Mongabay.co.id

Limbah Ciu Cemari Sumber Air PDAM Solo

Sungai Bengawan Solo pada musim kemarau. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Tri Atmojo Sukomulyo, Direktur Teknik PDAM Surakarta, membaca pesan di sebuah grup WhatsApp. Grup untuk bidang produksi di tempat dia bekerja itu menginformasikan kalau sumber air yang bakal diolah Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Semanggi, berbau alkohol.

“Informasi dari kepala urusan instalasi produksi wilayah selatan, IPAL Semanggi, Pak Nuryanto. Dia minta izin mematikan operasional IPAL Semanggi. Air tidak diolah karena berbau alkohol,” katanya, Kamis (5/9/19), saat dihubungi Mongabay.

Tri lalu menugaskan Kepala Bidang Produksi, Giyoto dan Kepala Seksi Laboratorium, Kusnadi memeriksa lapangan untuk mengetahui penyebab air tercemar.

“Ternyata, air baku memang tercemar. Saya suruh ngambil sample. Air sebelum tercemar, setelah tercemar, dan sumber pencemar,” katanya.

 

Kali Samin

Contoh air yang diperiksa diambil dari air Bengawan Solo, sebelum dan sesudah bercabang di Kali Samin, dan Kali Samin itu sendiri. Hilir sungai ini bertemu di Bengawan Solo, setelah memotong Jalan Ciu Karangwuni.

Mengarah ke hulu atau ke arah timur, Kali Samin, masih melewati Bekonang, Sukoharjo yang terkenal sebagai sentra industri alkohol dengan produk sampingan ciu. Ciu adalah nama minuman beralkohol hasil fermentasi tebu.

Petugas PDAM pun mencari sumber penyebab. Mereka menelusuri sungai dan menemukan ada saluran pembuangan yang masuk ke Kali Samin.

“Itu yang berbau tidak enak kayak alkohol. Tapi penyebabnya dari limbah apa ini yang belum ditelusuri. Kita baru ambil sample, masih nunggu hasil laboratorium,” kata Tri, meski tak menampik bahwa di sekitar lokasi banyak terdapat pabrik ciu.

 

Petugas mengawasi instalasi pengolah air di IPAL Semanggi. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

Pencemaran itu bisa segera diketahui karena PDAM Surakarta memiliki alat dan staf yang selalu memantau sepanjang hari. Ada petugas, Nuryanto, di Desa Kadokan, Sukoharjo, yang memantau, membersihkan, dan mengoperasikan pompa di tepi sungai. Begitu melihat air kurang baik dia langsung lapor.

Nuryanto ditemui Mongabay di IPAL Semanggi pada Jumat (6/9/19) menjelaskan, air sungai tercemar limbah ciu pada Kamis itu dibiarkan mengalir. Pengoperasian pompa setop. Karena tindakan pencegahan berupa penghentian diambil, limbah itu tak mengotori air di tingkat pelanggan.

“Air yang keluar dari keran tak sampai tercium alkohol, kita sudah antisipasi. Ketika di sana jelek, kita langsung berhenti. Kita biarkan limbah itu lewat dulu. Setelah lewat kita baru ambil yang bagus lagi,” katanya.

“Saya meluruskan, untuk distribusi masih bisa jalan. Air baku memang tercemar limbah ciu. Tapi kita tidak mengambil yang tercemar itu. Kita tak mengambil air tanpa dikendalikan.”

Menurut dia, tahun lalu pernah kejadian serupa. Tahun ini, sudah diantisipasi dengan cara menampung cadangan sedikit demi sedikit.

“Untungnya kita sudah siap. Kalau untuk sehari penuh memang tidak cukup. Dari pukul tujuh pagi ke tujuh malam, misal,” kata Nuryanto.

Tri juga mengatakan, meski IPAL Semanggi berhenti beroperasi namun distribusi air tak terganggu lantaran masih ada cadangan air sekitar lima ribuan liter kubik.

“Sementara ini masih ada sisa air yang belum tercemar, itu bisa kami operasionalkan setengah hari ke depan. Sambil memantau sungai, kalau sudah baik kita olah lagi,” katanya.

Kala terjadi kendala distribusi air melalui pipa, PDAM menyuplai air langsung ke pelanggan lewat droping air dengan tangki air.

“Masyarakat tetap dapat aliran dari mata air Cokro Tulung. Dulunya juga dialiri lewat mata air Cokro Tulung, meski memang tekanan kurang.”

 

Kantor PDAM Surakarta. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

Kalaupun air mati, kemungkinan terjadi di daerah paling ujung distribusi IPAL Semanggi., yakni kawasan selatan, di Losari, atau Semanggi, wilayah selatan di atas tanggul.

“Waktu beban puncak harus kita bantu dengan dropping air.”

Waktu beban puncak itu kawasan utara dan selatan tekanan air rendah, bahkan beberapa tak mengalir sama sekali. Kawasan utara dipasok dari pengolah air Jebres, Jurug, Mojosongo. Untuk kawasan tengah dipasok dari mata air Cokro Tulung, dan Jurug. Sementara kawasan selatan dari pengolah air Semanggi.

Nuryanto mengakui, dari kapasitas terpasang itu IPAL Semanggi baru mengambil 70 sampai 100 liter per detik.

“Air yang digunakan hanya dari Bengawan Solo. Belum bisa maksimal karena jaringan juga belum siap. Total pemanfaatan baru sekitar 30%. “Ini pengolahan baru kita juga belajar. Tahun-tahun awal itu tahun yang sangat berharga bagi kita. Karena hal-hal baru itu biasa ada di tahun-tahun pertama.”

