Mongabay.co.id

Kebakaran Gambut Jambi, Kualitas Udara Buruk, Sekolah Diliburkan

Tim kahutla dari perusahaan terlibat pemadaman api di lahan gambut PT MAS di Mauarojambi. Foto: Yitno Suprapto/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

 

Hampir semua kabupaten dan kota di Jambi, terdampak kabut asap karena kebakaran hutan dan lahan. Ribuan orang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan anak-anak sekolah mulai diliburkan.

Di Muarojambi, lebih sebulan tak turun hujan. Gambut mulai mengering, menyisakan rumput-rumput menguning. Sudah seminggu api membakar lahan gambut di Desa Sipin Teluk Duren saat Ferri Irawan, Koordiator Simpul Jaringan Pantau gambut Jambi, datang 3 Agustus lalu.

Sekitar 30 hektar lahan gambut garapan warga jadi kebun sawit terbakar. Api merembet ke lokasi PT. SNP, terpisah sekat kanal.

Panas dan angin membuat api begitu liar dan sulit dipadamkan. Ia terus menjalar ke semak-semak dan merayap dalam gambut, membakar puluhan hektar kebun sawit warga dan perusahaan.

Api terus meluas hingga membakar ratusan hektar PT Mega Anugrah Sawit (PT MAS). Lebih 16 hari—saat Mongabay, datang ke lokasi kebakaran PT MAS—personel satgas karhutla siaga memadamkan api.

“Sekarang ini kayaknyo bae padam, tapi sebenarnyo api di dalam itu masih nyala. Nanti tibo-tibo muncul api. Madamin api di gambut ini susah,” kata karyawan PT Erasakti Wiraforestama (EWF) sembari menyambar gulungan selang, berjalan gusar menuju lokasi api.

Enam sambungan selang sepanjang 360 meter memuntahkan air dari mesin robin yang sudah seharian menghisap air kanal.

 

Satgas karhutla bersama tim perusahaan berusaha memadamkan api di gambut PT MAS di Mauarojambi. Foto: Yitno Suprapto/ Mongabay Indonesia

 

Sekitar satu kilometer darinya, helikopter water bombing milik BPBD Jambi, terbang bolak-balik menumpahkan puluhan ton air, berusaha memadamkan api yang terus menggerogoti gambut sedalam sekitar lima meter.

Di tengah kepungan asap, tim Manggala Agni, BPBD, TNI/Polri dan puluhan karyawan perusahaan di Jambi, kerja keras memadamkan api. Bahkan, Kapolda Jambi, Irjen Pol Muchlis, Bupati Muarojambi Masnah Busro dan Komandan Korem 042/Gapu, Kolonel Arh Elphis Rudy, turun. Hasilnya, api tak kunjung padam.

Tri Joko Purwanto, Ketua Lembaga Pemantau dan Penyelamat Lingkungan Hidup (LP2LH) mencatat, luas kebakaran PT MAS sampai 300 hektar, atau sepertiga dari luas izin 1.005 hektar. Dia mendorong, izin korporasi yang lalai menjaga lahan konsesi dicabut.

“Buat apa dikasih kalau gak diurus, masih banyak masyarakat yang butuh lahan,” katanya.

PT MAS merupakan satu dari 18 lokasi kebakaran lahan yang disegel Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Agustus ini, kebakaran lahan juga terjadi di Kabupaten Batanghari, Tebo, Bungo, Tanjab Timur dan Kabupaten Tanjab Barat. Tidak hanya areal perkebunan warga juga Taman Nasional Bukit Duabelas di Sarolangun.

Kepala Balai TNBD, Haidir mengakui sekitar lima hektar taman nasional terbakar Selasa 20 Agustus lalu. Api diduga muncul dari Orang Rimba yang membersihkan kebun.

“Api sudah bisa dipadamkan sampai malam, tadi pagi muncul lagi tapi sudah padam.”

