi menulis status, “Astaghfirullah..Gn Bromo meletus, Jumat (19/72019). Ali Usman, Personel Tagana Malang di Poncokusumo menuturkan, bahwa Gn Bromo terjadi gempa tremor terus-menerus dg amplitude max hingga over scale 37 mm pukul 16.37 disertai suara gemuruh dan dentuman.”

Dilampirkan video para wisatawan tengah berfoto di Pura Luhur Poten, lautan pasir. Tampak mereka kaget setelah Kawah Bromo mengeluarkan suara gemuruh disertai asap putih membumbung tinggi. Sebagian melihat fenomena sembari berlarian ke kendaraan jeep yang mengantar mereka.

Sejumlah jeep meninggalkan lautan pasir, menjauh dari Kawah Bromo. Mereka tampak tergegun dan kaget. “Yuk, gaes. Gunung Bromo meletup. Kita sangat dekat radius satu kilo. Yuk balik,” kata seseorang pengunjung dalam video itu.

Video telah ditonton 9.9997 orang, dicuit ulang oleh 145 orang dan dikomentari 236 akun. Selain video erupsi, juga beredar video yang diunggah di Facebook oleh akun Athep Kho. Video durasi 1,20 menit. Terlihat sejumlah pengunjung kaget melihat air mengalir di lautan pasir.

 

Bersiaga menghalau wisatawan

Sarmin, Kepala Seksi Wilayah I BBTNBTS menjelaskan, kalau wisatawan dilarang mendekat ke kawah. Jumat sore itu, katanya, banyak pengunjung yang turun dari kawah. Wisatawan juga segera menyelamatkan diri, hingga tak ada korban jiwa.

Beruntung, erupsi tak terjadi saat upacara Yadnya Kasada Kamis (18/7/19). Untuk mengantisipasi dan menjaga keselamatan serta keamanan pengunjung petugas berjaga di sekitar lautan pasir. “Mereka bertugas menghalau jika ada wisatawan yang membandel,” katanya.

Selain itu, juga dipasang papan larangan menuju kawah dan peringatan bahaya lontaran material vulkanik. Papan imbauan dipasang di sejumlah strategis yang mudah dilihat para wisatawan.

Pengumuman ini, katanya, sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). “Maksimal pengunjung dibatasi radius satu kilometer dari kawah.”

 

Wisatawan berjalan dan menaiki kuda di lautan pasir. Foto : BBTNBTS

 

Sambil melihat kondisi gunung api, kalau stabil akan ditinjau lebih lanjut untuk dibuka kembali. Pengunjung pada akhir pekan relatif stabil sekitar 1.500 orang.

Hendra Gunawan, Kepala PVMBG mengatakan, erupsi terjadi sekali. Catatan petugas pos pengamatan Bromo di Cemoro Lawang, Ngadisari, Sukapuran, Probolinggo, menyebut, saat erupsi visual gunungapi tertutup kabut. Asap kawah utama tak teramati.

Cuaca mendung dan hujan, suhu udara 12-19 derajat Celsius. Curah hujan 0.4 milimeter, angin bertiup lemah hingga sedang ke arah selatan, barat daya, barat dan barat laut. Saat erupsi seismograf merekam amplitido maksimum 37 milimeter dengan durasi 7,14 menit.

Dia bilang, terjadi tiga kali gempa letusan, sekali gempa vulkanik dangkal, dua kali gempa tektonik jauh dan tremor menerus dengan amplitude antara 0.5-37 milimeter, dominan satu milimeter. Bromo pun berstatus waspada, level II.

“Sekarang sudah reda, erupsi hanya tujuh menit Jumat lalu,” katanya melalui pesan singkat kepada Mongabay.

Sejak Februari 2019, beberapa kali erupsi Bromo diawali gempa tektonik. Pada 16 Juli 2019, gempa tektonik di laut selatan di bawah Banyuwangi. Lokasi gempa sekitar 100 kilometer dari Bromo. “Sebelum erupsi terakhir, bisa saja kantung magma Bromo tergoncang akibat tergoncang gempa tektonik,” katanya.

Pada Minggu(21/7/19), aktivitas vulkanik Bromo 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) stabil. Pengamatan petugas pos pantau, cuaca cerah. Angin bertiup lemah ke arah barat daya, barat, dan barat laut. Suhu udara 7-23 derajat celsius. Secara visual gunung terlihat jelas. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.

Terjadi kegempaan tremor menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-1 milimeter dengan dominan satu milimeter. Meski aktivitas vulkanik stabil, wisatawan dan masyarakat sekitar diminta selalu waspada. “Erupsi abu, rekomendasi jarak aman satu kilometer untuk mencegah jika ada lontaran material pijar,” katanya.

Wisatawan tetap dilarang mendekati Kawah Bromo demi keamanan dan keselamatan pengunjung. Aktivitas Bromo bisa tiba-tiba berubah, meski erupsi sebentar.

 

Banjir lumpur di Kaldera Tengger, bersamaan dengan erupsi Gunung Bromo. Foto: BBTNBTS

 

Bagyo Setiono, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang mengatakan, mereka menurunkan petugas membantu BBTNBTS menghalau wisatawan yang nekat naik ke puncak Bromo.

“Untung erupsi sore, sepi pengunjung. Kejadian 2004, mendadak terjadi lontaran material vulkanik dua orang meninggal,” katanya.

Sedangkan masyarakat di sekitar Bromo, juga siap siaga kalau terjadi kondisi membahayakan. Ngadas, merupakan desa terdekat di Kabupaten Malang dari Bromo. Masyarakat memiliki kearifan lokal menghadapi bencana. Sejumlah jalur evakuasi sudah disiapkan.

Ada juga shelter di rest area untuk menampung kalau terjadi kondisi darurat. Bisa juga turun ke Desa Wringin Anom. Mereka terlatih dengan kondisi Bromo yang berbahaya.

Bagyo merasa beruntung banyak informasi beredar di media sosial hingga masyarakat tahu bahaya gunungapi. Meski Bromo, kawasan wisata, namun tetap ekstrem berbahaya terutama dengan aktivitas vulkanik di sana.

 

Fenomena banjir lumpur

Sementara, mengenai banjir lumpur di kaldera Tengger, PVMBG menyebut, aliran air disertai material batuan berukuran abu hingga pasir pada 19 Juli 2019 merupakan fenomena alam biasa. Kejadian itu, katanya, tak terkait langsung dengan erupsi Bromo. Banjir lumpur terjadi karena hujan deras di sekitar Kaldera Tengger dan puncak Bromo, bersamaan dengan erupsi yang menghasilkan abu vulkanik.

“Morfologi kaldera Tengger merupakan topografi rendah yang di kelilingi perbukitan hingga jika terjadi hujan, aliran air akan bergerak ke dasar kaldera,” kata Hendra.

Endapan batuan di sekitar perbukitan Kaldera Tengger dan puncak Bromo, biasa terdiri dari produk jatuhan yang bersifat lepas hingga mudah tergerus air hujan.

 

Keterangan foto utama:  Saat erupsi Gunung Bromo, terlihat asap tebal putih keluar kawah dan langit hitam. Para wisatawan terlihat tengah berada di Pura Luhur Poten. Foto : BBTNBTS

 

Exit mobile version