Di luar sumur dalam, air baku dari Bengawan Solo, jadi sumber utama. Jadi, menjaga air Bengawan Solo, agar tak tercemar limbah berbahaya sangat penting.

Balai Lingkungan Hidup provinsi melihat langsung kondisi sungai pada saat kemarau. Karena sungai dan pemanfaatan melibatkan dua kabupaten kota, menjadi kewenangan provinsi.

“Dari sisi teknis, kita juga membuat usulan dari walikota ke menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat-red). Ada penyadap baru namanya intake, yang tak tercemar Kali Samin. Jadi langsung di hulu, kurang lebih jarak dari lokasi lama 1,3 km. Airnya bagus,” kata Tri. “Sumber pencemar seperti di Kali Samin tidak ada.”

Operator pengelolaan sungai ada di tangan Jasa Tirta. Untuk mengamankan limbah harus berkoordinasi dengan instansi lain seperti Dinas Lingkungan Hidup, PDAM, Jasa Tirta, dan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.

“Ada tim koordinasi pengelola sumber daya air. Anggotanya terdiri dari 60 orang, 30 pemerintah, 30 non pemerintah. Yang dari non pemerintah kebanyakan dari petani, LSM, KSM. Mereka rutin bertemu, ada SK menteri. Tugasnya, memberikan rekomendasi kepada menteri terkait konservasi sungai, pendayagunaan sungai.”

 

Kantor Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Semanggi di Surakarta. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

Beban Bengawan Solo

Data PDAM Surakarta menyebut, Bengawan Solo jadi sumber air baku untuk instalasi pengolahan air Jurug dan Jebres, dengan kapasitas terpasang 201,36 liter perdetik. IPAL Semanggi dioperasikan setahun lalu dengan kapasitas terpasang 300 liter perdetik. Saat ini, Mata air Cokro Tulung di Klaten, masih menjadi sumber air utama PDAM Kota Surakarta, dengan kapasitas terpasang 387 liter perdetik. Selain itu, ada 22 sumur dalam dengan kapasitas total 337,8 liter perdetik.

Sungai terpanjang di pulau Jawa ini memiliki dua hulu sungai di Wonogiri dan Ponorogo, melewati Jawa tengah dan Jawa Timur. Secara administratif, ada 17 kota kabupaten dilewati sungai sepanjang kurang lebih 550 km ini. Hilir Bengawan Solo ada di daerah Gresik.

Tekanan lingkungan harus disandang Bengawan Solo, terutama di daerah tengah atau Surakarta dan sekitar mengingat di sini pendudk relatif padat. Di kawasan ini, katanya, banyak industri, baik skala rumahan maupun besar.

Industri itu meliputi tekstil, batik, pengolahan kayu, hingga alkohol. Mereka membuang limbah ke sungai, secara terang-terangan karena berizin maupun sembunyi-sembunyi.

Penghentian operasional IPAL Semanggi karena limbah ciu ini bukti bahwa industri yang mengabaikan aspek lingkungan mengancam perikehidupan. Dari penelusuran, keluhan warga atas limbah juga bukan sekali dua kali.

Petani Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, telah lama mengeluhkan air dari irigasi tercemar limbah ciu.

Warga Pandeyan, Grogol, Sukoharjo juga mengeluhkan limbah ciu yang mengotori Kali Samin. Selain berbau, ikan sungai banyak mati, dan warna air berubah menghitam. Dampak pencemaran kian terasa pada kemarau saat debit air menyusut drastis.

PDAM Surakarta juga pernah menghentikan operasional IPAL Jurug dan Jebres, karena air Bengawan Solo tercemar limbah tekstil, setahun lalu.

“Dari informasi warga, tidak setiap waktu limbah itu dibuang. Durasi beberapa jam, mengambil waktu pagi dan sore,” kata Nuryanto, menirukan kesaksian warga yang melihat bagaimana limbah ciu itu mencemari Kali Samin.

Prigi Arisandi dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menilai, kejadian penghentian IPAL Semanggi karena tercemar sumber air baku menunjukkan pengawasan dan pengendalian pencemaran air lemah.

“Seharusnya, sudah ada antisipasi dari pengelola Kali Samin pada musim kemarau akan terjadi penurunan debit air sungai, hingga debit polutan harus dikendalikan, dengan optimalisasi instalasi pengolah air limbah. Pabrik miras ada sejak lama hingga seharusnya sudah diprediksi.”

Dia menilai, hal itu terjadi karena tak penegakan hukum terkait pelanggaran pembuangan limbah cair. Dalam kasus pencemaran Kali Surabaya, Ecoton menawarkan konsep suaka ikan di sungai. Ada zona-zona khusus di mana ikan dibiarkan berkembang biak dan melarang siapapun menangkap, apalagi sampai mati karena air tercemar.

Konsep suaka ikan ini, katanya, mendorong semua pihak, baik industri, instansi terkait, dan warga, bersama menjaga sungai tetap lestari. Ikan jadi penanda air sungai bersih dan memenuhi ambang batas bagi kehidupan.

Konsep suaka ikan makin banyak mendapat dukungan, dan mulai tereplikasi di lokasi berbeda untuk merestorasi sungai. Terutama sungai-sungai dengan tingkat pencemaran tinggi.

 

Keterangan foto utama:  Sungai Bengawan Solo pada musim kemarau. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version