Mongabay.co.id

Polda Sumut Simpulkan Kematian Aktivis Lingkungan Golfrid Siregar Kecelakaan Tunggal, Ini Kata Walhi

 

 

 

 

 

Polda Sumatera Utara, Jumat siang (11/10/19) selesai penyidikan kasus kematian aktivis lingkungan sekaligus bagian hukum Walhi Sumut, Golfrid Siregar. Hasilnya, polisi simpulkan, penyebab kematian kecelakaan tunggal di Underpass Titi Kuning, Jl Abdul Haris Nasution, Medan.

Irjen Pol Agus Andrianto, Kapolda Sumut, mengatakan, dari bukti dan saksi-saksi yang mereka periksa, disimpulkan penyebab kematian Golfrid karena kecelakaan tunggal. Polda Sumut, katanya, sudah jalankan penyelidikan secara profesional berdasarkan fakta dan pemeriksaan saksi lapangan.

Untuk barang-barang korban yang hilang, dugaan masuk kasus pencurian. Pelakunya, lima orang, tiga berhasil ditangkap—yang menolong dan mengantar korban ke rumah sakit– dan mereka mengaku mengamankan barang korban namun tak dikembalikan. Baru setelah pemeriksaan oleh polisi, ternyata, barang-barang itu ada pada mereka.

Baca juga: Kematian Aktivis Lingkungan Golfrid Siregar Masih Misteri

Sedangkan, perkara temuan korban di Underpass Titi Kuning Medan menyebabkan kematian, kata Agus, sudah gelar perkara olah tempat kejadian perkara (TKP), hingga uji laboratorium. Kesimpulannya, penyebab Golfrid terluka karena kecelakaan tunggal.

“Hasil uji lab terkait pemeriksaan lambung korban, dan sudah keluar hasilnya. Hasil olah TKP dari Satlantas juga sudah,” kata Agus.

Kombes Pol Andi Rian, Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum, Polda Sumut, mengatakan, untuk penyidikan kasus ini polisi sudah memeriksa sekitar 16 saksi. Saksi terbagi sebelum ditemukan korban terluka, dan saat dan setelah korban ditemukan dan ditangani.

“Kita merangkai kasus ini dari 2 Oktober pukul 17.00, korban permisi kepada istrinya untuk keluar rumah. Pukul 17.30-23.00, korban berada di warung dan di rumah pamannya, bernama Kenedy Silaban di Bajak I hingga tengah malam. Lalu, ditemukan tergeletak di Underpass Titi Kuning antara pukul 00.15-00.45 dini hari pada 3 Oktober. Kondisi hujan,” katanya.

Dari pemeriksaan delapan saksi termasuk istri, paman dan teman minum korban, saksi sebelum berangkat dari warung menaiki sepeda motor dengan helm tak dikenakan dengan benar.

Baca juga: Polda Bentuk Tim Usut Kematian Golfrid Siregar, Koalisi: Investigasi Independen dan Terbuka

Setelah olah TKP ditemukan helm lepas dari kepala dan berada tak jauh dari korban tak sadarkan diri, tak jauh dari sepeda motor.

Selain itu ditemukan bekas memar di lengan sebelah kiri. Untuk di lokasi setelah kejadian, polisi memeriksa delapan saksi.

 

Laptop Golfrid ditemukan Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Menurut dia, dari pemeriksaan terhadap perawat Rumah Sakit Mitra Sejati menyebutkan, ada bau alkohol di mulut korban. Untuk mengetahui itu, penyidik melakukan penelusuran, diketahui dari teman minum korban dua orang yang menyebutkan sebelum pergi korban minum bir.

Hasil uji laboratorium forensik juga ditemukan cairan lambung korban ada kadar alkohol. Walaupun sudah enam hari cairan baru diambil dari lambung, namun alkohol masih ada.

“Ini menunjukkan korhan cukup banyak minum alkohol, walau kita masih menunggu hasil laboratorium soal kadar alkohol. Hasil lab tidak ditemukan racun dan narkoba,” katanya.

Kasatlantas Polrestabes Medan, AKBP Juliani Prihatini, menjelaskan, fakta yang mereka temukan. Saat di Rumah Sakit Mitra Sejati, ditemukan mulut, kuping dan hidung mengeluarkan darah. Lebam pipi dan mata sebelah kanan. Ada goresan di jari kaki atas sebelah kanan atas lecet. Di siku sebelah kiri seperti lebam.

Petugas berkomunikasi dengan perawat bernama Adre tentang kondisi korban. Karena ruang Intensive Care Unit (ICU) penuh, korhan dirujuk RSUP H Adam Malik Medan dan dibawa ke ruang Instalasi Gawat Darirat (IGD).

Keesokan harinya, baru identifikasi, karena KTP di dompet hilang.

“Untuk mengetahui identitas korban, petugas Lantas Polsek Deli Tua mengecek plat sepeda motor dan diperiksa di Satlantas Polresta Medan. Diketahuilah alamat korban dan kita sampaikan ke keluarga kondisinya.”

Sejumlah saksi melihat korban tergeletak dengan posisi miring arah kanan. Pipi kanan di aspal mengeluarkan darah. Begitu juga sepeda motor berada sebelah kanan.

“Jadi satu becak mesin membawa korban ke rumah sakit. Kami melihat banyak luka di bagian kanan. Baik dari kepala hingga kaki, begitu juga sepeda motor mengalami rusak sisi kanan,” katanya.

