Mongabay.co.id

Palas, Potret Konflik Harimau dan Manusia di Sekitar Suaka Margasatwa Barumun

Kehidupan harimau Sumatera, terus terancam. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

 

Pagi itu, 16 Juli 2019, suasana Desa Hutabargot, masih berselimut kabut dingin. Kokok ayam merdu menyambut hari, tiba-tiba beberapa warga dikejutkan kabar dari remaja yang lari mengabarkan harimau Sumatera masuk kandang jerat petugas.

Warga Desa Hutabargot, Kecamatan Sosopan, Padang Lawas, heboh. Puluhan warga bergegas menuju tempat harimau masuk jerat.

Di sana, pasukan TNI berpakaian lengkap dan senjata laras panjang, tampak mengamankan lokasi. Harimau terus mengaum dan meronta dalam kandang besi.

Warga turut membantu mengangkut harimau yang diberi nama Palas ini ke truk. Kondisi harimau tidak sehat. Ada luka di kaki kanan bagian depan. Terlihat pula kawat menempel di kaki dan terus mengeluarkan darah.

Ternyata, sebelum masuk kandang jebakan petugas, raja rimba ini terkena jerat pemburu. Sedih sekali. Wajah tampak lusuh dan jalan pincang. Di dalam kandang sementara, harimau ini hanya diam.

Sepanjang dua bulan terakhir konflik harimau Sumatera dengan manusia terjadi di bentang Suaka Margasatwa Barumun. Satu orang tewas diduga kena terkam harimau dan seorang lagi diserang, beruntung selamat meski luka parah.

Berbagai pihak berupaya mencari cara penyelesaian konflik manusia dan harimau ini. Ada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut), dibantu pasukan TNI dan personil Polri serta pasukan Satuan Polisi Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Macan Tutul, dan Balai Pengamanan dan Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK wilayah Sumatera.

Mereka penyadartahuan kepada masyarakat agar tak membunuh atau melukai satwa terancam punah ini. Juga, patroli kawasan dan membunyikan suara keras untuk mengusir dan menggiring harimau Sumatera menjauh dari perkampungan dan masuk hutan lagi.

Kalau sudah masuk kampung, upaya penyelamatan harimau pun dilakukan. Begitu juga pemasangan kandang jerat. Targetnya, kalau harimau Sumatera tertangkap, bisa translokasi ke wilayah lebih aman dan jauh dari pemukiman.

Hotmauli Sianturi, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, mengatakan, belum dapat memastikan Palas ini satwa yang menyerang warga hingga tewas atau tidak, maupun seorang pria hingga luka parah. Desa-desa ini, katanya, memang berbatasan langsung dengan SM Barumun.

 

Kampanye perlindungan harimau Sumatera dari ancaman kepunahan. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

BBKSDA, katanya, belum mendapatkan bukti visual atau gambar dari kamera pengintai yang dipasang. “Fokus utama, mengobati luka dan menyelamatkan dari kematian,” katanya.

Irzal Azhar, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumut mengatakan, perangkap sengaja dibuat BBKSDA bersama-sama dengan Pemerintah Padang Lawas, Koramil 007 Sosopan, Polsek Sosopan, dan lembaga mitra kerjasama, pada Mei 2019. Hal ini, katanya, terkait terjadi konflik antara warga dengan harimau Sumatera.

Konflik diawali, 13 Maret 2019, di Desa Pagarambira Julu, Kecamatan Sosopan, Padanglawas. Ada harimau berkeliaran di kebun dan memangsa kambing peliharaan warga.

Kemudian, ada korban jiwa, seorang warga, Abu Sali Hasibuan, penduduk Desa Siraisan Kecamatan Ulu Barumun, tewas mengenaskan pada 16 Mei 2019. Faisal Hendri Hasibuan, penduduk Desa Pagaran Bira Jae, Kecamatan Sosopan, Padang Lawas, juga luka karena serangan harimau pada 26 Mei 2019.

“Sejak konflik ini, tim Satgas penanggulangan terdiri dari Balai Besar KSDA Sumut, Pemkab Palas, Kepolisian, TNI dan lembaga mitra kerjasama patroli bersama di lapangan, pemasangan camera trap, dan pembuatan kandang jebak,” kata Irzal.

Sebelum terperangkap, harimau memasuki perkampungan atau pemukiman dan makan monyet maupun ayam peliharaan warga pada 10 Juli 2019. Akhirnya, Selasa dini hari (16/7/19), harimau masuk kandang jebak.

Selanjutnya, Palas, sementara di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Padang , Sumatera Barat, dengan kondisi kaki kanan sebelah depan terluka.

Menurut Irzal, keputusan mengevakuasi Palas ke PPRHSD, mengingat Suaka Barumun tak memungkinkan menerima tambahan, karena sampai saat ini masih dihuni Monang, Gadis dan dua anaknya yang berumur 10 bulan.

“Kami mengapresiasi peran serta dukungan dari semua pihak yang membantu penyelesaian konflik harimau Sumatera di Padang Lawas. Kepada TNI, Polri, Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, masyarakat yang berperan aktif dalam upaya penyelesaian konflik,” katanya.

 

Harimau usia muda mati diduga kena racun di Sosopan, Padang Lawas. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Jerat dan habitat rusak

Harray Sam Munthe, Direktur Sumatran Tiger Rangers mengatakan, kondisi harimau Sumatera, menyedihkan. Habitat mereka, baik di dalam maupun luar kawasan konservasi terancam.

Jerat pemburu, katanya, banyak ditemukan walaupun sebagian ada yang bilang bukan khusus memburu harimau Sumatera dengan alasan menjerat babi hutan. Ujung-ujungnya, banyak harimau terjerat dan meregang nyawa.

Mereka berupaya menyisir jerat yang dipasang pemburu. Setidaknya, ada 300 jerat sudah berhasil ditemukan dan dihancurkan. “Sosialisasi terus dilakukan.”

Para pemburu, katanya, ada yang mencabut jerat sendiri, ada yang membangkang hingga tim Sumatera Tiger Rangers menghancurkan jerat itu.

Di Suaka Marga Satwa Barumun, bentang Padang Lawas, tim turun dan menemukan banyak jerat. Selama sehari menyisir, setidaknya ada enam jerat terpasang. Ada beberapa titik perkebunan sawit masuk dalam SM Barumun.

“Habitatnya makin menyempit juga ancaman. Belum lagi penanganan konflik tak tuntas, solusi selalu menangkap harimau tanpa melihat faktor penyebab konflik. Ini harus serius disikapi,” katanya.

Dia bilang, banyak pemasangan jerat hingga harimau terluka. Kala terluka, mereka kemungkinan mendekati pemukiman untuk bertahan hidup dengan memangsa ternak—yang mudah diperoleh daripada berburu. Perjumpaan dengan manusia jadi ancaman bagi keduanya.

Belum lagi, habitat sudah hancur dan berubah fungsi jadi perkebunan sawit. “Ini  faktor lain penyebab konflik.”  Pada habitat yang hancur, katanya, banyak suara bising seperti suara mesin pemotong kayu dan lain-lain.

 

Exit mobile version