Mongabay.co.id

Komnas HAM Selidiki Kematian Golfrid Siregar

Polisi menunjukkan helm yang digunakan Golfrid Siregar. Foto: Ayat S karokaro/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

 

Komnas HAM menurunkan tim ke Medan, Sumatera Utara, untuk menginvestigasi kematian aktivis lingkungan, Golfrid Siregar.

Tim Komnas HAM tiba di Medan, Rabu (16/10/19). Setelah berdiskusi di Kantor Walhi Sumut, mereka menuju Underpass Titi Kuning, lokasi korban ditemukan.

Dana Prima Tarigan, Direktur Walhi Sumut mengatakan, kedatangan tim Komnas HAM karena laporan Walhi.

Baca juga: Kematian Aktivis Lingkungan Golfrid Siregar Masih Misteri

Komnas HAM ke lokasi temuan korban, juga meminta keterangan sejumlah warga yang melihat korban tak sadarkan diri.

“Kami berharap Komnas HAM bisa menguak kasus ini.” katanya.

Pada Kamis, tim Komnas HAM mengumpulkan data dan keterangan. Jumat (18/10/19), tim Komnas HAM ke Mapolda Sumut untuk mendengarkan temuan hasil penyidikan secara langsung.

 

Bentuk tim pencari fakta

Koordinator Masyarakat Sipil Anti Penyiksaan (Sikap), Quadi Azam mengatakan, hingga kini kematian Golfrid belum terungkap utuh. Tersangka kepolisian tak lebih orang-orang yang diduga mencuri barang-barang milik Golfrid.

“Pada prinsipnya kami mengapresiasi langkah kepolisian sigap merespon kasus ini.”

Meskipun begitu, dia mendorong pengungkapan kasus lebih transparan, sistematis, terukur dan melibatkan elemen masyarakat sipil. Caranya, kata Quadi, dengan membentuk Tim Pencari Fakta Independen. Tim seperti ini, katanya, lebih menjaga kredibilitas temuan fakta, sampai menghindarkan asumsi-asumsi negatif, seperti tak transparan, tak profesional dan tak sesuai prosedur penanganan penyidikan.

Baca juga: Polda Bentuk Tim Usut Kematian Golfrid Siregar, Koalisi: Investigasi Independen dan Terbuka

Konsorsium Pembaruan Agraria Sumut pun mendesak Kapolri membentuk tim pencari fakta. Hawari Hasibuan, Koordinator KPA Sumut mengatakan, guna memastikan proses penyidikan dan penyelidikan lebih independen dan transparan, mendesak, kapolri membentuk Tim Pencari Fakta (TPF), dengan melibatkan berbagai unsur, termasuk masyarakat sipil, baik nasional maupun lokal.

“Kita mau kasus ini dituntaskan, kita tidak Medan dicap sebagai daerah tak aman bagi pekerja sosial, pekerja lingkungan, pekerja media (pers) dan penggiat HAM,” katanya.

Sekretariat bersama Reforma Agraria Sumut menyatakan, kepolisian harus benar-benar komitmen penuntasan kasus Golfrid. Rianda Purba, Sekretaris Sekretariat bersama Reforma Agraria mendesak polisi transparan, akuntable dan imparsial.

Informasi yang disebar melalui pers release Polda Sumut juga terkesan rancu, tidak terbuka, menggampangkan masalah, dan terkesan ingin cepat tanpa melihat kasus secara keseluruhan.

Ada beberapa poin disampaikan Sekber Reforma Agaria Sumatera Utara, pertama, fakta polisi menunjukkan, tak ada satupun orang melihat peristiwa Golfrid. Bahkan, suara benturan keras karena kecelakaan tunggal juga tak terdengar warga sekitar underpass.

Kedua, Polri harus membuka semua CCTV dan mempublikasikan temuan guna mendorong transparansi, akuntabilitas dan imparsialitas di tubuh kepolisian.

Merujuk pada temuan Tempo soal ada CCTV, yang mengindikasikan korban keluar dari gang membonceng satu orang dan berbicara dengan dua orang berkendara motor bebek. Hal itu, katanya, menunjukkan kemungkinan korban tak langsung mengarah ke underpass.

Polri juga harus mengecek ulang TKP dan memastikan, ada TKP lain dimana korban sangat mungkin mengalami kekerasan sebelum ditemukan di underpass.

Ketiga, masyarakat sipil Sumut mendesak pengungkapan kasus dengan transparan, akuntable dan imparsial. Untuk memastikan tak terjadi konflik kepentingan kepolisian. Sekber Reforma Agraria Sumut mendesak, pembentukan TPF sesegera mungkin.

Rianda menyatakan, pengungkapan kasus Golfrid untuk mencegah kejadian berulang, dan memastikan ada jaminan keamanan bagi pejuang lingkungan dan HAM.

Kapolda Sumut, Irjen Pol Agus Andrianto menyatakan, dari bukti dan saksi-saksi, disimpulkan, penyebab kematian Golfrid kecelakaan tunggal.

Penyidikan jajaran Polda Sumut, katanya secara profesional berdasarkan fakta serta pemeriksaan saksi di lapangan.

Untuk kehilangan barang dugaan sementara inji masuk kasus pencurian oleh lima orang pelaku-tiga berhasil ditangkap,–yang menolong korban mengantar ke rumah sakit.

 

Golfrid Siregar, aktivis Walhi Sumatera Utara, yang meninggal dunia karena terluka parah di kepala. Kekerasan yang menimpanya hingga meninggal dunia masih misteri. Foto: Walhi Sumut

 

Keterangan foto utama:  Polisi menunjukkan helm yang digunakan Golfrid Siregar. Foto: Ayat S karokaro/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version