Kalau melihat kendaraan jatuh di sebelah kanan dan posisi korban banyak luka sebelah kanan, diduga korban menabrak trotoar hingga jatuh. Posisi sepeda motor sebelah kiri tidak ada rusak serius.

Kombes Wahyu Marsudi, Kepala Laboratorium Forensik Cabang Medan, menyatakan, pada 9 Oktober 2019, hasil autopsi, berupa jaringan dalam dan lambung ditemukan positif alkohol. Dari pemeriksaan jaringan lambung tak ada narkoba dan cairan toksin lain.

“Kesimpulan di cairan lambung korban positif alkohol. Itu diperiksa setelah enam hari pasca kejadian,” katanya.

Menurut Wahyu, kalau dilihat hasil uji laboratorium enam hari setelah kejadian, terdeteksi alkohol, diduga korban minum alkohol dalam jumlah banyak. Alkohol, katanya, memilki sifat mudah menguap.

“Jika mengkonsumsi alkohol sedikit, dua hari sudah hilang, ini enam hari masih ditemukan kandungan alkohol di tubuh korban.”

 

Golfrid Siregar, aktivis Walhi Sumatera Utara, yang meninggal dunia karena terluka parah di kepala. Kekerasan yang menimpanya hingga meninggal dunia masih misteri. Foto: Walhi Sumut

 

 

Ada skenario?

Roy Lumban Gaol, Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Sumut, mengatakan, dari pengumpulan data Walhi Sumut, pernyataan itu tak benar. Mereka telah menemui keluarga menyatakan korban bukan peminum. Warung atau kedai tempat korban duduk menyatakan korban tak ada minum alkohol, hanya kopi dan teh botol.

Begitu juga ketika mereka menemui perawat RSUP H Adam Malik Medan, menyatakan, tak ada mencium bau alkohol. Kalau korban memang minum alkohol, harusnya dari Rumah Sakit Mitra Sejati ke RSUP H Adam Malik Medan, bau alkohol masih tercium.

Dia menduga, ini modus menghabisi Golfrid, agar terlihat seperti mabuk dan kecelakaan tunggal. “Agar seolah-olah penyebab kecelakaan lalu lintas, maka pelaku memasukkan alkohol ke mulut korban. Ini jadi skenario sangat rapi,” katanya.

Fhilya Himasari Sinulingga, Manager Program Walhi Sumut, soal luka berbeda dengan keterangan polisi. Dia bilang, luka-luka Golfrid, banyak di sebelah kiri.

Dari penjelasan dokter RSUP H. Adam Malik Medan kepadanya, tengkorak kepala depan sebelah kiri hingga belakang pecah. Dokter bedah yang menangani korban juga mengatakan, luka pecah tempurung kepala ini karena benturan, namun tak tahu benturan apa.

“Apakah karena benturan benda tumpul atau akibat lain, dokter tidak mengetahuinya.”

Dari yang dia lihat kala menemani Golfrid sampai hari ketiga Golfrid di RSUP H Adam Malik, luka-luka hampir 90% di sebelah kiri. Tim medis juga mengobati luka sebagian besar di sebelah kiri. Selain tempurung hancur, luka lain yang diobati tim medis kala menangani Golfrid, yaitu , belahan siku sebelah kiri bagian dalam luka gores, di dekat pelipis mata sebelah kiri seperti tergores.

Juga, tulang leher sebelah kiri luka goresan. Luka tulang dekat leher sebelah kiri, luka gores pelipis di titik tertentu di bibir, dagu di dekat mata kiri luka lecet. Di sebelah kanan yang luka hanya mata sebelah kanan, tampak lebam.

“Aku yang menemani korban dari awal dirawat sampai meninggal dunia,” kata Lia, panggilan akrabnya.

Walhi meragukan temuan polisi soal penyebab kematian Golfrid karena kecelakaan lalu lintas tunggal. Sebab, itu tal sebanding dengan kondisi goretan di sepeda motor korban.

Di laporan pengaduan (LP) mereka di Polsek Deli Tua, disebutkan, biaya kerugian kerusakan sepeda motor korban hanya Rp50.000 dan karena lakalantas.

Dia bersama tim lain sudah melihat kondisi sepeda motor korban, tak ada yang hancur, hanya kerusakan kecil.

Knalpot, katanya, hanya tergores sedikit, ada noda cat warna merah. Tangki minyak sedikit tergores, kaca spion kanan patah, dan lampu sen kecil patah

Dia berharap, polisi menyelidiki dengan penelusuran pra kejadian. Di warung atau kedai tempat korban duduk hanya minum kopi dan teh botol. Tiba-tiba, hasil autopsi ditemukan cairan alkohol di lambung. “Ini sangat aneh.”

Lia bilang, temuan yang disampaikan Polda Sumut dalam jumpa media, bisa ada pendalaman lagi, terutama sebelum kejadian.

Sebelumnya, pada 10 Oktober, Human Rights Watch juga mengeluarkan rilis soal kematian Golfrid. HRW menyatakan, kematian Golfrid mencurigakan dan menuntut penyelidikan cepat serta menyeluruh. Berbagai pihak akan mengawasi aparat berwenang guna memastikan investigasi kredibel. Apapun perbuatan kriminal terkait kematian Golfrid, terusut tuntas dan pelaku terima hukuman.

 

 

Irjen Pol Agus Andrianto, Kapolda Sumut menunjukkan sepeda motor Golfrid. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version