Mongabay.co.id

Lut Tawar, Danau Indah yang Didera Masalah

Bukan hanya menawarkan keindahan, di sekeliling Lut Tawar juga ada goa yang patut dikunjungi. Foto: Junaidi Hanafiah

 

 

Lut Tawar merupakan danau tektono-vulkanik yang terbentuk bersamaan Sesar Semanko.

Danau yang terletak di dataran tinggi Aceh, 1.500 meter di atas permukaan laut ini berada di bibir Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Luasnya mencapai 5.472 hektar dengan panjang 17 kilometer dan lebar 3,219 kilometer.

Di danau ini ada 37 jenis ikan, 49 jenis serangga, dan satwa kecil lain. Selain itu, ada 20 spesies mamalia yang hidup di sekitar danau yang airnya mengalir ke Selat Malaka.

Namun, kondisi Danau Lut Tawar saat ini menghadapi sejumlah masalah. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memasukkan danau ini dalam prioritas kedua penyelamatan nasional.

Ancaman terbesar adalah menyusutnya air, akibat sungai-sungai yang mengering. Pada 1969, terdapat 40 sungai yang berhulu ke Lut Tawar, namun tahun 2000 jumlahnya berkurang menjadi 25 sungai. Pada 2013, hanya menyisakan 17 sungai.

Baca: Mongabay Travel: Lut Tawar, Danau Sejuk di Dataran Tinggi Aceh Tengah

 

Bukan hanya menawarkan keindahan, di sekeliling Lut Tawar juga ada goa yang patut dikunjungi. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Aman Jamal, masyarakat Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, mengatakan, perlahan keindahan Lut Tawar redup akibat masalah yang belum teratasi.

“Pencemaran akibat limbah rumah tangga dan penginapan, penimbunan tanah, sampah plastik, dan perambahan kayu di sekitar danau adalah banyaknya masalah yang ada,” terangnya, akhir November 2019.

 

Nelayan lokal sangat bergantung pada kelestarian Danau Lut Tawar. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Menurut Aman, limbah dari rumah masyarakat seperti air sabun dan lainnya mengalir ke saluran dan berujung ke danau. Hal yang sama juga terjadi pada beberapa penginapan dan perkantoran. Belum lagi eceng gondok yang mulai menutupi permukaan danau.

“Keramba ikan air tawar juga banyak dibuat, bukan hanya mengganggu pemandangan tapi juga pakan yang digunakan dikhawatirkan mengancam makhluk hidup alami yang ada,” jelasnya.

 

Di danau ini terdapat 37 jenis ikan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Khalisuddin, Sekjen Forum Penyelamat Danau Lut Tawar mengatakan, akibat perambahan hutan yang terjadi di sekitar danau menyebabkan air yang ada berkurang.

“Bahkan dari tahun 2000 sampai 2009 terjadi penyusutan hingga dua meter. Jika dibiarkan, dikhawatirkan danau akan kering,” terangnya.

Khalisuddin mengakui, berbagai ancaman yang ada bukan hanya membuat kehidupan nelayan susah karena berkurangnya ikan, khususnya depik [Rasbora tawarensis]. Tapi juga berdampak pada masyarakat yang tinggal di sekitar danau hingga di Kabupaten Bireuen, Aceh Utara, dan Kota Lhokseumawe.

“Ini disebabkan, beberapa sungai berhulu di Danau Lut Tawar, seperti DAS Peusangan,” paparnya.

 

Lut Tawar, danau kebanggaan masyarakat Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Penelitian

Penelitian yang dilakukan Muchlisin Z.A, Siti Azizah, Edi Rudi dan Nur Fadli dari Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2009 tentang “Danau Lut Tawar dan Permasalahannya” menunjukkan, terkait perikanan, masalah yang paling besar terjadi di Danau Lut Tawar adalah jumlah produksi ikan yang terus berkurang.

“Produksi ikan menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan data statistik, produksi ikan mencapai 455 ton hingga 1988, lalu hanya 74.5 ton di 2008,” terang Muchlisin.

Dari berbagai faktor penyebab, turunnya permukaan air danau, kehadiran spesies asing, aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan pencemaran merupakan beragam masalah yang ada di Lut Tawar saat ini.

“Turunnya pemukaan air telah terjadi cukup lama yang disebabkan perambahan hutan di sekitar atau di hutan lain yang airnya bermuara ke Lut Tawar,” ujarnya.

 

Perambahan yang terjadi di sekitar Danau Lut Tawar. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Kehadiran spesies asing khususnya ikan predator juga menjadi masalah yang asalnya dari introduksi, sengaja maupun tidak.

“Data yang kami temukan, ada tujuh spesies ikan asing di danau yaitu, lele dumbo [Clarias gariepinus], ikan mas [Cyprinus carpio], mujair [Oreochromis mossambicus], nila [O. niloticus], plati pedang atau buntok [Xiphophorus helleri], dan bawal [Ctenopharyngodon idella]. Bahkan, pada 28 Oktober 2009, pemerintah setempat telah melakukan introduksi bandeng [Chanos chanos],” ungkap Muchlisin.

 

Pada 1969, terdapat 40 sungai yang berhulu ke Lut Tawar, namun pada 2013 hanya menyisakan 17 sungai. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar mengaku pihaknya kewalahan melakukan penyelamatan Danau Lut Tawar. Mulai dari debit air yang berkurang karena perambahan hutan, lalu pencemaran, pendangkalan, hingga sampah yang berada di dasar danau.

“Kabupaten tidak punya kemampuan, baik SDM maupun keuangan, untuk melestarikan Danau Lut Tawar. Kami butuh dukungan dari Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Pusat,” tegasnya.

 

 

Exit mobile version