Komandan Satgas Karhutla Jambi, Kolonel Arh Elphis Rudy menyebut Taman Nasional Berbak Sembilang, juga terbakar tetapi luas belum diketahui.

Pratono, Kepala Balai TNBS bilang, api berawal dari lahan masyarakat yang merembet ke TNBS.

“Secara menyeluruh belum ada laporan. Untuk antisipasi saya sudah perintahkan kepala Brigdalkarhut TNBS dan Kasi wilayah untuk selalu siaga.”

Kawasan restorasi juga tak luput dari kebakaran. Lebih dari 100 hektar kawasan PT. Alam Bukit Tigapuluh (ABT) di Tebo terbakar.

Nety Riana, Manajer Komunikasi ABT membenarkan, ada kebakaran di wilayah restorasi. Tetapi dia belum bisa memastikan siapa pelaku pembakaran.

Sepanjang Juli-18 Agustus, ABT menemukan 28 titik api di wilayah restorasi. Tercatat, ada 104,5 hektar lahan terbakar pada Blok II dan enam hektar di blok I. Nety bilang, tim mereka berasama satgas karhutla tak bisa berbuat banyak saat terpantau titik api di area ABT.

Ada 60-an masyarakat Desa Pemayungan yang mencoba menghalangi tim karhutla saat patroli titik api dan upaya pemadaman kebakaran.

“Kalau ada kebakaran justru kami yang dirugikan, karena kita bergerak di bidang restorasi. Kita justru ingin hutan itu terjaga,” katanya, lewat sambungan telepon.

Polres Batanghari juga menemukan empat hektar lahan milik konsesi PT Restorasi Ekosistem (Reki) terbakar, tepatnya di Sungai Jerat, Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Batanghari.

 

Suasana Tempat Penitipan anak, tampak seorang guru memasangkan masker kepada siswa dan mereka hanya dlam ruangan karena kabut asap mulai pekat. Foto: Yitno Suprapto/ Mongabay Indonesia

 

Api juga membakar lahan di area izin PT Wira Karyasakti (WKS) di Tanjab Barat, dan terpantau titik api.

Tufik, Humas WKS berkilah, kalau lahan terbakar itu di luar perkebunan WKS. “Api itu memang di wilayah izin kita, cuma eksisting-nya itu kebun kelapa milik masyarakat.”

Katanya, kebun kelapa yang terbakar ada di Desa Marga Ruku, Kecamatan Senyerang, Tanjab Barat, perbatasan dengan Riau. Hampir setiap tahun daerah ini selalu ada kebakaran saat kemarau. “Kita kesulitan pemadaman, karena di situ rata-rata eksisting kebun masyarakat. Ada beberapa kejadian yang ditetapkan tersangka.”

Komandan Satgas Karhutla Jambi, Kolonel Arh Elphis Rudy menyebut, total luas hutan dan lahan terbakar di Jambi sejak Januari-tengah Agustus mencapaai 357 hektar. Dia mengklaim, luas kebakaran tahun ini lebih kecil dibanding sebelumnya.

Namun, data luas kebakaran hutan dan lahan dikumpulkan Mongabay di delapan kabupaten di Jambi, selain Kerinci, sampai 20 Agustus sudah 880,1 hektar. Angka ini diperkirakan lebih kecil dari luas lahan terbakar sebenarnya, karena banyak belum tahu luasnya.

Sejak Mei-20 Agustus, BMKG Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Thaha Jambi mendata, 566 titik api (hotspot) muncul di Jambi.

 

Konsesi PT MAS di Muarojambi pasca terbakar. Foto: Yitno Suprapto/ Mongabay Indonesia

 

Gangguan pernapasan

Kamis 15 Agustus, di Kota Karang, Muaraojambi, diselimuti kabut asap pekat. Di warung bakso Mulyo, partikel abu kebakaran turun seperti hujan. Narni, pemilik warung bakso bilang, sudah dua hari ini kabut asap tebal.

