Mongabay.co.id

Begini Eksotisme Keindahan Kepulauan dan Bawah Laut Fakfak

 

Papua Barat sangat terkenal dengan wisata bahari yang eksotis dengan wilayah kepulauan dengan keanekaragaman hayati bawah laut yang indah dan magis. Menarik perhatian para penyelam.

Selain Raja Ampat, salah satu wilayah di Papua Barat yang juga memiliki wisata bawah laut mempesona adalah Kabupaten Fakfak. Untuk mencapai salah satu kabupaten tertua di wilayah Papua ini, bisa melalui dua jalur, yakni laut dan udara.

Bandara Torea, adalah pintu masuk bagi pengguna transportasi udara dan terletak di puncak, sehingga seringkali diselimuti kabut pada pagi hingga jelang siang. Hal itulah yang menyebabkan penerbangan ke Bandara Torea pada pagi hari sering kali mengalami penundaan sesuai dengan standar penerbangan dalam hal jarak pandang, minimal 5 km.

Penerbangan yang ditempuh dari Makassar harus transit di Sorong atau Manokwari dengan waktu tempuh 2 jam 45 menit, baru melanjutkan dengan pesawat jenis ATR 72/600 menuju Bandara Torea, dengan waktu tempuh 45 menit.

Begitu suara pramugari mengumumkan pesawat akan segera mendarat di bandara, sudah terlihat hutan yang masih rapat dengan Pulau Panjang yang berhadapan langsung dengan Bandara Torea.

Kabupaten dengan geografis berbukit-bukit dan memiliki wilayah pesisir dan kepulauan yang masih banyak tidak berpenghuni, menjadikan kabupaten ini terasa lengkap bagi para pencinta suasana alam, baik daratan maupun laut.

Kota ini juga menyiapkan banyak penginapan dan juga hotel, untuk menunjang pariwisatanya.

baca : HUT RI, 10 Penyelam Bentangkan Bendera 74 Meter di Bawah Laut Papua Barat

 

Salah satu obyek wisata pasir putih di Pulau Wayob, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Foto : Rahmi Djafar/ Mongabay Indonesia

 

Surga Bawah Laut

Beberapa lokasi wisata bawah laut yang memiliki keindahan bawah lautnya, seperti perairan Pulau Ega dan Pulau Panjang yang terkenal dengan lautnya yang bening, serta pulau berpasir putih sekaligus tidak berpenghuni.

Penyelaman pertama di Pulau Ega, pada kedalaman 6-8 meter, dengan air jernih membuat jarak pandang tidak mengalami hambatan serta arus air di bulan Agustus cukup baik, sehingga tidak menimbulkan banyak kendala. Beragam jenis biota laut di pulau itu, seperti ikan hiu, ikan kakatua, penyu, kakap, red Ffirefish dan beragam jenis ikan beraneka warna dapat dijumpai meski tidak menyelam di laut dalam.

Sementara beberapa jenis terumbu karang yang ada di sekitar Pulau Ega, yakni montipora, Montipora capricornis, Favia stelligera. Dari marga Acropora masih mendominasi juga soft coral dari keluarga ellisellidae, Oxycomanthus benneti, dan dendronephthya.

Titik penyelaman lainnya yakni Pantai Boyan, yang berhadapan langsung dengan Kota Fakfak, dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Memasuki kawasan Boyan yang terletak di Pulau Panjang, pelampung-pelampung seperti bola-bola mengapung di sekitarnya, penanda budidaya rumput laut. Sementara sebuah rumah terapung milik Dinas Perikanan dan Kelautan berdiri di tidak jauh dari situ.

baca juga : Peneliti Temukan Sembilan Spesies Berpotensi Baru di Fakfak. Apa Saja?

 

Perairan Pulau Boyan, Fakfak, Papua Barat, yang seringkali dijadikan tempat renang ataupun menyelam karena kondisi airnya yang jernih. Foto : Rahmi Djafar/ Mongabay Indonesia

 

Di kawasan Boyan terdapat hutan mangrove, yang termasuk dalam ekosistem laut. Mangrove merupakan tanaman tumbuhan halofit yang berfungsi sebagai tempat pemijahan bagi ikan-ikan kecil dan juga sumber makanan bagi beberapa biota laut yang masih kecil, sebelum masuk ke perairan lepas.

Dari rumah terapung ini, juga sering dijadikan titik penyelaman. Namun, meski tidak menyelam pun, kita sudah bisa melihat dengan jelas dari permukaan laut, beberapa terumbu karang dan beraneka ikan berwarna warni dari atas rumah terapung ini saat air pasang atau pun surut.

Rumah terapung ini juga menjadi titik giant step untuk masuk ke dalam laut dapat dilakukan. Pada kedalaman 2-8 meter, sudah menjumpai terumbu karang yang sehat dan juga penyu yang sesekali muncul ke permukaan.

