Mongabay.co.id

Surga Burung Itu Ada di Taman Nasional Matalawa [4]

 

Mungkin Tim Laman harus mulai berpikir lagi untuk membuat film dokumenter ‘Bird of Paradise’ bagian 2, jika dia melihat apa yang ada di dalam Taman Nasional (TN) Matalawa, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bird of Paradise merupakan film documenter yang dibuatnya untuk National Geographic selama kurang lebih 8 tahun di Papua, dan dinobatkan sebagai salah satu ‘kitab sucinya’ para filmmaker alam liar, terutama yang mengkhususkan diri pada burung.

Selama kurun waktu tersebut, Tim Laman dan kru mengabadikan kehidupan sekitar 39 spesies burung secara detil. Memang di TN Matalawa tidak terdapat burung Cendrawasih yang biasa disebut sebagai burung surga. Tetapi keragaman jenis burung di TN Matalawa juga merupakan surga tersendiri bagi para fotografer dan filmmaker alam liar, utamanya burung.

baca : Ekspedisi Himakova : Melihat Eksotisnya Burung Wallaceae di TN Matalawa [1]

 

Burung betet di Pos Mahaniwa, dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Burung Nuri Bayan (Eclectus roratus) di mahaniwa dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

TN Matalawa mempunyai 159 jenis burung yang mempunyai kemiripan dengan yang ada di Pulau Flores. Ini karena faktor kedekatan lokasi antara Pulau Sumba dan Pulau Flores. Banyak para peneliti yang datang ke Pulau Sumba untuk meneliti jenis-jenis burungnya. Dimulai dari masa seabad sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu pada pertengahan abad 18.

Sejarah mencatat penamaan burung Cacatua sulphurea citrinoristata oleh Fraser pada tahun 1844 dan Larius roratus cornelia (nuri bayan) oleh Bonaparte pada tahun 1853. Riedel pada tahun 1880, sebagai orang pertama yang melakukan koleksi spesimen burung sampai pada John MacKinnon yang buku burung karangannya, juga menjadi acuan yang ingin mencari tahu tentang burung di Asia.

baca juga : Ekspedisi Himakova : Melihat Edelweiss, Salah Satu Kekayaan Alam di TN Matalawa [2]

 

Burung kakatua jambul orange dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Balai TN Matalawa/Mongabay Indonesia

 

Burung kepodang sumba dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Burung madu sumba di TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

John adalah orang yang memulai lagi survey burung di Sumba pada tahun 1979, setelah 3 dasawarsa sebelumnya, E.R Sutter melakukan ekspedisi ke Sumba pada tahun 1949. Survey oleh John ini, menghasilkan daftar jenis yang sudah terdokumentasikan sistematik.

Publikasinya ini sangat terkait dengan jenis-jenis endemik Sumba dan cukup signifikan dalam menaikan jumlah kunjungan para birdwatcher asing ke Sumba. (Burung-Burung di Taman Nasional Matalawa, Balai TN Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti, 2018). Saat ini Matalawa masih di datangi peneliti, baik dalam dan luar negeri karena potensinya itu.

perlu dibaca : Matalawa, Taman Nasional di Tanah Marapu Sumba [3]

 

Burung branjangan (Mirafra javanica) dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Burung kacamata limau (Zosterops citrinellus) atau ashy-bellied white eye dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Burung sri gunting dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Pihak Balai TN Matalawa pun sangat menyadari hal ini, dan berusaha memaksimalkannya dengan berkolaborasi dengan masyarakat setempat. “Untuk pengembangan Balai, kita mempunyai Pilot Project untuk pengembangan desa wisata Bird Watching di kawasan Taman Nasional, tepatnya di site Bila, Desa Prekomba, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur,” kata Hastoto Alifianto, Kasubag TU Balai TN Matalawa kepada Mongabay, Jumat(6/9/2019)

Pada Site Bila, sudah disiapkan menara pengamatan setinggi 15 meter bagi para wisatawan yang datang, agar merasa nyaman. “Di tempat ini, dikondisikan agar akomodasi, makanan, porter dan guide-nya adalah orang lokal. Sehingga ini bisa memberikan dampak yang positif bagi penduduk setempat,” katanya.

“Dan saat ini sudah mulai banyak wisatawan asing yang datang untuk menyaksikan potensi burung di site Bila ini. Dan dari 12 jenis burung endemik burung di Sumba, 11 diantaranya dapat dilihat di site ini, di samping burung-burung yang lainnya,” lanjut Hastoto.

Sudah dua kali diadakan lomba foto burung dan bird watching di TN Matalawa, dan selalu saja ramai pesertanya.

 

 

Pos pemantauan burung di site Bila, Desa Prekomba, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Pos pemantauan burung di site Bila, Desa Prekomba, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Mongabay dalam peliputannya ke hutan TN Matalawa selama kurang lebih 5 hari, telah menyaksikan sendiri betapa beragamnya burung-burung yang ada di kawasan ini, antara lain kacamata, Nuri Bayan, Betet, Madu Sumba, Kepodang Sumba, Branjangan, Srigunting, Kirik Kirik Australia, Cekakak Sungai, Julang Sumba, Ayam Hutan, Perkici, dan masih banyak yang lainnya.

Dengan potensi seperti ini, TN Matalawa layak untuk berkembang lebih hebat lagi. Tentu saja dengan dibarengi pengawasan dan manajemen yang baik dari pihak-pihak terkait. Karena pihak Balai TN Matalawa saja dengan segala keterbatasan dan kelebihannya tidak akan pernah bisa mengawasi kawasannya seluas 92.000 hektare. Dan yang lebih penting lagi adalah dasar hukum yang kuat bagi para petugas di lapangan untuk menindak tegas para pelanggar hutan, sehingga tidak ada lagi keragu-raguan dalam bertugas.

Jika itu bisa dilakukan secara konstan dan berkelanjutan, niscaya taman nasional ini bisa menjadi salah satu yang terbaik, tidak hanya di Indonesia tetapi di dunia.

 

Seekor burung elang dan kerbau dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Burung kirik kirik Australia dalam kawasan TN Matalawa, Sumba Timur, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version