Ambekan sumpek mas. Iki iseh mending ono padang- padange, nak wingi (Rabu) lueh peteng meneh sampai kudu ora ketok. Nafas sesek mas. (Ini masih mending ada terang, kalau kemarin lebih gelap lagi hampir gak kelihatan), ” katanya.

Dua hari, kondisi udara di Muarojambi, memburuk, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada 15 Agustus terpantau naik dari 77 jadi 90. Meski masih dalam kategori sedang, tetapi warga mulai merasakan dampak pada kesehatan.

Nak esok paling keroso sesek. Nak awan kan wes ono angin dadi gak begitu kabut. (Kalau pagi lebih terasa sesak, kalau siang sudah ada angin tak begitu kabut), ” kata Raihan, warga Kota Karang.

Sari Koordinator Posko Kesehatan Desa Sipin Teluk Duren, Kecamatan Kumpeh Ulu, Muarojambi, mencatat, hingga tengah Agustus, ada 30 pasien ISPA di lokasi dekat kebakaran PT MAS. Pasien anak-anak mendominasi.

“Minggu pertama paling parah, di mata sampai pedih.”

Kebakaran di Muarojambi, paling parah dibanding kabupaten lain di Jambi. Di Desa Sipin, Teluk Duren, ada 20.000 ibu dan 200 balita rentan terkena ISPA dari kabut asap.

Hingga minggu ketiga Agustus, penderita ISPA di Muarojambi, mencapai 24.793 orang. Terjadi peningkatan 1.000 kasus lebih dibanding minggu kedua Agustus.

Di hari sama, kebakaran hebat di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang berbatasan dengan Muarojambi. Sekitar 18 Km dari Bandara Sultan Thaha Jambi, Kota Jambi—melewati jalur udara.

 

Terlihat pengendara motor mengenakan masker karena kabut asap yang mulai pekat dampak kebakaran lahan, Senin (19/8/19). Foto: Yitno Suprapto/ Mongabay Indonesia

 

Anak sekolah libur

Minggu 18 Agustus 2019, kabut asap menyelimuti Kota Jambi. Sedari pagi sinar matahari terlihat kuning tertutup kabut asap. Jarak pandang mencapai titik terendah 1.400 meter pada pukul 09,00.

Udara di Kota Jambi, dalam kondisi berbahaya. Alat Air Quality Monitoring System yang dipasang Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi menunjukkan, pencemaran udara meningkat. Pukul 08,00, polutan PM 2,5 mencapai angka 126 dan masuk kategori tak sehat. Setengah jam kemudian, PM 2,5 meningkat hingga 318 kategori berbahaya. Buruknya kualitas udara di Kota Jambi, terus meningkat hingga pukul 09.00, di mana PM2,5 mencapi 410.

Udara berbahaya masih bertahan hingga pukul 11.30, PM2,5 terpantau pada angka 310, masih berbahaya. Hingga pukul 13.30 udara masih terpantau tak sehat meski PM2,5 terpantau turun jadi 114. Kualitas udara di Kota Jambi, mulai kondisi sedang pada pukul 14.30.

Kabut asap di Kota Jambi, diperkirakan karena kebakaran lahan di Kabupaten Muarojambi dan Desa Medak, Musi Banyuasin. Dua daerah ini punya akses cukup dekat dengan Kota Jambi.

Sore harinya, Wali Kota Jambi, Syarif Fasha menggelar rapat terbuka di Griya Mayang, untuk menindaklanjuti kondisi udara di Kota Jambi, yang buruk beberapa hari terakhir. Hasilnya, keluar maklumat nomor: 180/179/HKU/2019 soal antisipasi dampak kabut asap yang diteken pada 18 Agustus. Maklumat ini langsung menyebar lewat pesan elektronik WhatsApp, media online dan koran harian di Jambi.

Seluruh sekolah PAUD dan TK di Kota Jambi diliburkan seminggu kedepan, terhitung sejak 19 Agustus. Anak SD kelas 1-4 libur hingga 21 Agustus.

