Mongabay.co.id

Foto Udara: Api Membara di Rawa Gambut Sumatera Selatan

 

 

Kabut asap terus melanda Palembang dan sejumlah wilayah di Sumatera Selatan [Sumsel] dalam dua pekan terakhir. Ini dikarenakan api dan bara di rawa gambut belum dapat dipadamkan, seperti di Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI] dan Ogan Ilir [OI]. Indeks Standard Pencemar Udara [ISPU] di Palembang mencapai 197 pada Kamis [24/10/2019] pukul 15.00 WIB.

Kebakaran rawa gambut tahun 2019, baik di Sumatera dan Kalimantan, seakan mementahkan berbagai upaya yang telah dilakukan Badan Restorasi Gambut [BRG], KLHK, organisasi non-pemerintah, maupun perusahaan, yang menghabiskan anggaran ratusan miliar Rupiah, selama empat tahun terakhir.

Berikut, sejumpah potret kebakaran rawa gambut di Kabupaten OKI dan OI yang diambil Nopri Ismi dari udara, saat mengikuti kegiatan kerja tim BPBD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah] Sumatera Selatan dan Tim INFIS, Kamis [24/10/2019]. Turunnya hujan, sangat diharapkan menghentikan kebakaran di rawa gambut tersebut.

Baca: Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara

 

Jembatan Ampera, Sungai Musi, dan permukiman warga diselimuti kabut asap pada Kamis [24/10/2019] siang. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Cengal

Kecamatan Cengal, Kabupaten OKI, merupakan kawasan rawa gambut yang sampai hari Kamis [24/10/2019], terus membara. Kecamatan yang luasnya sekitar 240.374 hektar ini, hampir setengahnya rawa gambut. Sebagian besar rawa gambutnya menjadi kawasan konsesi, untuk perkebunan sawit maupun HTI.

Rawa gambut di Cengal diperkirakan, dulunya hingga abad ke-12, merupakan bandar dari Kedatuan Sriwijaya. Sejak terbakar 2015, berbagai masyarakat dari Kabupaten OKI, Lampung dan Palembang, berbondong mencari benda sejarah peninggalan masyarakat Sriwijaya di rawa gambut ini.

Mereka umumnya memburu benda terbuat dari emas, batu mulia atau guci. Sementara artefak sejarah seperti perahu, tiang rumah, banyak dirusak karena dinilai tidak beharga.

Berdasarkan catatan Mongabay Indonesia, belum ada program restorasi gambut di Cengal, meskipun wilayahnya menjadi salah satu target restorasi gambut di Sumatera Selatan.

 

Asap mengepul dari rawa gambut mengering yang masih ada tanamannya. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Di lahan terbakar ini, para pemburu benda beharga terus menggali atau mendulang benda-benda seperti emas yang merupakan peninggalan masyarakat Sriwijaya. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Sebagian besar rawa gambut di Cengal dijadikan konsesi perkebunan sawit dan HTI. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Water bombing dilakukan setiap hari, tapi api terus menjalar di rawa gambut di Cengal yang kering selama kemarau. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Pedamaran

Pedamaran di Kabupaten OKI, terbagi dua. Kecamatan Pedamaran dengan luas sekitar 105.968 hektar dan Pedamaran Timur seluas 46.479 hektar. Sebagian besar lahan di dua kecamatan ini merupakan rawa gambut, yang banyak diperuntukan bagi perkebunan sawit seperti di kawasan Sepucuk yang pernah dikunjungi Presiden Jokowi saat kebakaran 2015 lalu.

Hanya sebagian kecil rawa gambut di Pedamaran dijadikan persawahan atau dibiarkan sebagai sentra purun [rerumputan], bahan baku anyaman purun. Jika Kecamatan Pedamaran didominasi penduduk melayu, maka di Pedamaran Timur dihuni transmigran.

Banyak upaya terkait restorasi gambut di Pedamaran. Mulai dari bantuan pekerjaan teknis seperti sekat kanal, sumur bor, serta program ekonomi kepada masyarakat, seperti pemberdayaan petani sawit dengan menanam tanaman sela berupa nanas. Perajin purun pun mendapat bantuan alat produksi, seperti mesin jahit, gudang, dan perahu, serta kegiatan restorasi berupa demplot tanaman khas gambut.

Di kawasan Sepucuk juga melintas jalan tol yang menghubungkan Kayuagung dengan Lampung. Merupakan bagian dari tol Sumatera.

 

Kawasan hutan di Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI, sejak Rabu terbakar hebat. Upaya pemadaman dengan water bombing dan juga jalur darat dilakukan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Lokasi kebakaran rawa gambut di Pedamaran tidak jauh dari permukiman penduduk. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Asap dari wilayah Pedamaran ini dirasakan hingga Kayuagung, Ibu Kota Kabupaten Ogan Komering Ilir. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Berbagai upaya restorasi gambut dijalankan di Pedamaran. Mulai pembuatan sekat kanal, sumur bor, dan bantuan ekonomi ke masyarakat. Tapi api tetap membara di rawa gambut. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Ogan Ilir

Kabupaten Ogan Ilir [OI] merupakan kabupaten di Sumatera Selatan yang hampir setiap musim kemarau mengalami kebakaran. Kabupaten yang luasnya sekitar 238.248 hektar ini, sebagian besar berupa rawa gambut. Meski rawa gambut sering terbakar, tapi Kabupaten OI bukan target restorasi gambut di Sumatera Selatan yang dicanangka BRG. Target restorasi gambut adalah Kabupaten OKI, Banyuasin, Musi Banyuasin, Muaraenim, dan Musirawas.

Sebab, sebagian besar rawa gambut di kabupaten ini dimiliki perorangan. Baik dijadikan perkebunan sawit maupun lahan kosong yang terlantar atau dimanfaatkan masyarakat sebagai pesawahan serta perkebunan palawija. Wilayah yang sering terbakar di OI adalah Inderalaya dan Pemulutan.

Herman Deru, Gubernur Sumsel, pada Juni 2019, lalu menarik perhatian publik terkait pernyataannya terhadap kebakaran di Inderalaya. Menurut dia, dikutip dari Kordanews, kebakaran terjadi bukan hanya disebabkan kelalaian atau kesengajaan, tapi bisa saja dikarenakan pantulan cahaya matahari di kaca mobil atau gesekan ranting yang menimbulkan api.

 

Kabut asap dari lahan terbakar di Kabupaten Ogan Ilir terasa hingga Palembang, khususnya di Palembang wilayah barat. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Setiap tahun selalu terjadi kebakaran di rawa gambut di Kabupaten Ogan Ilir. Kabupaten ini selalu yang pertama menghasilkan kabut asap di Sumatera Selatan setiap musim kemarau. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Rawa gambut yang setiap tahun terbakar di Kabupaten Ogan Ilir tidak dapat direstorasi BRG karena dimiliki perorangan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

*Nopri IsmiMahasiswa Fakultas Dakwah UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, mengikuti pelatihan jurnalistik Mongabay Indonesia di Palembang pada 2017 dan 2018

 

 

Exit mobile version