Mongabay.co.id

Kerja Sama Penyelamatan Badak Sumatera, Indonesia-Malaysia akan Dilakukan?

 

 

Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat melakukan penyelamatan badak sumatera melalui cara in vitro fertilization [IVF] atau fertilisasi in vitro. Sebuah terobosan untuk membiakkan spesies yang hampir punah di penangkaran. Sebelumnya Pemerintah RI tidak menyetujui cara ini, termasuk mengirimkan sperma badak ke Malaysia untuk inseminasi buatan.

Metode IVF adalah reproduksi secara inseminasi buatan, yaitu memasukkan sperma badak jantan ke rahim badak betina. Dalam IVF, sel telur yang diekstraksi dari badak betina dibuahi di laboratorium dan ditanam pada betina lain yang produktif.

Indonesia merupakan rumah besar bagi sekitar 100 badak sumatera [Dicerorhinus sumatrensis], sementara Malaysia hanya memiliki satu betina di penangkaran – setelah jantan terakhir mati bernama Kertam, pada 27 Mei 2019.

Terhadap rencana tersebut, para peneliti berharap dapat menggunakan sperma dari salah satu badak jantan Indonesia untuk membuahi sel telur yang dikirim dari betina tunggal di Malaysia itu.

“Rencana awal adalah membawa sperma [badak di Indonesia] ke Malaysia. Tapi, setelah diskusi dan negosiasi, akhirnya diputuskan sel telur dari Malaysia yang dibawa ke Indonesia,” terang Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia [KLHK], kepada awak media di Jakarta, 31 Juli 2019.

“Kami sebenarnya telah menyepakati hal ini di level bawah,” katanya. Pemerintah Indonesia dan Malaysia tengah menyelesaikan proses administrasi. Termasuk, persyaratan Protokol Nagoya, yang mengatur pembagian materi genetik secara internasional.

Indra mengatakan, prosedur IVF akan dilakukan para ahli Indonesia, lewat dana dari Pemerintah Indonesia. “Kami akan memilih sperma terbaik dari semua badak jantan yang kami miliki,” katanya, merujuk Suaka Rhino Sumatera [SRS] di Taman Nasional Way Kambas, Lampung.

Jika cara ini berhasil, menghasilkan embrio berkualitas, Indra mengatakan, akan ditanam di rahim pengganti pada satu badak betina. Indra pun mengatakan, Indonesia dan Malaysia belum menyepakati kepemilikan keturunan apa pun yang dihasilkan dari program ini.

Meski begitu, para pegiat lingkungan kedua negara menyambut baik kemajuan kolaborasi yang telah lama dinanti. Catatan pentingnya adalah, memproduksi embrio badak sumatera melalui IVF akan menambah keragaman populasi badak di penangkaran.

Tiga dari tujuh badak yang berada di SRS Indonesia, termasuk semua jantan, terkait erat dalam hal keturunan.

Iman, badak betina di Malaysia, berasal dari populasi di Kalimantan yang pernah dianggap sebagai subspesies terpisah. Secara genetik, terpisah dari populasi Sumatera selama ribuan tahun.

 

Zulfi Arsan, Dokter Hewan SRS Lampung, memberi makan Andalas yang telah memiliki dua keturunan. Foto: Jeremy Hence/Mongabay

 

Perjalanan Kerja Sama 

Perjalanan kolaborasi kedua negara memang telah lama dirintis. Indonesia enggan menyambut permintaan Malaysia untuk mentransfer sperma guna dilakukan inseminasi buatan di Malaysia. Oktober 2018, Wiratno, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, mengatakan program IVF ditunda karena Iman, yang dirawat karena tumor rahim, tidak memproduksi sel telur yang layak.

Pejabat dari Departemen Satwa Liar Sabah, Malaysia, melaporkan Desember 2017 bahwa Iman menderita tumor rahim, menyebabkan pendarahan hebat. Sejak itu, perawatan intensif dilakukan untuk pemulihan.

Tim yang merawat Iman, yang meyakini masih subur, mengatakan badak tersebut mulai pulih dan menghasilkan oosit [sel dalam ovarium yang membentuk ovum] layak, tentunya dengan bantuan.

John Payne, Kepala Borne Rhino Alliance, mengatakan mengumpulkan sel telur Iman merupakan pekerjaan menantang, butuh tim dokter hewan dan ahli anestesi yang terampil dan terkoordinasi.

Untuk prosedur IVF, Payne menyarankan Arief Boediono, profesor dari Indonesia yang memang ahli bidang ini.

Payne mengatakan, pilihan untuk donor sperma terbaik adalah badak Andalas. “Dia telah terbukti sebagai ayah,” tuturnya.

 

Iman, badak sumatera terakhir di penangkaran di Sabah, Malaysia, tepatnya di BORA [Borneo Rhino Alliance]. Foto: Departemen Satwa Liar Sabah, Malaysia

 

Sementara itu, Widodo Ramono, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia [YABI], mengatakan timnya siap membantu. “Ini menjadi peluang para ahli kami untuk melakukan IVF,” katanya.

Widodo mengatakan, para ahli perlu memastikan badak pengganti yang sehat, sebelum melakukan IVF. “Saat ini, hanya ada satu: Ratu, yang menjalani program pemuliaan alami,” katanya. Ratu adalah induk dari dua badak yang dikandung alami [Andatu dan Delilah], hasil perkawinannya dengan Andalas.

Ratu, merupakan badak betina yang menjadi penghuni SRS pada 2005. Sementara Andalas, badak sumatera yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat [2001]. Ia dipulangkan ke Indonesia pada 2007 lalu.

Keseluruhan, ada tujuh badak sumatera menghuni SRS. Tiga badak jantan [Andalas, Harapan, dan Andatu] serta empat badak betina [Ratu, Bina, Rosa, dan Delilah].

“Jika ada embrio [hasil IVF], harus disimpan sampai badak betina pengganti ada,” kata Widodo yang menyarankan bila Ratu, diharapkan berada dalam dalam program ini.

 

Ratu [kanan] dan Delilah [kiri], di Suaka Rhino Sumatera [SRS], Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Foto: Jeremy Hence/Mongabay

 

Pengalaman di Tempat Lain

Untuk badak jenis lain, para ilmuwan di Jerman telah melaporkan keberhasilannya memproduksi embrio – tetapi belum menjadi bayi- dari spesies badak putih afrika [Ceratotherium simum], melalui IVF. Sebelumnya, bentuk teknologi reproduksi bantuan ini tidak terbukti pada badak, dan beberapa ahli skeptis bisa disempurnakan untuk menghentikan kepunahan suatu spesies.

Awal tahun ini, badak usia 7 tahun Rhinoceros unicornis atau badak india, melahirkan bayi melalui kombinasi ovulasi yang diinduksi dan inseminasi buatan.

“Ini adalah upaya pertama di IVF menggunakan telur badak tua dan sakit dengan sperma badak jantan tua namun bugar,” kata Payne. “Peluang mendapatkan keturunan pada upaya pertama hampir nol. Apa yang kami lihat ini adalah awal dari penyempurnaan teknik dan protokol dengan tujuan sukses, setelah upaya hebat dilakukan,” tandasnya.

 

Artikel Bahasa Inggris di Mongabay.com dapat Anda baca di tautan ini.

 

 

Exit mobile version