Mongabay.co.id

Kematian Aktvis Lingkungan Golfrid Siregar Masih Sisakan Tanya

Golfrid Siregar, aktivis Walhi Sumatera Utara, yang meninggal dunia karena terluka parah di kepala. Kekerasan yang menimpanya hingga meninggal dunia masih misteri. Foto: Walhi Sumut

 

 

 

 

Resmi Barimbing, murung. Wajah tampak sayu. Sesekali dia memperbaiki letak rambut anaknya yang terus menangis bertanya kapan sang ayah pulang. Tangis pecah, hampir tak dengar Resmi berucap menghibur sang anak kalau ayahnya sudah bahagia di surga.

Resmi Barimbing adalah istri Golfrid Siregar, aktivis lingkungan hidup dan HAM, yang tewas mengenaskan setelah tergeletak luka di Under Pass Titi Kuning, Medan, Sumatera Utara, awal Oktober lalu. Tubuh Golfrid ditemukan tak sadarkan diri, selang tiga hari pria yang pernah aktif di Walhi Sumut ini menghembuskan napas terakhir di RSUP H Adam Malik, Medan.

Baca juga: Kematian Aktivis Lingkungan Golfrid Siregar Masih Misteri

Kematian Golfrid menyisakan beribu tanya. Banyak keraguan dia tewas karena kecelakaan tunggal seperti hasil autopsi kepolisian Polda Sumut.

“Sore itu, abang pamit dari rumah untuk bertemu dengan teman-temannya. Tak ada firasat dia akan tewas dengan kondisi batok kepala pecah,” katanya. Mata Resmi berkaca-kaca.

Golfrid, sosok suami penyayang. Setiap pagi atau sore, dia selalu membonceng sang istri untuk belanja ke pasar tradisional dengan bersepeda motor.

“Aku tidak percaya Golfrid tewas karena lakalantas tunggal. Aku akan terus mencari keadilan untuk mengungkap penyebab kematian yang sangat janggal,” katanya.

Dia mengenang semasa hidup Golfrid selalu menjaga komunikasi yang baik saat berada di luar rumah. Ketika petang datang, sang suami selalu menghubungi kalau telat pulang. Atau ketika dia akan menuju ke kediaman mereka.

“Hal paling indah saat petang datang dia kembali pulang dan bercengkrama dengan keluarga.”

Ibu Golfrid Siregar menceritakan kondisi anaknya saat dirumah sakit dengan kondisi kepala penuh luka. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

 

***

Polisi sudah selesai menyelidiki penyebab Golfrid tewas. Hasilnya? Korban tewas karena kecelakaan lalu lintas tunggal. Hasil pemeriksaan forensik dan uji laboratorium menyebutkan ada ada cairan alkohol di lambungnya.

Sejumlah pihak coba menelusuri dan tak langsung mempercayai hasil penyidikan kepolisian.

Saya mencoba mengumpulkan data dan keterangan, lalu mencocokkan dengan informasi dari kepolisian. Ada temuan baru. Begitu juga temuan tim investigasi Walhi Nasional, Kontras Sumut dan Masyarakat Sipil Anti Penyiksaan (Sikap), juga menemukan banyak keganjilan terkait kematian Golfrid.

Baca juga: Polda Bentuk Tim Usut Kematian Golfrid Siregar, Koalisi: Investigasi Independen dan Terbuka

Wawancara sejumlah saksi ada ketidaksinkronan hasil penyidikan kepolisian. Dalam konferensi pers di Polda Sumut, 11 November lalu, Kombes Pol Andi Rian, Direktur Reserse Kriminal Umum, Polda Sumut menyatakan, hasil penyidikan mereka temukan fakta pada 2 Oktober 2019 pukul 17.00, Golfrid permisi kepada istrinya menemui seseorang.

Korban berjanji kepada sahabatnya diskusi masalah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Bajak 1 Amplas Medan. Golfrid pergi ke rumah pamannya, sekaligus bertemu kawan. Rumah pamannya, persis di depan warung kopi tempat biasa dia berdiskusi dengan warga. Dia berada di sana sampai pukul 23.50.

Golfrid meninggalkan rumah pamannya sekitar pukul 23.50 dan ditemukan di Underpass Titi Kuning Medan sekitar pukul 00.15-00.30 dengan kondisi tak sadarkan diri. Tubuh ada sejumlah luka.

Setelah olah TKP, helm ditemukan terlepas dari korban.

