Mongabay.co.id

300 Hektar Tahura Raden Soerjo Terbakar, Ulah Pemburu Satwa?

Personil TNI, relawan dan BPBD Kota Batu memadamkan api yang membakar kawasan Tahura Raden Soerjo sejak sepekan terakhir. Foto : BPBD Kota Batu

 

 

 

 

Helikopter hilir mudik di atas Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo sejak Sabtu, (3/8/19). Helikopter membawa kantung air 4.000 liter, untuk memadamkan api yang membakar kawasan hutan yang berada di lereng Gunung Arjuna dan Gunung Welirang.

Helikopter jenis Mi-8/2 buatan Rusia disewa khusus Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atas permintaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur dan Kota Batu.

Menyusul relawan dan petugas BPBD Kota Batu, kesulitan memadamkan api manual melalui jalan darat. Lokasi kebakaran sulit terjangkau dengan berjalan kaki. Helikopter diawaki warga Rusia ini mengambil air dari Waduk Selorejo, Ngantang, Kabupaten Malang.

Proses water bombing menggunakan helikopter dinilai efektif, lantaran lokasi kebakaran di ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut (m.dpl), daerah dengan sudut kemiringan sampai 60 derajat.

“Lokasi kebakaran sulit dijangkau dengan berjalan kaki,” kata Agus Wibowo, juru bicara BNPB dalam siaran pers diterima Mongabay.

Kebakaran terjadi sejak Minggu, (28/8/19). Ada lima titik api. Penyiraman dengan helikopter selama empat jam mulai pukul 10.00. “Tujuh titik api berhasil dipadamkan dengan lima kali penyiraman,” katanya.

Tahura Raden Soerjo memiliki 100 spesies tumbuhan kelompok pohon, 21 spesies kelompok paku-pakuan, 14 spesies anggrek serta 41 jenis kelompok semak. Hutan habitat satwa terdiri dari 43 spesies mamalia, 9 spesies aves dan satu spesies kelompok reptil. Ada jenis satwa langka dilindungi antara lain elang Jawa (Nisaetus bartelsi), rusa dan macan tutul (Panthera pardus).

 

Pengeboman air menggunakan helikopter untuk memadamkan api. Foto : BPBD Kota Batu

 

Keragaman hayati di Tahura Raden Soerjo, seluas 27.868,30 hektar ini, jadi dasar Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco) menetapkan sebagai cagar biosfer dunia pada Juni 2015 di Paris, Perancis.

Pemadaman setop lantaran pandangan pilot helikopter terganggu, tertutup kabut. Penyiraman lanjut Minggu, (4/8/19), terutama di Puncak Gunung Arjuna, di sekitar Mojokerto.. Tahura Raden Soerjo berada di lima administrasi pemerintah antara lain Kabupaten Malang, Kota Batu, Pasuruan, dan Mojokerto.

Sebelum penyiraman, para pendaki Gunung Arjuna dan masyarakat sekitar diminta tak beraktivitas dekat lokasi. Tujuannya, memudahkan proses mengebom air, dan menjinakkan si jago merah. Delapan petugas terjun memantau kebakaran, dan inventarisasi kerusakan.

“Jalur pendakian Gunung Arjuna dan Welirang, ditutup sampai waktu belum ditentukan,” kata Achmad Choirur Rochim,  Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu.

Petugas BPBD Kota Batu, mengevakuasi total 100-an pendaki Gunung Arjuna. Semua pendaki turun, tak ada korban dalam kebakaran itu.

Berdasarkan perhitungan planimetri, hutan terbakar sekitar 300 hektar. Untuk memastikan pemadaman api berhasil, 10 personil TNI turun mengecek di lokasi kebakaran.

Panglima Kodam V Brawijaya Mayor Jenderal TNI, R. Wisnu Prasetyo Budi memantau personil TNI yang mengecek lokasi kebakaran. Dia menilai, proses penanganan kebakaran tepat, dan berhasil memadamkan api total.

“Dalam kondisi damai, personil TNI bisa diturunkan dalam penanganan bencana. Seperti kebakaran hutan,” katanya.

Apalagi, kebakaran hutan jadi perhatian internasional dan harus segera ditangani dengan benar. Personil TNI yang terlatih, katanya, siap turun setiap saat sesuai kebutuhan. “Siap diturunkan, di bawah koordinator BPBD.”

 

Helikopter mengambil air dari Waduk Selorejo, Ngantang, Kabupaten Malang untuk memadamkan api yang membakar Tahura Raden Soerjo. Foto : BPBD Kota Batu

 

 

Ulah pemburu satwa liar?

Ketua Protection of Forest & Fauna (ProFauna) Rosek Nursahid mengatakan, kebakaran hutan di Tahura Raden Soerji, rutin saban tahun. Penyebab kebakaran, katanya, selama ini karena ulah manusia. Mulai pendaki sembrono membuang puntung rokok dan membiarkan api unggun sampai pemburu satwa liar.

“Mereka sengaja membakar rumput ilalang agar satwa keluar dan mudah diburu. Tapi belum temukan bukti foto pelaku,” katanya.

