Mongabay.co.id

Penyu Mati di Bengkulu Bertambah. Penyebabnya, Selain Sampah Plastik Ada Dugaan Akibat Limbah

 

 

Jumlah penyu mati di pantai Bengkulu bertambah. Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Bengkulu menunjukkan ada empat bangkai penyu ditemukan.

“Hari Senin [18/11/2019], warga Kelurahan Teluk Sepang kembali menyerahkan satu bangkai penyu. Total empat bangkai yang kami terima dalam dua pekan terakhir ini,” kata Kepala BKSDA Bengkulu, Donal Hutasoit kepada Mongabay Indonesia, Selasa [19/11/2019].

Donal khawatir atas kejadian tersebut. Alasannya, selama ini tak pernah ada kematian penyu beruntun. “Bangkai ditemukan di Teluk Sepang dua ekor, di Tapak Paderi satu ekor, dan di Pantai Panjang satu ekor. Belum lagi mungkin ada penyu mati yang tak terdata,” jelasnya.

Baca: Kurang Dua Pekan, Tiga Penyu Ditemukan Mati di Bengkulu

 

Bangkai penyu yang kembali ditemukan mati di Pantai Teluk Sepang, Senin [18/11/2019]. Foto: Ari Anggoro/Mongabay Indonesia

 

Dugaan Donal, terkait masih ada penyu belum terdata dibenarkan nelayan penjaring pinggir di Teluk Sepang, Adrianto. Dari pengakuannya, dia dan teman-temannya sudah menemukan lima bangkai penyu di Pantai Teluk Sepang.

“Selama dua minggu ini, saya sudah melihat lima bangkai penyu di sekitar pembuangan limbah air bahang PLTU,” kata dia, Selasa.

Namun, menurutnya, yang mereka laporkan ke BKSDA cuma dua bangkai. “Awalnya kami tidak tahu pentingnya melaporkan, namun setelah heboh BKSDA menemukan bangkai penyu di Pantai Panjang pada Rabu [6/11/2019], baru kami tahu pentingnya melaporkan penyu tersebut,” kata dia.

Rentetan penyu mati ini menjadi buah bibir masyarakat Kelurahan Teluk Sepang, pegiat lingkungan, dan mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Langit Biru. Koalisi ini berasal dari masyarakat sipil yang menolak pembangunan PLTU Teluk Sepang.

“Setelah mendapat laporan nelayan, kami kembali melaporkan dan mengantarkan bangkai penyu ke BKSDA Bengkulu,” kata pegiat lingkungan, Suarli Sama.

 

Bangkai penyu ini dibedah untuk diketahui sebab kematiannya. Foto: Ari Anggoro/Mongabay Indonesia

 

Hasil bedah

BKSDA Bengkulu bekerja sama dengan Universitas Bengkulu [UNIB] pun melakukan nekropsi [pembedahan] pada dua dari empat bangkai penyu itu. Pembedahan pertama pada penyu sisik yang mati di Pantai Panjang pada Rabu [6/11/2019].

Hasilnya menunjukkan, tidak ditemukan luka pada kerapas dan bagian lainnya. Tapi di lambungnya, tidak hanya ditemukan bekas makanan berupa kepiting, cangkang kerang, alga, ada juga berbagai plastik ukuran besar dan kecil. Sementara dalam usus ada jaring-jaring karung dan busa puntung rokok.

Hasil nekropsi kedua yaitu penyu sisik yang mati di Pantai Teluk Sepang, Ahad [10/11/2019, menunjukkan penyu betina ini berumur 20 tahun. Dilihat dari fisik, panjangnya 78 cm dan lebar kerapas 59 cm, dorsal [pungung] sampai bawah berwarna putih. Sisiknya sudah mengelupas karena membusuk.

Dari bedah menunjukkan, di lambung tidak ada indikasi makanan yang tidak alamiah. Namun di usus, ada rubber [karet] ukuran 2×1,5 cm, dan 1,5×1 cm, serta seng 1,5×1 cm.