Versi polisi, diduga Golfrid tidak memakai helm dan meletakkan di lengan kiri. Ini dikuatkan luka di bagian antara siku lengan kiri.

Olah TKP polisi menyatakan, korban minum minuman beralkohol ditemani dua orang di warung tempat dia duduk sekitar pukul 22.30-23.00.

Bagaimana hasil temuan tim investigasi Walhi? Dewan Nasional Walhi, Mualimin Pardi Dahlan saat di Kota Medan untuk pengumpulan sejumlah bukti dan fakta menjelaskan, dari sejumlah bukti mereka melihat ada ketidakcocokan temuan kepolisian terutama waktu dan pemeriksaan autopsi serta uji laboratorium soal Golfrid, saat di rumah pamannya menenggak minuman beralkohol.

Hasil temuan mereka, ada bukti Golfrid pergi dari warung tempat duduk sekitar pukul 22.30, lalu WhatApps terakhir kali aktif sekitar pukul 22.36. Ditemukan di Underpass Titi Kuning Medan, sekitar 00.05. Rentang waktu dari warung tempat dia duduk menuju ke TKP, hanya perlu sekitar 10 menit , dengan kecepatan mengendarai sepeda motor 40 km perjam.

Kalau korban mengalami kecelakaan tunggal antara pukul 22.36-00.50, terpantau arus lalulintas di sekitar lokasi pada jam-jam itu banyak dilintasi truk ukuran besar dari Kawasan Industri Medan, dan Pelabuhan Belawan, menuju jalan tol.

Dia tak mempercayai hasil penyidikan kepolisian dan menilai terlalu terburu-buru.

Soal kecelakaan, hasil temuan kepolisian banyak luka lecet. Dia bilang, tak serta merta luka lakalantas tunggal. Apalagi kalau dilihat dari helm Golfrid tak ada kerusakan berarti. Begitu juga laptop, maupun sepeda motor tak rusak parah.

Polisi, katanya, hanya fokus lecet di sejumlah tubuh, namun tak menelisik luka parah di kepala. Polisi hanya fokus pada hasil forensik yang menyebutkan, korban minum minuman beralkohol di warung. Polisi tidak mendalami soal luka cukup parah di batok kepala.

Dahlan menyatakan, kuat dugaan ini terkait kerja-kerja advokasi Golfrid semasa hidup.

Golfrid pernah jadi kuasa hukum Walhi kala menggugat Pemerintah Sumut soal izin proyek PLTA Batang Toru yang dijalankan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE). Golfrid juga kuasa hukum Onrizal, ahli lingkungan dari Universitas Sumatera Utara (USU) yang mempidanakan PT NSHE karena dianggap memalsukan tandatangan untuk penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) adendum dua proyek PLTA Batang Toru.

Golfrid juga kuasa hukum Onrizal yang melaporkan sejumlah penyidik Polda Sumut ke Propam dan Irwasum Mabes Polri, yang menghentikan penyidikan laporan pidana Onrizal itu. .

Apa yang terjadi selama Golfrid berada di Warung Bajak 1 Amplas Medan? Bersama sejumlah jurnalis di Medan, saya mewawancarai Kennedy Silaban, pemilik warung tempat Golfrid datang.

Dalam kesaksian, Kennedy menyatakan sepanjang hari Golfrid berdiskusi dan bercengkrama dengan sejumlah orang. Itu Golfrid lakukan di warung dan rumah pamannya yang lokasi berhadapan dengan warung kopi miliknya.

 

Warung tempat Golfrid S minum kopi, tak ada jual minuman beralkohol. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Sang tukang kopi ini mengenal betul sosok Golfrid, karena sejak remaja dan kuliah tinggal di daerah itu bersama pamannya.

Dia terkejut mendengar kematian Golfrid. Kala ke warung, Golfrid dalam keadaan baik baik. Sebelum pergi, kata Kennedy, Golfrid santai dan bersiap di atas sepeda motor dengan tas ransel di belakang. Helm sudah dipakai walau tak sempurna.

Saat akan pergi, tak tampak santai dan tidak terburu-buru. Dia hanya mengingatkan, agar waspada dan tidak buru-buru membawa kendaraan karena baru selesai hujan.

“Sebelum pergi dia sapa aku,”cabut aku ya bang.” Trus aku bilang jangan balap kau bawa motormu ya, licin ini jalan. Anak itu tampak santai sekali gak ada yang aneh.”

