Mongabay.co.id

Bagaimana Jika Nyamuk Punah dari Planet Bumi? Apa yang akan Terjadi?

 

 

Mungkin, tak ada satu pun dari kita yang suka kehadiran nyamuk. Menurut WHO, nyamuk adalah salah satu hewan paling mematikan di dunia. Kemampuannya membawa dan menyebarkan penyakit ke manusia menyebabkan jutaan kematian.

Pada 2015, untuk penyakit malaria saja, nyamuk menyebabkan 438.000 kematian. Demam berdarah di seluruh dunia pun meningkat 30 kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Zika, demam berdarah, chikungunya, dan demam kuning semuanya ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Lebih dari setengah populasi dunia tinggal di daerah di mana spesies ini ada dan berkembang biak.

Beberapa waktu lalu, perusahaan induk Google, yakni Alphabet, melalui anak perusahaannya bernama Verily, menyusun rencana untuk melenyapkan nyamuk dari muka Bumi. Caranya terdengar sederhana, yakni menyebarkan populasi nyamuk jantan yang sengaja dibikin mandul alias steril sehingga tidak bisa menghasilkan keturunan. Nyamuk jantan ini juga tidak menggigit manusia.

Sebelumnya, perusahaan dari Australia, Innisfail, juga mencanangkan program serupa, dan mampu mengurangi populasi nyamuk hingga 80%. Banyak yang kemudian berharap, hal ini bisa diteruskan ke seluruh tempat di dunia agar terbebas nyamuk. Lalu muncul sebuah pertanyaan besar. Jika nyamuk benar-benar musnah, apa konsekuensinya bagi planet kita?

Baca: Bagaimana Jika Limbah Nuklir Dibuang ke Angkasa, Atau Matahari?

 

Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah. Foto: Paul I. Howell, MPH; Prof. Frank Hadley Collins/Centers for Disease Control and Prevention [CDC]/Image Number: 9534 via Britannica.com

 

Sebuah studi empat tahun, yang baru dimulai Oktober tahun lalu, coba menyibak siklus hidup beberapa generasi Anopheles gambiae, dari larva hingga dewasa hingga mati. Juga, melacak dengan tepat bagaimana siklus hidup itu bersinggungan dengan kelelawar lokal, ikan, bunga, dan serangga lainn. Jika hilangnya nyamuk berdampak pada populasi kelelawar [yang sudah terancam], itu masalah besar, hal yang sama tentu berlaku untuk mata rantai makanan lain.

Pertanyaan lain yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah: jika Anopheles gambiae hilang, akankah serangga pembawa malaria muncul untuk menggantikannya?

Menurut Charles Godfray, peneliti yang mengerjakan riset ini, mengatakan sangat diragukan. “Anopheles gambiae, itu benar-benar nyamuk kita,” katanya. “Itu benar-benar telah berkembang bersama kita. Cukup sulit untuk memikirkan apa yang bisa menggantikannya yang lebih buruk.”

Sebelumnya, pakar serangga dari Laboratorium Public Health Entomology University of Kentucky, Grayson Brown, menyatakan jika nyamuk punah, banyak serangga akan kesulitan mendapatkan sumber makanan. “Larva nyamuk sangat penting dalam ekologi air. Banyak serangga lain serta ikan kecil memakan larva nyamuk,” jelas Brown.

Jika nyamuk musnah dari Bumi, dengan sendirinya akan menghilangkan sumber makanan bagi hewan lain. Ujungnya, menyebabkan jumlah serangga lain menurun. “Apa pun yang memakan mereka, seperti ikan, burung liar, dan lainnya pada gilirannya akan menderita juga,” jelas Presiden Entomological Society of America beberapa waktu lalu.

 

Nyamuk penyebab penyakit malaria [Anopheles minimus] yang banyak tersebar di Asia. Foto: James Gathany/CDC via Britannica.com

 

Ada sekitar 3.500 spesies nyamuk, dan hanya beberapa ratus spesies yang menggigit atau mengganggu manusia. Mereka hidup hampir di setiap benua dan habitat, dan memiliki fungsi-fungsi penting di banyak ekosistem. “Nyamuk telah ada di Bumi lebih dari 100 juta tahun lalu,” kata Jittawadee Murphy, ahli entomologi dari Preventive Medicine & Biostatistics, University of California, dikutip dari Nature.