“Untuk kelas 5,6 dan siswa SMP mulai 19 Agustus dikurangi jam belajar, masuk pukul 09,00 pulang pukul 13,00,” kata Fasha.

Setiap sekolah diminta menyediakan ruang UKS sebagai ruang pemulihan bagi siswa yang terdampak kabut asap. Termasuk gedung perkantoran pemerintah maupun swasta dan pusat perbelanjaan menyediakan ruang khusus untuk pemulihan.

Semua Puskesmas di Kota Jambi, diminta menyiapkan ruang khusus bagi pasien ISPA. RSUD H Abdul Manap dan RSUD Abdurahman Sayuti, wajib memprioritaskan layanan pada masyarakat yang terserang ISPA karena kabut asap.

“Khusus korban ISPA akibat kabut asap gratis.”

Putusan ini akan diperpanjang kalau kondisi udara di Kota Jambi, seminggu kedepan terus memburuk. Aktivitas belajar anak sekolah akan kembali normal saat kondisi udara di Kota Jambi, membaik.

Fasha bilang, telah membagikan lebih 10.000 masker pada masyarakat dan sekolah untuk mengurangi korban ISPA.

Data Dinas Kesehatan Kota Jambi, ISPA rata-rata setiap bulan di Kota Jambi, mencapai 8.000-an.

Saat Pemerintah Kota Jambi, mulai meliburkan anak sekolah, Dinas Lingkungan Hidup Jambi, merilis indeks standar pencemar udara masih dalam kategori sedang. Angka ISPU terpantau 51-100.

“Hari ini (19 Agustus) kategori PM10 tercat diangga 70, sedang,” kata Dian Hariani, Kasi Pengendalian Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup Jambi.

Dia bilang, kalau alat pemantau kualitas udara yang dipasang di sekitar Bundaran Tugu Keris Siginjai, dekat Kantor Walikota Jambi, rusak. Meski demikian, kata Dian, alat ini masih terbaca. Untuk data pembanding DLH Jambi, memasang alat high volume air sampler (HVAS) di area Kantor DLH untuk mengetahui pencemaran udara 24 jam. “Hasilnya, sama.”

Saat ini, katanya, masyarakat masih bisa beraktivitas di luar ruangan tetapi diimbau menggunakan masker guna menghindari dampak partikel debu dan asap yang bisa menyebabkan ISPA.

Data Dinas Kesehatan Jambi, menunjukkan belum ada peningkatan signifikan kasus ISPA. Dalam catatan minggu pertama Agustus hingga 11 Agustus, data ISPA di Jambi, tak jauh beda dengan minggu-minggu sebelumnya, 7.000-8.000 setiap minggu.

Mongabay menemui, Pahlewi, Kepala Bidang Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup, DLH Kota Jambi. Dia mengatakan, AQMS mencatat data ISPU real time hingga bisa mengetahui kapan angka ISPU naik. Sejak 16 Agustus, ISPU di Kota Jambi, terus mengalami peningkatan, puncaknya pada 18 Agustus pukul 09,00 pagi, polutan PM2,5 mencapai 410.

“Rata-rata ISPU naik itu di jam sibu. Karena itu, kita lakukan antisipasi, anak-anak diliburkan. Kalau pemantauan 24 jam memang sedang. Malam kita aktivitas kurang. Banyak aktivitas itu siang.”

Dia mengigatkan, bahaya polutan PM2,5 yang berukuran sangat kecil dan tak sanggup dicegah hanya dengan masker biasa. “Kalau asap lagi tebal, pakai masker biasa, PM2,5 itu tetap masuk, tetap terhirup. Itu bahaya.”

 

Keterangan foto utama:  Tim kahutla dari perusahaan terlibat pemadaman api di hutan gambut PT MAS di Mauarojambi. Foto: Yitno Suprapto/ Mongabay Indonesia

 

 

 

Exit mobile version