Golfrid selalu memesan minuman kopi hitam. Alumni HKBP Nomensen itu, kata Kennedy menyukai kopi hitam di warungnya.

Kennedy menegaskan, malam itu Golfrid hanya minum kopi hitam, bukan minuman lain. Sambil berdiskusi dengan sejumlah orang, Golfrid hanya menengguk kopi.

Kennedy bilang, Golfrid bukan peminum. Sejak SMA hingga selesa kuliah, sepengetahuan dia korban kurang minum beralkohol apalagi hingga mabuk berat. “Itu mustahil dilakukan Golfrid.”

Warung Kennedy tak menyediakan minuman beralkohol. Saat ditanya apakah boleh membeli minuman beralkohol dan meminum di warung itu. Kennedy membantah.

“Di kedaiku gak ada jual alkohol. Tanya warga kalau gak percaya.

Kesaksian sang pemilik warung ini mematahkan pernyataan Kombes Pol Andi Rian, Direktur Reserse Kriminal Umum, Polda Sumut, yang menyatakan sebelum pergi korban menengak minuman beralkohol ditemani dua pria.

Esmina Boru Sitompul, ibunda kandung Golfrid, terkejut ketika mendapat kabar anaknya mengalami lakalantas tunggal hingga berujung kematian.

Berangkat dari Batam, sang ibu langsung menuju ke rumah sakit RSUP H Adam Malik, Medan. Melihat Golfrid, dia tak sadarkan diri. Saya, langsung meneteskan air mata.

Esmina Sitompul melihat ada keganjilan atas kematian itu. Dia belum mempercayai anaknya tewas karena kecelakaan.

“Aku sama sekali tidak percaya anakku itu mati karena kecelakaan. Banyak keganjilan yang kulihat,”

Di rumah sakit, Fhilya Himasari Sinulingga, Manager Program Walhi Sumut yang menemani korban dari awal hingga akhir hayat.

Soal luka berbeda dengan keterangan polisi, dia bilang, luka-luka Golfrid, banyak sebelah kiri. Ini berbeda dengan [enjelasan polisi menyebutkan luka korban banyak pada bagian kanan.

Penjelasan dokter RSUP H. Adam Malik Medan kepadanya, tengkorak kepala depan sebelah kiri hingga belakang pecah. Dokter bedah yang menangani korban juga mengatakan, luka pecah tempurung kepala ini karena benturan, namun tak tahu benturan apa.

“Apakah karena benturan benda tumpul atau akibat lain, dokter tidak mengetahuinya.”

Dari yang dia lihat hari ketiga Golfrid di RSUP H Adam Malik, luka-luka hampir 90% di sebelah kiri. Tim medis juga mengobati luka sebagian besar di sebelah kiri.

Selain tempurung hancur, luka lain yang diobati tim medis yaitu , belahan siku sebelah kiri bagian dalam luka gores, di dekat pelipis mata sebelah kiri seperti tergores.

Juga, tulang leher sebelah kiri luka goresan. Luka tulang dekat leher sebelah kiri, luka gores pelipis di titik tertentu di bibir, dagu di dekat mata kiri luka lecet. Di sebelah kanan, yang luka hanya mata sebelah kanan, tampak lebam.

“Aku yang menemani korban dari awal dirawat sampai meninggal dunia,” kata Lia, panggilan akrabnya.

Walhi meragukan temuan polisi soal penyebab kematian Golfrid karena kecelakaan lalu lintas tunggal. Dia bilang, tak sebanding dengan goretan di sepeda motor korban.

Di laporan pengaduan (LP) mereka di Polsek Deli Tua, disebutkan, biaya kerugian kerusakan sepeda motor hanya Rp50.000 dan karena lakalantas.

Dia bersama tim lain sudah melihat kondisi sepeda motor korban, tak ada yang hancur, hanya kerusakan kecil.

Knalpot, katanya, hanya tergores sedikit, ada noda cat warna merah. Tangki minyak sedikit tergores, kaca spion kanan patah, dan lampu sen kecil patah.

Dia berharap, polisi menyelidiki dengan penelusuran pra kejadian. Akankah terungkap?

 

Keterangan foto utama: Golfrid Siregar, aktivis Walhi Sumatera Utara, yang meninggal dunia karena terluka parah di kepala. Kekerasan yang menimpanya hingga meninggal dunia masih misteri. Foto: Walhi Sumut

 

Exit mobile version