Mongabay.co.id

Terjebak di Kebun Warga, Orangutan Tapanuli Ditemukan Luka-luka

Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis), spesies baru yang berada di Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Foto: Maxime Aliaga/Batangtoru.org

 

 

 

 

Satu orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) terjebak di perkebunan warga di Desa Aek Batang Paya, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 18 September 2019.

Peristiwa serupa pernah terjadi pada 2013, satu orangutan bernama Raya, terpaksa dievakuasi karena terjebak di perkebunan warga. Sayangnya, nyawa orangutan tidak dapat tertolong karena kondisi cukup parah.

Orangutan Tapanuli yang baru ditemukan kondisi begitu memprihatinkan, dengan luka cukup di wajah. Badan juga terlihat kurus. Pengakuan sejumlah warga, satwa langka ini ditemukan di perkebunan warga selama tiga hari.

Baca juga: Bangun Infrastruktur PLTA Batang Toru, Orangutan tapanuli Mulai Masuk Kebun Warga

Dia tampak tak sehat. Saat pengusiran oleh sejumlah warga, orangutan ini tak banyak bergerak, hanya mondar mandir sebentar di sebatang tanaman aren, dan diam. Mata sayu, dari kejauhan terlihat belasan belatung di bagian kepala.

Arman Sipayung, mahasiswa yang berada di desa itu, mengatakan, jarak satwa tak jauh dari proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru, berkisar 2,5 kilometer.

Menurut dia, ada dugaan orangutan Tapanuli ini terjebak dan tak bisa kembali, karena pohon dan hutan yang jadi tempat tinggal, sudah rata dengan tanah.

Baca juga: Walhi Gugat Gubernur Sumut soal Izin Lingkungan PLTA Batang Toru

Sehari setelah mendapatkan informasi itu, pada 19 September 2019, petugas Balai Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah III Padang Sidempuan, langsung turun ke lokasi. Ia dibantu tim Human Orangutan Conflict Response Unit (Hocru), Yayasan Orangutan Sumateram Lestari, Orangutan Information Center (YOSL-OIC). Dengan gunakan jaring pengaman, satwa terancam punah ini berhasil dievakuasi dengan selamat.

Panut Hadisiswoyo, Ketua YOSL-OIC ketika dikonfirmasi Mongabay pada Jumat malam membenarkan. Bersama tim BBKSDA Padang Sidempuan, mereka langsung memeriksa kondisi orangutan Tapanuli yang berhasil diselamatkan dan tengah tertidur karena pengaruh obat bius.

 

Pembukaan lahan di Batang Toru, diduga menjadi penyebab prangutan Tapanuli terdesak dan masuk kebun warga. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Dari pemeriksaan sementara tim medis mereka, dokter hewan Jenny Adawiyah, menunjukkan, ada luka terbuka di daerah frontal (tulang dahi) dan pangkal lengan bagian bawah (axilla), yang diduga karena senjata tajam. Luka-luka terbuka juga ditemukan pada bagian tulang cranium (kepala) bagian belakang, serta bagian punggung.

Kondisi tubuh orangutan juga sangat kurus, terindikasi dari tulang costae (rusuk) terlihat. “Di bagian wajah juga ditemukan belatung begitu banyak. Ada dugaan satwa ini luka cukup lama hingga kondisi begitu parah.”

Melihat kondisi ini, dokter hewan menyarankan agar orangutan Tapanuli ini dibawa ke Pusat Rehabilitasi Orangutan di Batu Mbelin, Sibolangit untuk perawatan lebih lanjut. Tempat ini dikelola Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP). Orangutan jantan ini diperkirakan berumur 30 tahun.

Menurut Panut, dengan penyelamatan ini, BBKSDA Sumut harus melakukan berbagai antisipasi agar kasus serupa tak terulang. OIC, akan siap membantu.

“Kita akan siap membantu BBKSDA Sumut. Membuka posko di wilayah ini dan memberikan call center kepada masyarakat. Kalau ada kasus serupa bisa cepat ditangani,” kata Panut.

Dia bilang, managemen konflik harus ada di sana. Sedini mungkin, katanya, masyarakat harus paham bahwa tak boleh melukai apalagi membunuh orangutan ini.

Baca juga:  Para Ilmuan Dunia Kirim Surat ke Jokowi Khawatir Pembangunan PLTA Batang Toru

Walhi Sumut mengatakan, pemerintah katakan tak masalah walau bangun PLTA, jadi terbantahkan dengan temuan orangutan Tapanuli dalam kondisi mengerikan dan terjebak di perkebunan warga ini.

