Mongabay.co.id

Miliki Air, Planet Sejauh 111 Tahun Cahaya ini Ditinggali Makhluk Hidup?

Untuk pertama kalinya, para astronom  menemukan air di atmosfer sebuah planet yang mengorbit di dalam zona layak huni. Planet yang sementara ini dinamai K2-18b ini diyakini berpotensi memiliki kehidupan di dalamnya.

Dalam 10 tahun ke depan, teleskop-teleskop baru luar angkasa kemungkinan bisa menentukan apakah atmosfer planet K2-18b mengandung gas yang dapat dihasilkan organisme hidup.

Planet itu tersebut berjarak 111 tahun cahaya dari Bumi dan memiliki ukuran dua kali lebih besar dari Bumi.

Lebih lanjut, ilmuwan juga mengungkapkan jika K2-18b memiliki atmosfer dan kisaran suhu yang tepat untuk makhluk hidup. Planet itu juga lebih dekat dengan bintangnya daripada Bumi dibandingkan dengan Matahari, yang berarti planet itu memiliki tahun yang lebih pendek menyelesaikan orbitnya yaitu 33 hari, dibandingkan Bumi yang membutuhkan 365 hari.

baca : Bagaimana Jika Limbah Nuklir Dibuang ke Angkasa, Atau Matahari?

 

Ilustrasi planet K2-18b (kanan) yang mengorbit bintangnya yang redup (kiri). Planet K2-18b ini adalah planet ekstrasurya pertama yang diketahui menampung uap air di atmosfernya. Sumber : M. Kornmesser/ESA/HUBBLE/National Geographic

 

Profesor Giovanna Tinetty dari University College London (UCL) menyatakan bahwa penemuan tersebut merupakan sesuatu yang luar biasa.

“Ini pertama kalinya kita mendeteksi air pada sebuah planet di zona layak huni di sekitar sebuah bintang yang suhunya berpotensi cocok untuk mendukung kehidupan,” ungkapnya. Zona layak huni adalah area di sekitar bintang di mana suhunya cukup ramah sehingga air bisa muncul dalam bentuk cair di permukaan suatu planet.

Zona layak huni adalah kisaran orbit di sekitar bintang di mana sebuah planet dapat mendukung air yang berbentuk cair. Suhu dari bintang harus tepat agar air bisa ada di permukaan. Jika sebuah planet terlalu dekat dengan bintangnya, ia akan mengalami efek gas rumah kaca yang tak terkendali, seperti Venus. Tetapi jika terlalu jauh, air akan membeku, seperti yang terlihat di Mars.

Jarak planet baru ini memang jauh, 111 tahun cahaya (yang berarti 1.046 triliun km) dari bumi, sebuah jarak yang tak mungkin dijangkau manusia dengan teknologi masa kini.

Meski begitu, para peneliti dapat melihat bagaimana cahaya bintang disaring melalui atmosfer planet K2-18b saat melewati mataharinya, yang disebut. “Ini satu-satunya planet di luar tata surya kita yang kita tahu memiliki suhu, atmosfer, dan air yang benar,” kata Dr Angelos Tsiaras, penulis penelitian itu.

“Tentu saja, K2-18b bukan Bumi kedua, karena ia adalah planet yang jauh lebih besar dan memiliki komposisi atmosfer yang berbeda. Planet itu mengorbit bintang yang sama sekali berbeda, sehingga tidak terlihat seperti Bumi,” lanjut Tsiaras.

baca juga : Makhluk-makhluk Ini akan Mengoyak Kehidupan Planet Bumi, Jika Belum Punah

 

Model terbaik untuk tiga skenario berbeda pengujian keberadaan air di Planet K2-18b. Suasana bebas awan yang hanya mengandung H2O dan H2-He (biru), atmosfer bebas awan yang mengandung H2O, H2-He dan N2 (oranye) dan atmosfer berawan yang hanya mengandung H2O dan H2-He (hijau). Atas: hanya model yang paling pas. Bawah: rentang ketidakpastian 1σ dan 2σ. Sumber : publikasi nature astronomi letters/nature.com

Meskipun planet ini berada di zona layak huni tata surya, para ilmuwan mengatakan bahwa saat ini tidak ada cara untuk menentukan apakah ada tanda-tanda kehidupan. Satu-satunya pilihan untuk menyelidikinya lebih jauh adalah menunggu beroperasinya  generasi teleskop ruang angkasa yang akan diluncurkan pada 2020 dan untuk mencari gas di atmosfer planet yang hanya dapat diproduksi oleh organisme hidup.

“Salah satu pertanyaan terbesar dalam sains adalah apakah kita sendirian di alam semesta. Dalam 10 tahun ke depan, kita akan tahu apakah ada bahan kimia yang disebabkan oleh kehidupan di atmosfer itu,” kata Dr Ingo Waldmann dari UCL, yang menjadi anggota tim peneliti.

Tim di balik penemuan ini mengamati planet-planet yang ditemukan oleh Hubble Space Telescope antara 2016 dan 2017. Para peneliti menentukan beberapa bahan kimia di atmosfer mereka dengan mempelajari perubahan pada cahaya bintang ketika planet-planet mengorbit matahari mereka.

 

Sumber : nature.com, bbc.com, dan nationalgeographic.com

 

Exit mobile version