Mongabay.co.id

Sekolah Adiwiyata di Baturraden, Apa Gebrakannya?

 

Tidak seperti biasanya, para siswa yang berjumlah lebih dari 730 murid di SMP Negeri 2 Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) tidak masuk kelas. Mereka berjajar duduk di teras kelas sekolah setempat. Para siswa memegang satu wayang yang berbentuk boneka. Mereka membawanya ke sekolah setelah sepekan sebelumnya dibuat di rumah.

Uniknya, wayang berbentuk boneka tersebut seluruhnya berbahan baku limbah. Ada tempurung kelapa, botol plastik bekas minuman, kain perca, dan lainnya. Sekolah memang sengaja mengajak para siswa untuk memanfaatkan limbah, sebagai bukti sebagai sekolah adiwiyata.

Sekolah adiwiyata adalah sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih, serta lingkungan yang indah. Dengan program adiwiyata diharapkan seluruh masyarakat di sekitar sekolah juga ikut menyadari pentingnya lingkungan yang hijau, karena akan menyehatkan.

Shahra, siswa kelas VIII, misalnya mengaku menyelesaikan pembuatan wayang “cumplung” atau tempurung kelapa, itu sekitar seminggu. “Bahan-bahannya ada di sekitar rumah. Misalnya, untuk “cumplung” biasanya ada di kebun. Tempurung kelapa yang disebut “cumplung” itu adalah kelapa yang telah dilubangi tupai. Selain itu, bahan lainnya adalah botol plastik bekas air mineral 600 ml. Saya juga memanfaatkan kain perca atau bekas baju. Sekitar seminggu, saya membuat kerajinan ini. Keterampilan ini dikerjakan di rumah, di sekolah tinggal merampungkan saja,” jelas Shahra.

baca : Tak Hanya Bank Sampah, Sekolah Ini Didik Siswa-siswinya Buat Produk Dari Limbah

 

Para siswa SMP N 2 Baturraden, Banyumas, membuat wayang berbentuk boneka dari bahan baku limbah, salah satunya botol plastik bekas minuman. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Siswa lainnya, Misdiarti, mengatakan kalau dirinya jadi belajar untuk memanfaatkan limbah yang ada. “Ini kan menjadi pembelajaran bagi para siswa agar mampu memanfaatkan barang-barang bekas atau limbah untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Awalnya agak susah, tetapi memang harus sabar. Akhirnya bisa juga,”ujarnya.

Meski sama-sama membuat wayang yang berbentuk boneka, tetapi masing-masing siswa memiliki kreasi tersendiri. Ada yang terinspirasi film bioskop maupun televisi. Ada juga yang membuat personalisasi para tokoh. Macam-macam bentuknya, sesuai dengan kreativitas para siswanya. Begitu selesai merampungkan, para siswa berkumpul. Mereka kemudian menyaksikan pentas wayang dengan dalang siswa sekolah setempat.

Kepala SMP Negeri 2 Baturraden Tri Agus Haryanto mengatakan pihaknya sengaja mengajak para siswa untuk memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna. Momentumnya adalah pada saat hari ulang tahun (HUT) sekolah yang ke-25.

“Kami mengajak siswa untuk memanfaatkan tempurung kelapa, botol bekas minuman, dan kain perca untuk dibentuk menjadi wayang. Selain itu ada gelaran wayang ‘cumplung’ awak limbah plastik. Artinya wayang dari tempurung kelapa dengan badan limbah plastik. Pemanfaatan ini untuk mengajak para siswa peduli terhadap lingkungan. Kami mengajak siswa untuk terus mengurangi limbah yang berdampak pada lingkungan, terutama limbah plastik,” jelasnya.

Pembuatan wayang dari limbah itu diikuti oleh 731 siswa, baik kelas VII, VIII maupun IX. Kalau masing-masing siswa membuat satu buah wayang, maka akan ada 731 wayang. Nantinya, wayang berbentuk boneka dari limbah itu akan digunakan sebagai percontohan dan bakal disumbangkan untuk sekolah-sekolah lainnya. Sebab, sekolah setempat adalah sekolah adiwiyata yang mendorong dan mendampingi sekolah agar memiliki status adiwiyata.

baca juga : Belajar Mengelola Sampah menjadi Berkah di SMP Wisata Sanur

 

Siswa SMP N 2 Baturraden, Banyumas menunjukkan hasil kreativitasnya yakni wayang cumplung bebahan baku limbah. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Wakil Kepala SMP Negeri 2 Baturraden Djony Teguh Suprijana mengatakan dengan status sekolah adiwiyata, maka pihaknya terus berusaha untuk peduli terhadap lingkungan, salah satunya adalah memanfaatkan limbah.

“Wayang ‘cumplung’ menjadi salah satu kreasi dari para siswa dalam memanfaatkan limbah. Produk lain dari limbah yang telah dihasilkan adalah ecobricks yang berada di depan sekolah. Kami memanfaatkannya sebagai hiasan taman di halaman depan sekolah. Ada juga kursi dari ecobricks dan hiasan-hiasan lain dengan bahan baku limbah,” ujarnya.

Kepedulian SMP Negeri 2 Baturraden terhadap lingkungan telah diinisiasi sejak lama. Bahkan kemudian pada 2012 silam, sekolah setempat sebagai berstatus adiwiyata tingkat kabupaten. Kemudian tahun berikutnya menjadi sekolah adiwiyata tingkat provinsi.

“Sekitar tahun 2015 lalu, SMP Negeri 2 Baturraden masuk predikat sebagai adiwiyata nasional. Seharusnya sekolah kami menjadi adiwiyata mandiri, namun masih terkendala administratif,”jelasnya.

Saat sekarang, kata Djony, sebagai sekolah adiwiyata, pihaknya juga harus mendorong dan mendampingi sekolah-sekolah lainnya untuk dapat meraih predikat adiwiyata. “Saat sekarang kami membina 12 sekolah, di antaranya adalah SMP Negeri 1 Baturraden, SMP Negeri 2 Sumbang, SMP Negeri 4 Banyumas, dan SMP Negeri 2 Kalibagor. Sekolah lain yang menjadi dampingan adalah sekolah dasar (SD) di Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur dan lainnya. Jadi, tugas kami adalah mendampingi agar memperoleh predikat sekolah adiwiyata,” kata Djony yang juga sebagai Ketua Adiwiyata SMP Negeri 2 Baturraden tersebut.

menarik dibaca : Hebat, Sekolah Ini Menerapkan Nol Plastik

 

SMP Negeri 2 Baturraden memanfaatkan limbah untuk menghiasi taman di depan sekolah. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Menurutnya, sebagai sekolah adiwiyata, pihaknya terus mempertahankan kultur siswa untuk peduli terhadap lingkungan. “Dari hal yang paling sederhana yakni tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan di lingkungan sekolah seperti toilet dan sanitasinya. Sehingga sekolah benar-benar menjadi tempat yang nyaman dan sehat bagi para siswa. Tak hanya itu, siswa diajak untuk mengolah limbah. Sekolah juga memiliki kebun bibit. Biasanya, para tamu yang ke sekolah akan diberi oleh-oleh bibit tanaman. Macam-macam jenisnya,”jelasnya.

Djony menambahkan kalau lingkungan SMP Negeri 2 Baturraden sengaja dipertahankan keasriannya. Di sela-sela pepohonan yang rindang dan tanaman bunga yang indah, ada hiasan-hiasan dengan bahan baku limbah. Prinsipnya adalah bagaimana terus mengedukasi dan menguatkan komitmen lingkungan. Karena itulah yang menjadi cerminan sekolah adiwiyata.

 

Exit mobile version