“Saya pernah bilang, orangutan Tapanuli itu tidak mengetahui mana hutan produksi, mana APL (alokasi penggunaan lain-red), mana hutan lindung. Yang jelas, kalau itu wilayah jelajahnya ya akan berada dan melintas serta menghabiskan waktu di situ sepanjang hari. Pemerintah bilang gak ada konflik. Itu salah besar, ini buktinya,” kata Dana Prima Tarigan, Direktur Walhi Sumut, kepada Mongabay, di Medan, Sabtu (21/9/19) seraya mempertanyakan kepada BBKSDA Sumut mengapa konflik orangutan Tapanuli bisa terjadi.

Konflik antara manusia dan orangutan, katanya, sudah terjadi. Kehidupan orangutan Tapanuli, terancam karena habitat rusak  dampak pembukaan lahan.

“Dilihat dari foto-fotonya mengerikan sekali orangutan Tapanuli yang diselamatkan BKSDA Sumut dan OIC kemarin. Kami menduga konflik ini sudah lebih dari sekali. BKSDA Sumut harus menjelaskan mengapa ini terjadi. Mana bukti yang mereka bilang aman itu?” kata Dana.

Kalau dilihat dari peta, lokasi orangutan Tapanuli, dekat dengan proyek pembangkit hidro, habitat sudah hancur.

Kalau kematian terus terjadi, kata Dana, sama saja membiarkan kepunahan pelahan orangutan Tapanuli. “Jangan asik pencitraan saja, harus cari solusi. Apa yang sudah dibuat BBKSDA Sumut? Ayo tunjukkan,” katanya.

Hingga kini, dia nilai,  KLHK dan jajaran minim melakukan tindakan dalam  penyelamatan orangutan Tapanuli. Pembangunan koridor yang dengung-dengungkan, katanya, juga isapan jempol.

Baca juga: Orangutan Tapanuli, Spesies Baru yang Hidup di Batang Toru

Dia bilang, ada beberapa desakan kepada KLHK termasuk BBKSDA Sumut. Pertama, pemerintah (KLHK), termasuk BBKSDA Sumut menjelaskan penyebab orangutan masuk kebun warga. “Jelaskan transparan.”

Kedua, apa jaminan agar tak ada orangutan masuk kebun waga dan terjadi konflik. Ketiga, konflik terjadi diduga karena pembukaan lahan, pemerintah harus meninjau kembali izin baik PLTA Batang Toru maupun tambang yang dekat habitat orangutan Tapanuli.

“Mana konsepnya? Apa yang sudah dilakukan KLHK dan jajarannya yang selama ini mereka bilang sudah kerja untuk itu?”

Irzal Azhar, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumut,  mengatakan, untuk hasil pengamatan dan analisa foto, kondisi orangutan Tapanuli terlihat ada bagian badan luka, dan tak aktif hingga diputuskan evakuasi bersama BKSDA dan OIC.

Pada Jumat lalu, sudah pengobatan di ruang medis SOCP, ada empat luka diduga dari benda tajam, diobati dan dijahit semua. Setelah itu, akan tes kesehatan lanjutan, seperti hepatitis dan cek seluruh kesehatan satwa ini.

Dia bilang, orangutan Tapanuli akan dilepasliarkan di ekosistem Batang Toru kalau sudah sehat.

Tahun lalu, kecenderungan orangutan Tapanuli, masuk ke kebun warga sudah masuk identifikasi KLHK. Dalam berita Mongabay, dalam berita Mongabay, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyatakan, pembukaan lahan untuk infrastruktur mulai berdampak, terlihat dari orangutan sudah keluar dan masuk ke kebun-kebun masyarakat. Demikian dikatakan Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK.

Wiratno bilang, ada dampak yang ditimbulkan dari pembangunan pra-infrastruktur oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE). Pada 17 September 2018, ada laporan pergerakan orangutan ke kebun masayarakat dan menemukan tiga sarang di sana.

“(Iya) berdampak, ia pergi ke luar, kemudian beradaptasi dengan kebun-kebun masyarakat,” katanya, awal Oktober lalu.

Wiratno bilang, guna mencegah orangutan Tapanuli terganggu pembangunan PLTA Batang Toru, KLHK sudah turun tim ke lapangan untuk lakukan pemantauan.

“Harus ada tim permanen bekerja di situ untuk memantau dampak pembangunan selanjutnya terhadap habitat dan pergerakan orangutan. Di sepanjang itu kan posisi juga banyak orangutan Tapanuli.”

 

 

Keterangan foto utama: ILustrasi. Orangutan Tapanuli, kehilangan habitat dan masuk kebun warga. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version