Mongabay.co.id

30 Orang Meninggal dan Ratusan Luka-Luka Pasca Gempa Maluku

 

Kamis (26/9/2019) pukul 06.46 WIT gempa dengan magnitude 6.8 SR dan kedalaman 10 km mengguncang Provinsi Maluku. Gempa dirasakan paling kuat di tiga kabupaten/kota, yakni Maluku Tengah, Kota Ambon, dan Seram Bagian Barat.

Tanah dan bangunan bergetar lebih dari 5 detik. Ribuan orang panik berhamburan ke luar menyelamatkan diri dari reruntuhan bangunan gedung maupun rumah.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima Mongabay Indonesia pada Minggu (30/9/2019) menyebut, korban meninggal akibat gempa bumi berjumlah 30 orang, dengan rincian Kota Ambon 10 orang, Kabupaten Seram Bagian Barat 6 orang, dan Kabupaten Maluku Tengah 14 orang. Sementara total keseluruhan korban luka ringan, sedang dan berat di tiga kabupaten berjumlah 156 orang.

Warga meninggal di Kota Ambon yakni, John Nanlohy (balita), Mateis Fieter Frans, Hi Kebo, Narty Rumain, Frans Massi, Messi Lethora, Ashana Maimuna (balita), Jahia, dan Firman (balita).

Di Seram Bagian Barat, korban meninggal diantaranya Hj Samsia, Johan Pelena, Neles Kainama, Petronela Sahetapy, Karel Muster dan Tuniasu. Sementara di Maluku Tengah, Hamid Waitawa, Aisa Maruapey, La Nai, Tine Tuasela, Minggus Souhoka.

Kemudian Sami Kadidu, Halima Samual, Wa Ona, Hasan Laisow, Hamid Laisow, La Ode Ana Gani, Mansyur Marasabessy, Nabir Bugis, dan Salbia Olong.

baca : Hati-hati, Gempa di Bali Berpotensi Tsunami Tinggi

 

Rumah warga yang rusak akibat diguncang gempa bumi berkekuatan 6.8 SR, di Maluku. Foto: Warga/ Mongabay Indonesia

 

Rumah warga yang rusak akibat diguncang gempa bumi berkekuatan 6.8 SR, di Maluku. Foto: Warga/ Mongabay Indonesia

 

Sebelumnya Sekretaris Daerah Provinsi Maluku, Kasrul Selang kepada wartawan mengungkapkan ada 26 orang ini yang meninggal langsung akibat gempa dan yang dibawa ke rumah sakit.

Data dari BPBD Provinsi Maluku mencatat total rumah rusak mencapai 2.675 unit per Minggu (29/9/2019) malam. Dari jumlah tersebut, 852 di antaranya mengalami rusak berat.

Kerusakan rumah tertinggi berada di Kabupaten Maluku Tengah, dengan rincian sebagai beriktu Maluku Tengah rusak berat (RB) 658 unit, rusak sedang (RS) 385, rusak ringan (RR) 888; Kabupaten Seram Bagian Barat RB 109, RS 163 dan RR 31 dan Kota Ambon RB 85, RS 135 dan RR 221. Sedangkan kerusakan di sektor lain, fasilitas umum dan sosial sebanyak 87 unit.

Data lain terkait kerusakan yang diterima dari Badan SAR Ambon menyebut, kerusakan akibat gempa bumi di Kota Ambon yakni, terjadi keretakan sambungan Jembatan Merah Putih, bangunan Maluku City Mall (MCM), gedung perbelanjaan Ambon Plaza (Amplaz), jaringan Pipa Air Bersih Belakang BIP Waiheru.

Kemudian Gedung Rektorat dan Auditorium Universitas Pattimura, Gedung Kampus Universitas Pattimura Jurusan Kehutanan, Gedung Rektorat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, satu unit Sekolah Dasar Waiheru, SMEA Kristen Karpan, Gedung Sekolah SMK Kesehatan.

baca juga : Banyak Satwa Laut Terdampar, Apakah Terpengaruh Gempa?

 

Kondisi Gedung Rektorat IAIN Ambon yang mengalami kerusakan akibat diguncang gempa bumi berkekuatan 6.8 SR. foto: Nurdin Tubaka/ Mongabay Indonesia

 

Kondisi Gedung Rektorat IAIN Ambon yang mengalami kerusakan akibat diguncang gempa bumi berkekuatan 6.8 SR. foto: Nurdin Tubaka/ Mongabay Indonesia

 

Terjadi kerusakan terhadap Gedung Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku, Gedung Kantor Dinas Sosial Provinsi Maluku, Gedung Kantor BPK Negeri Lama, DP3AMD Passo, Kantor Kanwil Agama, Kantor Kelurahan Waihoka, Kantor Koperasi Provinsi Maluku dan Gedung Rumah Sakit Siloam.

