Mongabay.co.id

Kurangi Plastik, Wadah Daging Kurban Pakai Besek

Besek, sebagai pembungkus daging kurban, menggantikan plastik kresek. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Usai shalat Idul Adha di lapangan, siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) III Kota Malang, Jawa Timur. Sebagian siswa dan guru berkutat dengan hewan kurban, enam sapi dan 16 kambing berjajar di halaman sekolah di Jalan Cipto Kota Malang.

Satu-persatu, bergantian sapi dan kambing disembelih di halaman sekolah. Seorang tukang jagal khusus datang untuk menyembelih seluruh hewan kurban. Lingkungan sekolah riuh. Dalam tempo sejam, seluruh hewan kurban telah disembelih.

Giliran para siswa putra membantu proses selanjutnya, memisahkan daging dengan kulit dan tulang. Siswa putri membentangkan kain terpal di lapangan basket. Mereka duduk bersimpuh, berjajar, bertugas memotong dan menimbang daging ukuran 1,5- 2 kilogram.

 

Para sisiwa memisahkan daging, tulang dan kulit hewan kurban sebelum dibagikan. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Sembari menunggu proses memotong dan menimbang, siswa lain mengusung besek wadah dari anyaman bambu. Besek menggunung. Usai daging dipotong dan ditimbang, mereka masukkan daging ke besek. Seluruh daging dikemas dalam besek, daging kurban siap didistribusikan kepada para penerima.

“Sejak tahun ini, kami berkomitmen menggunakan wadah ramah lingkungan,” kata Rahman Helmi, Ketua Panitia Kurban SMPN 3 Kota Malang, Minggu (11/8/19). Sebelumnya, ada usulan daging dibungkus daun jati. Daun jati sulit diperoleh di Kota Malang dan perlu keterampilan.

Besek pun jadi pilihan. Saat membeli besek di pasar tradisional rata-rata kesulitan memasok dengan jumlah besar dan waktu cepat. Mereka harus membeli langsung ke perajin di Sumberpucung, Kabupaten Malang. “Membeli 750, satu besek, Rp2.500,” katanya.

Mereka beralih tak pakai kresek karena, tas plastik sulit terurai. Besek bisa hancur dan terurai dalam waktu singkat. Penggunaan besek ini juga bagian dari pendidikan lingkungan kepada siswa.

“Sesuai program sekolah, diputuskan pakai besek,” katanya, seraya bilang, besek akan mereka gunakan seterusnya.

 

Proses pemotongan sapi kurban di SMPN III Kota Malang, Jawa Timur. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

 

Pesanan besek meningkat

Daging kurban pakai besek berdampak terhadap penjualan di tingkatan perajin. Perajin besek di Jalan Pesantren Desa Talunsono, Ngajum, Kabupaten Malang, jual besek naik 50%. “Meningkat terutama untuk wadah daging kurban,” kata perajin besek, Sukarsih.

Biasa dia produksi 100 besek sepekan. Dia menerima pesanan besek untuk hajatan, perajin tape dan pernikahan. Harga besek Rp5.000. Sebagian besar untuk wadah tape di Probolinggo. Selama ini, pesanan berdatangan dari Probolinggo, Situbondo, dan Gunung Kawi di Kabupaten Malang.

Walhi Jawa Timur, Purnawan D Negara mengapresiasi SMP Negeri 5 Kota Malang yang menyalurkan daging kurban dengan besek. Ada kesadaran, katanya, merevitalisasi nilai ekologi dengan religi.

SMP ini, katanya, tak hanya retorika, tetapi mengajarkan gerakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. iukur dampaknya dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

Wadah besek, katanya, bakal mendapat dua pahala sekaligus, yakni, pahala atas ibadah kurban dan atas menyelamatkan lingkungan. “Ada nilai ekologi yang ditanamkan. Berkorban untuk menyelamatkan lingkungan.”

Dia berharap, pendidikan ekologi dan religi dari SMP Negeri 3 Kota Malang bisa tertular kepada sekolah lain. “Agar tahun depan berubah, tak gunakan tas kresek, beralih ke besek atau daun jati. Ini mendidik pelajar peduli lingkungan sejak dini.”

 

Setelah hewan kurban dibersihkan dan dipilah antara daging, tulang dan kulit, baru daging dikemas pakai besek, untuk dibagikan. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Perlu keteladanan

Purnawan juga dekan Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang meminta, aksi sekolah ini bisa tertangkap pengambil kebijakan. Bupati dan wali kota, katanya, bisa menunjukkan keteladanan ekologi.

Sutiaji, Wali Kota Malang berkomitmen, mengurangi sampah plastik. Dia mulai mengimbau kegiatan di pemerintahan Kota Malang tak gunakan air minum kemasan plastik. Selain itu, semua wadah plastik dikurangi.

“Sebelumnya, sudah ada peraturan wali kota. Dianulir Gubernur Jawa Timur karena harus ada aturan di atasnya yang kuat,” katanya.

Untuk pembungkus daging kurban, Sutiaji mengeluarkan imbauan kepada panitia penyembelihan hewan mengganti tas kresek dengan bungkus ramah lingkungan, seperti daun atau besek. “Itu hanya imbauan, tak ada sanksi,” katanya.

Senada dengan Wali Kota Malang, Pelaksana Tugas Bupati Malang Sanusi juga mengeluarkan imbauan melalui pembinaan mentan (Bintal). Dia menyarankan, panitia penyembelihan hewan kurban mengganti tas kresek ke wadah lain. “Bisa pakai besek atau daun jati, sebagai pengganti kresek.”

Dulu, masyarakat di Kabupaten Malang membagikan daging kurban dengan daun jati. Cara ini lebih sehat dan daging lebih enak.

Aksi serupa, mengganti bungkus daging kurban, dari kantong plasktik ke  daun jati atau besek juga dilakukan di beberapa tempat, salah satu  di Pesantren Ekologi, Ath-Thaariq, Garut, Jawa Barat. Sejak beberapa tahun ini, Ath-Thaariq, sudah mengubah bungkus daging kurban, tak pakai kantong plastik lagi demi mengurangi tekanan terhadap lingkungan.

 

 

Keterangan foto utama:    Besek, sebagai pembungkus daging kurban, menggantikan plastik kresek. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Exit mobile version