Mongabay.co.id

Bagaimana Jika Limbah Nuklir Dibuang ke Angkasa, Atau Matahari?

 

 

Begitu banyak reaktor nuklir di seluruh penjuru dunia dibangun, sejak Manhattan Project 1942 di Amerika yang menginisiasi lahirnya bom atom untuk mengakhiri Perang Dunia II. Hingga kini, aktivitas sejumlah reaktor telah menghasilkan puluhan ribu ton limbah nuklir tingkat tinggi, dan sampai sekarang solusinya adalah hanya dengan menyimpannya.

Tentu saja sangat berbahaya. Pada 1957, sebuah ledakan di fasilitas limbah nuklir Mayak dekat Kyshtym, Rusia, menjadi bencana nuklir terburuk ke tiga dalam sejarah, setelah Chernobyl dan Fukushima. Sisa-sisa radioaktif bekas produksi bahan bakar nuklir tersimpan di bawah tanah, juga terlempar keluar saat ledakan.

Limbah nuklir, atau limbah radioaktif, adalah bahan sisa yang masih memiliki radioaktif. Sebagian besar, sebagai bahan sisa reaktor tenaga nuklir, tetapi juga dihasilkan oleh rumah sakit, dan tentu saja senjata nuklir. Limbah nuklir, juga didapat dari penambangan uranium, pemrosesan radium, dan berbagai proyek penelitian sipil dan militer. Menurut World Nuclear Association, 97.000 ton limbah nuklir dihasilkan tiap tahun.

Para ilmuwan hingga kini belum menemukan solusi lain selain menyimpan limbah-limbah nuklir tersebut. Sejak lama, ide untuk membuang limbah nuklir dengan mengirim ke luar angkasa sudah mengemuka. Atau bahkan ke matahari seperti yang dilakukan oleh Superman?

 

Mungkinkah limbah nuklir dibuang ke matahari? Kredit: Digital Image Falcon Heavy

 

Mungkin kita masih ingat, di film Superman IV: The Quest for Peace, sang superhero mengumpulkan semua nuklir dunia dan melemparkannya ke matahari.

Di atas kertas, terdengar cukup masuk akal membuang limbah-limbah nuklir ke matahari. Bintang terdekat dari Bumi tersebut seolah seperti reaktor nuklir raksasa yang besarnya 330.000 kali dari Bumi.

Dengan panasnya, matahari bisa dengan mudah ‘menelan puluhan ribu ton batang nuklir bekas. Dan NASA, saat ini memiliki dua probe yang mengorbit matahari, sehingga pada dasarnya ada teknologi untuk melakukan hal ini.

Tapi mengapa hal ini belum juga terwujud? Pada dasarnya, para ilmuwan dari seluruh dunia telah memikirkan, untuk melakukan penelitian hal ini sejak lama.

 

Gambaran perbandingan Bumi dan Matahari. Sumber: NASA/SDO/Steele Hill [4 April 2018]

 

Sedikit manfaat dibanding risiko      

Hingga saat ini, tidak ada badan antariksa atau perusahaan swasta yang tak pernah gagal dalam peluncuran roket ke luar angkasa. Kita sering mendengar roket yang gagal meluncur, atau bahkan meledak di udara. Tentu sangat berbahaya jika kemudian di dalam kargonya ada limbah nuklir.

Dan jika uraniumnya terbakar, ia akan tetap berada di udara dan bersirkulasi berbulan-bulan. Lalu, membentuk debu uranium di permukaan Bumi.

 

Di dalam bangunan ini merupakan pabrik uranium beserta radioaktifnya. Kredit: US Department via Universe Today

 

Selain itu, pada dasarnya, secara kalkulasi biaya, sangat tidak efisien. Dikutip dari Universe Today, Saat ini, biaya pengiriman kargo ke orbit rendah bumi [low earth orbit] berkisar antara $10.000 hingga $20.000 per kilogram. Biaya termurah adalah yang ditawarkan SpaceX milik Elon Musk, yakni sekitar sekitar $4.000 USD per kilogram. Jika SpaceX benar-benar berhasil meluncurkan Falcon Heavy  tahun ini, itu bisa menurunkan harganya menjadi sekitar $2.500 per kilogram.

Bayangkan, ada 97 ribu ton limbah nuklir yang dihasilkan manusia tiap tahun. Jika kita ingin mengirimnya ke orbit rendah bumi saja [belum ke matahari], biayanya adalah 97.000.000 kg x $2.500 = $242.5 miliar. Ini setara dengan PDB Vietnam.

Selain itu, bayangkan berapa kali peluncuran harus dilakukan untuk membawa limbah tersebut ke angkasa. Sebagai gambaran, roket terbesar saat ini yang belum diluncurkan, Falcon Heavy, hanya mampu membawa maksimal 16.000 kilogram bawaan. Ini pun jika, sekali lagi, semua peluncuran sempurna.

 

 

Jika bisa dilakukan, kita perlu ingat bahwa ini baru ke orbit rendah Bumi, yang jika limbah nuklir dibuang ke sana, akan bergesekan dengan atmosfer. Akhirnya, limbah-limbah tersebut kembali ke Bumi, dan makin membahayakan. Jika dibuang jauh ke luar angkasa, tentu harganya juga berlipat, dan effort ganda juga. Apalagi, jika ke matahari, tentu amat jauh, lebih kompleks dan mahal.

Intinya, membuang limbah ke luar angkasa, secara teori terdengar seperti ide bagus. Tapi, dalam pelaksanaannya, untuk saat ini, mustahil dilakukan. Biaya begitu mahal, selain risiko kegagalan yang tidak bisa diabaikan.

Apa yang harus dilakukan sekarang? Banyak ahli sepakat, kita perlu belajar mendaur ulang limbah nuklir, dan membuatnya lebih sedikit risikonya. Selain itu, kita perlu mempertimbangkan dengan hati-hati, konsekuensi jangka panjang bagaimana kita menghasilkan energi. Tidak hanya dengan nuklir, tetapi juga segala bentuk generasi energi berpolusi, salah satunya batubara. [Berbagai sumber]

 

 

Exit mobile version