“Mereka telah berevolusi bersama dengan begitu banyak spesies di sepanjang jalan. Memusnahkan spesies nyamuk dapat meninggalkan predator tanpa mangsa, atau tanaman tanpa penyerbuk,” tambahnya.

Menjelajahi dunia tanpa nyamuk lebih dari sekadar latihan dalam imajinasi: upaya intens sedang dilakukan untuk mengembangkan metode yang mungkin membersihkan dunia dari spesies yang paling merusak, pembawa penyakit.

“[Bagi banyak hewan], larva nyamuk adalah makanan yang enak dan mudah ditangkap,” kata ahli ilmu air Richard Merritt, di Michigan State University. Dengan tidak adanya larva, ratusan spesies ikan harus mengubah pola makan untuk bertahan hidup. “Ini mungkin terdengar sederhana, tetapi perilaku makan sangat sulit berubah secara genetik, pada ikan itu,” katanya. Ikan Nyamuk [Gambusia affinis], misalnya, adalah predator khusus- sangat efektif membunuh nyamuk sehingga ditebar di sawah dan kolam renang sebagai pengendali hama. Jika nyamuk hilang, ikan ini juga akan hilang dan berefek besar pada rantai makanan.

 

Mekanisme pendengaran serangga. Kiri [scolophore ], atas [nyamuk], tengah [jangkrik], bawah [belalang]. Sumber: Encyclopædia Britannica, Inc.

 

Banyak spesies serangga, laba-laba, salamander, kadal, dan katak akan kehilangan sumber makanan utama. Sebagian besar burung pemakan nyamuk mungkin akan beralih ke serangga lain yang mungkin muncul dalam jumlah besar untuk menggantikannya. Insektivora lain mungkin tidak melewatkannya sama sekali: kelelawar kebanyakan memakan ngengat, dan kurang 2% kandungan ususnya adalah nyamuk.

Meski begitu, dalam banyak kasus, para ilmuwan mengakui bahwa “bekas luka” ekologis yang diakibatkan ‘punahnya’ nyamuk akan sembuh dengan cepat karena ceruk itu dipenuhi organisme lain. Dengan banyaknya pilihan makanan pengganti nyamuk di alam, tampaknya sebagian besar pemakan serangga tidak akan kelaparan di dunia yang bebas nyamuk. Tidak ada cukup bukti gangguan ekosistem.

Kehidupan akan  berlanjut seperti sebelumnya -atau bahkan lebih baik, kata banyak ahli. “Jika mengingat begitu berbahayanya nyamuk terhadap kesehatan manusia,  sulit untuk menemukan kerugian dari punahnya mereka,” kata ahli ekologi serangga Steven Juliano, dari Illinois State University.

Dunia tanpa nyamuk akan “lebih aman bagi kita” menurut pakar entomologi medis Carlos Brisola Marcondes dari Universitas Federal Santa Catarina di Brasil. “Penghapusan Anopheles akan membawa kebaikan sangat signifikan bagi umat manusia.”

Mengingat konsekuensi kemanusiaan dan ekonomi yang sangat besar dari penyakit yang ditularkan nyamuk, beberapa ilmuwan memberikan ‘gagasan romantis’ bahwa setiap makhluk hidup berperan vital di alam yang mungkin tidak cukup kuat untuk ‘membela’ keberadaan’ nyamuk.

“Mereka tidak menempati ceruk yang tak tergantikan di lingkungan,” kata entomolog Joe Conlon, dari American Mosquito Control Association di Jacksonville, Florida. “Jika kita basmi mereka besok, ekosistem di mana mereka aktif akan tersendat sementara, dan kemudian melanjutkan kehidupan. Sesuatu yang lebih baik atau lebih buruk akan mengambil alih.”

Bagaimana menurut Anda?

 

 

Exit mobile version