Kerusakan juga terjadi pada sejumlah rumah ibadah dan sarana serta prasarana lain di tiga kabupaten/kota. Sementara untuk rumah warga yang mengalami kerusakan terdapat ratusan unit, yang tersebar pada beberapa desa di tiga wilayah ini. Kerusakan rumah warga terbanyak ada di Kabupaten Maluku Tengah.

Hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukan patahan baru yang muncul di sebelah Selatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat, diduga sebagai pemicu gempa ini.

Andy Azhar Rusdin, Kepala Seksi Data dan Informasi, BMKG Stasiun Geofisika Ambon, saat dikonfirmasi Mongabay Indonesia, Minggu (29/9/2019) menjelaskan sudah 3 hari pasca gempa, belum ada kepastian terkait sumber pembangkit gempa yang aktivitas susulannya belum berakhir.

Jika mencermati beberapa publikasi ilmiah terkait kondisi tektonik Maluku, khususnya wilayah Ambon dan Pulau Seram, tampak bahwa kawasan ini memang memiliki tataan teknonik yang kompleks. Ada beberapa unsur tektonik di wilayah ini, yaitu Sesar Sorong, Sesar Buru, Sesar Tarera Aiduna, dan Seram Trough.

perlu dibaca : Dapatkah Satwa Memprediksi Terjadinya Gempa?

 

Rumah warga yang rusak akibat diguncang gempa bumi berkekuatan 6.8 SR, di Maluku. Foto: Warga/ Mongabay Indonesia

 

Pembangkit Gempa

Pembangkit gempa Kairatu, Haruku, Masohi, dan Ambon tentu berkaitan dengan aktifnya salah satu struktur sesar di wilayah tersebut.

Dia bilang, salah satu karya tulis ilmiah berjudul ‘Tectonic evolution of North Seram Basin, Indonesia, and its control over hydrocarbon accumulation conditions’ yang ditulis Zhugang dkk tahun 2016, kiranya dapat menjadi petunjuk sumber pembangkit gempa Kairatu-Ambon.

Dari beberapa struktur sesar yang disebutkan dalam paper tersebut, tampaknya ada satu struktur sesar yang diduga memiliki kaitan dengan aktivitas gempa utama pada Rabu (26/9/2019) lalu.

Struktur sesar yang dimaksud adalah ‘Kawa Strike-Slip Fault Belt’ atau Jalur Sesar Mendatar Kawa, karena episenter gempa utama terletak tepat di jalur sesar ini.

Struktur sesar ini, lanjut Andy, membentuk busur yang melengkung ke utara mengikuti pola busur Pulau Seram. Dari ujung barat Pulau Manipa, Pulau Seram, hingga Pulau Gorong di ujung timur, sehingga struktur sesar ini panjangnya diperkirakan sekitar 453 km.

Mekanisme sesar ini adalah sesar geser mengiri atau ‘sinistral strike-slip’, yang terbentuk karena adanya perubahaan dari gaya tekan ke gaya geser (strike-slip) akibat pergerakan dari sistem ‘Tarera Aiduna  Strike-Slip Fault Belt’ atau Jalur Sesar Tarera-Aiduna di sebelah timur yang menerus ke Papua.

baca juga : Pangan Hutan yang Selamatkan Warga Aik Berik di saat Gempa Lombok

 

Kunjungan Kepala BNPB, Doni Monardo terhadap korban gempa bumi di Ambon, Maluku. Foto: Nurdin Tubaka/ Mongabay Indonesia

 

Mekanisme sesar ini ternyata sesuai dengan mekanisme sumber gempa utama hasil analisis BMKG yang juga berupa sesar geser mengiri (sinistral strike-slip).

Jalur sesar mendatar ini berimpit dengan tepi selatan Pulau Seram. Di Seram barat, jalur sesar ini memotong pesisir Kecamatan Kairatu Selatan, di sinilah lokasi episenter gempa utama berada.

Secara regional Kawa Strike-Slip Fault Belt strukturnya cukup panjang, sehingga khusus di wilayah Kairatu sesar ini dapat disebut sebagai ‘Segmen Sesar Kairatu’.

 

Gempa Susulan

Rentetan aktivitas gempa tektonik yang mengguncang Kairatu, Haruku, Masohi dan Ambon yang saat ini masih terjadi, menurut Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG dalam rilisnya, murni merupakan gempa susulan yang merupakan produk bekerjanya gaya tektonik pasca terjadinya pergeseran atau deformasi dahsyat untuk kembali kepada posisinya semula atau mencari posisi baru yang stabil.

Hingga Minggu (29/9/2019), pukul 10.00, hasil monitoring BMKG terhadap Gempa Kairatu menunjukkan telah terjadi 641 kali aktivitas gempa susulan, 73 guncangan diantaranya dirasakan masyarakat.

Hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas gempa susulan menunjukkan frekuensi kejadian gempa yang semakin mengecil, tandanya aktivitasnya kian meluruh.

BMKG berharap, kondisi kegempaan di Kairatu, Masohi, Haruku, dan Ambon segera normal kembali dan aktivitas gempa susulan segera berakhir.

 

Gubernur Maluku, Murad Ismail saat mengunjungi salah satu balita korban gempa bumi, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haulussy Ambon. Foto: Humas Pemprov Maluku/ Mongabay Indonesia

 

Imbau

Gubernur Maluku, Murad Ismail saat meninjau kondisi korban yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Haulussy Ambon, mengimbau warga agar tidak panik apabila masih terjadi gempa susulan.

“Ketika terjadi goncangan gempa, masyarakat tidak langsung berlarian keluar rumah. Baiknya berlindung di bawah meja atau tempat tidur. Kalau gempa sudah tidak lagi terasa, baru segera keluar cari tempat terbuka. Kalau goncangannya kuat dan lama, baiknya mencari tempat yang lebih tinggi,” katanya.

Menurutnya, sejumlah korban yang kini dirawat di RSUD dr. Haulussy sebagian besarnya karena panik. “Ada anak yang korban, tangannya patah karena batu. Ibunya selamat, anaknya tidak selamat,” ujarnya.

Dia berharap sosialisasi mitigasi dan tanggap bencana harus gencar lagi dilakukan, terutama di sekolah-sekolah.

Gubernur juga meminta kepada masyarakat dan media untuk tidak tergesa-gesa menyebarkan berita yang belum tentu benar dan bisa dipertanggungjawabkan.

“Saya minta kepada media-media juga, itu berita-berita hoaks jangan sampai, seperti tadi ada kabar kalau jam tiga nanti ada gempa lebih besar lagi. Janganlah kita mendahului Tuhan. Tapi mari kita sama-sama berdoa, mudah-mudahan Tuhan kasih kita cobaan ini tidak berkelanjutan,” tandasnya.

 

Puluhan warga Pulau Seram mengungsi ke wilayah pengunungan akibat gempa bumi mengguncang perkampungan mereka. Foto: Nurdin Tubaka/ Mongabay Indonesia

 

Kepala BPBD Provinsi Maluku, Farida Salampessy yang turut mendampingi Gubernur menambahkan, lokasi terparah yang terkena dampak gempa adalah wilayah Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Ambon.

“Maluku Tengah, Kecamatan Salahutu yang paling banyak. Ada di desa Liang, Waai dan Tenga-Tenga. Di desa Liang paling banyak karena ada banyak rumah yang roboh dengan tanah,” ungkap Salampessy.

Ia mengungkapkan, masyarakat di Kecamatan Salahutu khususnya Liang, saat ini memilih mengungsi ke hutan. “Waktu maghrib tadi, saya dengan Kadis Kesehatan baru kembali, jadi semua masyarakat yang ada di sana itu sudah mengungsi ke kebun-kebun mereka di hutan,” sambungnya.

Diakuinya, BPBD Maluku telah mengimbau agar masyarakat tidak percaya berita hoaks, bahwa akan terjadi tsunami. Hanya saja, lanjut Salampessy, masyarakat memilih  mengungsi karena sebagian besar rumah mereka roboh.

Berdasarkan data sementara ada 106 rumah yang rusak di kecamatan Salahutu. “Itu hitungan sementara. Nanti ada data resmi dari Maluku Tengah, karena itu wilayah Maluku Tengah,” tandasnya.

 

Puluhan warga Pulau Seram mengungsi ke wilayah pengunungan akibat gempa bumi mengguncang perkampungan mereka. Foto: Nurdin Tubaka/ Mongabay Indonesia

 

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Meykal Pontoh, mengatakan pihaknya juga telah membangun rumah sakit lapangan di Tulehu dan posko kesehatan di tiga desa yang kena dampak gempa terparah di Kecamatan Salahutu.

“Sudah dibentuk Posko kesehatan dan besok akan didistribusikan kembali obat-obatan. Tapi posko sudah dibentuk di tiga daerah yang paling parah. Bahkan di Tulehu sudah dibangun rumah sakit lapangan,” pungkasnya.

Menurutnya, para pasien RSU Tulehu juga sementara diungsikan ke kampus Universitas Darussalam Ambon di Tulehu. Selain karena lokasi rumah sakit berada di tepi pantai, juga karena sebagian dinding rumah sakit sudah retak-retak.

“Karena bangunannya sudah tidak aman, dan rumah sakit juga di pantai, sementara para pasien kita bawa ke rumah sakit lapangan di Darussalam,” jelasnya.

Pantauan Mongabay Indonesia, ribuan orang di tiga kabupaten hingga kini masih mengungsikan ke gunung-gunung atau dataran tinggi lainnya karena khawatir terjadi gempa susulan dan akan ada tsunami.

 

Exit mobile version