“Ini belum memuaskan. Kita memang menemukan sampah di perut penyu, tapi masih ada penyebab lain yang mencurigakan, misal unsur kimia dari limbah yang harus dibuktikan di laboratorium. Perlu pemeriksaan khusus dari LIPI atau perguruan tinggi. Bisa juga tim kedokteran hewan untuk lebih memastikan,” kata Donal.

 

Sampah plastik ditemukan dalam tubuh penyu yang mati itu. Foto: Ari Anggoro/Mongabay Indonesia

 

Ancaman sampah

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, LB3 dan Pencemaran Lingkungan DLHK Provinsi Bengkulu, Zainubi, tak menampik penyu mati tersebut disebabkan makan sampah, atau bahkan karena dugaan limbah.

“Sampah plastik memang banyak di laut lepas sekitar Kota Bengkulu, namun jumlahnya belum kita identifikasi,” kata Zainubi kepada Mongabay Indonesia.

Sampah tersebut, menurutnya, berasal dari kapal-kapal yang melintasi Samudra Hindia. Selain itu, dari pemantauan Tim BKSDA Bengkulu menunjukkan sampah berasal dari arus sungai kecil dan selokan Kota Bengkulu.

“Anak sungai dan selokan yang mengalir ke laut membawa banyak sampah,” tegasnya.

Data Dinas Lingkungan Hidup [DLH] Kota Bengkulu, menunjukkan saat ini Kota Bengkulu memproduksi sampah sekitar 312 ton per hari. “Sumbernya dari rumah tanggah, pasar tradisional, pusat perbelanjaan hingga sampah tebangan,” kata Kepala Dinas DLH Syarnubi kepada Mongabay Indonesia.

Syarnubi meminta masyarakat Bengkulu untuk tidak buang sampah ke selokan, apalagi sungai. “Mulailah mengelolah dari rumah sendiri,” katanya.

Dia juga menghimbau masyarakat meletakkan sampah di depan rumah dari pukul 21.00 WIB hingga 06.00 WIB. Tujuannya, agar petugas kebersihan bisa mengangkut setiap hari.

 

Potongan karet dan seng juga ditemukan dalam tubuh penyu yang mati di Pantai Teluk Sepang. Foto: Ari Anggoro/Mongabay Indonesia

 

Ramai mati di Teluk Sepang

Lokasi penemuan lima bangkai penyu versi warga [namun terdata dua ekor oleh BKSDA] di Pantai Teluk Sepang menjadi sorotan semua pihak. PLTU Teluk Sepang memang sedang aktif melakukan uju coba turbin.

Dari pantauan Mongabay Indonesia di Kelurahan Teluk Sepang, aktivitas pembuangan limbah air bahang ke laut aktif dalam sepekan ini. Dari kolam limbah, tampak air berbusa tebal muncul dengan bau menyengat.

Melansir Warta Ekonomi edisi 18 November 2019, PT. Tenaga Listrik Bengkulu [TLB] mengklaim berhasil melaksanakan fisrt firing [penyalaan turbin pertama kali].

PLTU ini menggunakan bahan bakar batubara dengan kapasitas 2×100 MW, mulai dibangun 2016, merupakan bagian dari program pemerintah dalam pembangunan listrik 35.000 MW. Rencananya, beroperasi penuh pada kuartal I 2020.

Komisaris Utama PT. TLB, Willianto Febrianto mengatakan, pembangunan ini penting sebagai sistem tenaga listrik Sumatera. “Untuk memenuhi pertumbuhan permintaan tenaga listrik,” kata dia kepada Warta Ekonomi.

Willianto menambahkan, PLTU ini berpotensi mengundang banyak investor ke Bengkulu. Total investasi sekitar USS360 juta yang didukung pendanaan dari perbankan serta modal TLB sendiri.

TLB merupakan joint venture antara PT. Inta Daya Perkasa [dimiliki PT. Intraco Penta Tbk/INTA] dengan Bengkulu Power Hongkong Ltd, anak perusahaan Power China Resources Ltd.

 

 

Exit mobile version