Banyak terumbu karang yang juga bisa dilihat di sini seperti dari keluarga Agariciidae, seperti Coeloseris mayeri, dari keluarga Siderastreidae, keluarga Merulinidae seperti Hynophora Microconos, Hynophora rigida dan masih banyak jenis-jenis terumbu karang yang masih sehat di kedua pulau itu.

Sayangnya, di Fakfak belum memiliki dive centre, sehingga jika ingin menyelam, bisa mendatangi Dinas Pariwisata, atau menghubungi teman penyelam untuk menemani penyelaman di lokasi tersebut. Apalagi, sesuai aturan selam, dilarang menyelm sendiri.

Sebagai wilayah kepulauan, Fakfak memang lengkap dengan ekosistem lautnya yang masih terjaga. Mulai dari mangrove, terumbu karang, dan lamun.

Salah satu pulau, Wayob yang tengah dikembangkan pemerintah setempat, sebagai potensi wisata di pulau tidak berpenghuni itu, beberapa gazebo telah dibangun, tetapi belum ada fasilitas lain. Kondisi alam di sini cukup rimbun dengan pasir putih halus yang terhampar membentuk teluk hingga ke tanjung.

menarik dibaca : Begini Simbiosis Menguntungkan antara Udang Pistol dan Ikan Goby

 

Dua orang penyelam tengah melakukan survey di perairan Pulau Ega, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Foto: Depunet/Mongabay Indonesia

 

Pengembangan Minawisata

Menyadari potensi wisata yang ada di, Pemerintah Kabupaten Fakfak, melakukan pendataan potensi kelautan di wilayah kepulauan di Fakfak.

Pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah berbasis pada pemanfaatan potensi sumber daya kelautan, perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada wilayah tertentu.

Adanya potensi perikanan inilah, maka Pemkab setempat akan membangun kampung minawisata, dimana masyarakat lokal bisa terlibat langsung dalam upaya pengoptimalan wisata bahari menjadi minawisata. Seperti di Pulau panjang, Ega, dan Wertutin, yang jarak yang begitu dekat dengan wilayah Kabupaten Fakfak.

Selain itu juga, potensi perikanan yang bertumpu pada optimalisasi pengembangan wisata bahari, menjadi sebuah langkah memperkenalkan potensi Fakfak ke mata dunia.

Menurut Penjabat Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kabupaten Fakfak, Untung Tamsil, perlu perencanaan yang terintegrasi oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bidang ekonomi yang berorientasi pada pengembangan minawisata.

“Begitu besar potensi perikanan kelautan Fakfak, sehingga perlu dilakukan pendekatan pengelolaan terpadu yang berbasis konservasi dengan menitik beratkan pada pengembangan perikanan dan pariwisata bahari,” ujar Untung dalam sebuah acara di di kantor Bupati Fakfak, Sabtu (24/8/2019).

baca juga : Merawat Tradisi Pasar Mambunibuni dengan Sistem Barter Hasil Bumi

 

Hard Coral, Favia stelligera dan Oxycomanthus benneti, Dendronephthya yang tumbuh diatasnya di perairan Pulau Ega, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Foto: Depunet/Mongabay Indonesia

 

 

Ada empat  aktivitas pada kegiatan minawisata tersebut, lanjut Untung, yaitu wisata mina, wisata konservasi dan pendidikan lingkungan, wisata bahari, dan wisata kuliner.

Wisata mina berbasis perikanan dan kombinasinya dapat berupa pengembangan wisata budidiya laut seperti melihat proses budidaya rumput laut, budidaya ikan, memberi makan ikan dan memanen ikan. Sedangkan wisata konservasi dapat berupa ekowisata mangrove, jenis spesies, air terjun dan pendidikan konservasi.

Selain melakukan survey potensi ekosistem laut, Pihak DKP Fakfak juga melakukan upaya menjaga kondisi perairan di sekitar Fakfak, dengan menggelar Focus Group Discussion dengan pemangku adat atau kepala kampung dari perwakilan dari Pulau Panjang dan Ega.

Melalui sosialisasi itu, Untung menyebutkan ada empat hal yang harus dikelola dengan baik, yakni ekologi, perikanan budidaya, perikanan tangkap, dan wisata bahari.

“Kita harus bersama-sama menjaga laut dan isinya, dengan pengelolaan yang baik,” katanya.

Dia berharap, dengan melibatkan masyarakat adat setempat, menjadi salah satu solusi untuk menjaga kelestarian ekosistem di Fakfak, yang masih terbilang lengkap (lamun, mangrove, terumbu karang). Dengan demikian, menjaga laut juga dapat membantu perekonomian masyarakat setempat.

 

Ikan jenis Red Firefish dari keluarga Scorpaenidae di perairan Pulau Ega, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Foto : Depunet/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version