Jejak dan pola kebakaran, katanya, identik dengan pemburu satwa liar. Pelaku perburuan satwa berkelompok, mereka membawa 15 anjing dan senapan berburu. Akhir Juli lalu, Ranger ProFauna bertemu pendaki yang memergoki para pemburu satwa liar. “Mereka berburu babi hutan, ayam hutan dan rusa,” katanya.

Tak hanya hobi, para pemburu, berburu besar-besaran untuk mengambil daging dan diperjualbelikan. Perdagangan bagian tubuh satwa dilindungi, katanya, bisa dijerat dengan UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Ancaman hukuman penjara paling lama lima tahun dan denda Rp100 juta.

“Perlu ditelusuri. Pemburu selalu berkelompok lebih dari tiga orang,” katanya.

Mereka masuk kawasan Tahura Raden Soerjo, melalui jalur tikus alias di luar jalur resmi pendakian. Tahura Raden Soerjo, katanya, banyak pintu masuk dan tak ada penjagaan hingga pemburu bebas keluar masuk.

“Tak ada upaya mencegah perburuan dan kebakaran hutan. Pengawasan lemah.”

Dia sarankan, petugas Tahura Raden Soerjo, fokus menangani pelestarian keragaman hayati, tak hanya wisata. Petugas harus rutin berpatroli menghentikan perburuan satwa.

“Ada jalur di Batu dan Karangploso. Akses jalan jauh dari jalan utama dan tak pernah diawasi,” katanya.

Kebakaran hutan berdampak luas, asap mengganggu migrasi lokal satwa. Pola migrasi, katanya, jadi kacau. Juga menganggu elang Jawa bertelur, hingga gagal berkembangbiak. “Kebakaran hutan jadi ancaman serius.”

 

Personil TNI, relawan dan BPBD Kota Batu memadamkan api yang membakar kawasan Tahura Raden Soerjo sejak sepekan terakhir. Foto : BPBD Kota Batu

 

Tahura juga berfungsi sebagai fungsi hidrologi. Aliran Sungai Brantas, bergantung pasokan air dari sumber di sekitar kawasan itu. Selain perburuan, juga terjadi perambahan hutan. Hutan, katanya, berubah fungsi menjadi lahan pertanian. “Pertanian terus naik, mengancam konservasi.”

Ranger ProFauna turun berpatroli mengantisipasi perburuan dan perambahan hutan. Mereka dibekali keterampilan komunikasi, negosiasi dan bela diri. Mereka juga memiliki tugas lain, yakni, inventarisasi satwa liar di alam. “ Turut memoniroting satwa. Data penting untuk menyusun strategi konservasi kawasan, mulai pemetaan blok dan zonasi. Ada dasar ilmiah,” katanya.

Selama ini, kata Rosek, pemerintah tak memiliki data mengenai populasi satwa dan habitat. Padahal, data penting untuk menentukan penyebab satwa langka. “Apakah karena perburuan atau habitat rusak? Monitoring juga penting untuk ilmu pengetahuan.”

 

Minim personil, sulit halau pemburu

Ahmad Wahyudi, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahura Raden Soerjo, menurunkan tim inventarisasi kerusakan. Mereka memantau di ketinggian sekitar 3.300 m.dpl, dan ke 2.800 m.dpl. Untuk menjangkau lokasi kebakaran harus berjalan non stop selama sembilan jam dari desa terakhir.

Mengenai penyebab kebakaran, Wahyudi, tak bisa berspekulasi. Personil Tahura, katanya, tengah mencari sumber api dan penyebab kebakaran. “Belum terlihat indikasi, tak bisa simpulkan.”

Dugaan ProFauna pemburu satwa sebagai penyebab kebakaran dianggap spekulatif. Lantaran lokasi hutan terbakar bukan jalur migrasi rusa. ”Ketinggian 3.300 m.dpl tak ada rusa. Bukan jalur lintasan rusa. Saya yakin itu,” katanya.

Sedangkan rusa, katanya, biasa berada di zona rimba. Hutan yang terbakar didominasi cemara gunung (Casuarina junghuhniana), sentigi (Pemphis acidula) dan edelweis (Javanese edelweiss). Tanaman-tanaman itu terbakar, roboh dan mati, begitu juga rerumputan dan tanaman perdu lain.

Dia juga menyatakan personil terbatas untuk mengawasi seluruh kawasan. “Tenaga keamanan 198 orang. Ada 1.000 jalur tradisional dari sebelum ditetapkan area konservasi,” katanya. Jalur menuju Gunung Arjuna, dibuat warga, di luar jalur resmi di empat pintu pendakian.

Wahyudi juga mengajak, mahasiswa pecinta alam dan pendaki terlibat aktif memantau kalau ada aktivitas di luar pendakian. “Bisa membantu mencegah atau informasikan.”

Selama ini, katanya, petugas Tahura Raden Soerjo, beberapa kali menangkap pelaku pemburu satwa liar. Bahkan, mereka sampai menjalani hukuman.

 

Keterangan foto utama:    Personil TNI, relawan dan BPBD Kota Batu memadamkan api yang membakar kawasan Tahura Raden Soerjo sejak sepekan terakhir. Foto : BPBD Kota Batu

Relawan, BPBD Kota Batu dan TNI bersama-sama memadamkan api di kawasan Tahura Raden Soerjo yang terbakar. Foto: BPBD Kota Batu
Exit mobile version