Mongabay.co.id

Banyak Permintaan, Produktivitas Bunga Mawar Kota Batu Terkendala Musim Hujan

 

Memasuki musim hujan bagi petani bunga mawar di Desa Gunung Sari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, menggelisahkan. Pasalnya saat musim hujan, bunga mawar membutuhkan perawatan yang lebih tinggi. Selain itu, bunganya cepat rusak, penyakitnya juga lebih banyak. Kondisi curah hujan yang tinggi bisa mengakibatkan tanah kebanyakan air, lahannya tergenang.

Syarat tumbuh bunga mawar menghendaki iklim dengan curah hujan 1500-3000 mm/tahun. Membutuhkan sinar matahari antara 5-6 jam per hari, dengan temperatur optimum 18-260 C. Kemudian kelembaban udara kisaran 70-80 persen, dan memerlukan tempat dengan ketinggian 560 sampai 800 meter diatas permukaan laut (mdpl).

baca : Menikmati Bunga di Pasar Splendid Malang

 

Kota Batu terletak pada daerah yang memiliki udara yang sejuk dengan suhu rata-rata 18-23 C. Sementara Desa Gunung Sari, Kecamatan Bumiaji merupakan Desa penghasil tanaman bunga mawar. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Sementara untuk tekstur tanah yang cocok yaitu tanah liat berpasir. Struktur tanah subur, gembur, kaya bahan organik, aerasi dan drainase yang baik. Untuk itu, hujan dengan intensitas tinggi juga membuat tanaman bunga mawar mudah rusak.

Adi Suyoko salah satu petani setempat menjelaskan datangnya musim hujan ini bisa dikatakan enak dan tidak enak. Enaknya, ketika musim hujan untuk proses penyiraman bisa berkurang. Awalnya seminggu melakukan penyiraman 4-5 kali, saat musim hujan hanya sekali dalam seminggu. Terkadang juga tidak disiram.

“Intensitas hujan terlalu tinggi juga tidak baik. Bunga banyak yang berguguran. Resiko kerusakan semakin besar. Penyakitnya juga lebih beragam,” ujar pria umur 35 tahun ini kepada Mongabay, Minggu (22/12/2019). Selain itu pengobatan juga lebih maksimal.

baca juga : Bunga Abadi Tengger Semeru dari Desa Wisata Edelweis

 

Syarat tumbuh tanaman bunga mawar menghendaki iklim dengan curah hujan 1500-3000 mm/tahun. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Permintaan Meningkat

Meskipun saat ini produksi di tingkat petani terkendala cuaca. Tetapi tidak menyurutkan semangat para petani untuk merawat bunga mawarnya. Bukan tanpa sebab, hal ini dikarenakan permintaan bunga mawar selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dibandingkan bunga lain, mawar yang memiliki panjang daun antara 5-15 cm ini banyak diminati para penghobi. Selain warnanya yang beragam harga juga lebih murah dan cenderung stabil dari pada bunga anggrek (Orchidaceae).

Sutrisno salah satu penjual bunga mengaku dalam seminggu dia bisa menjual 300 polybag bunga mawar siap tanam. Di toko bunga miliknya, permintaan bunga yang terdiri dari 100 spesies lebih ini peminatnya yang paling banyak. Dalam jangka waktu seminggu dia mesti membeli bunga ke petani.

Di tingkat petani per tanaman bunga mawar harganya kisaran Rp2.500-3.000. Kemudian di toko, dijual dengan harga Rp8.000-10.000. Ada juga yang Rp15.000 dapat dua biji. “Bunga yang saya jual macam-macam. Tapi yang paling laku bunga mawar. Karena bagus dan perawatannya lebih mudah. Selain itu harga relatif murah,” kata pria asal Dampit, Kabupaten Malang ini saat membeli bunga ke petani.

menarik dibaca : Bunga tak Sekadar Estetika, Tapi Mampu Jaga Keseimbangan Ekosistem, Kok Bisa?

 

Adi Suyoko (35) saat memanen bunga mawar di lahan pertanian di Desa Gunung Sari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Meningkatnya permintaan mawar untuk ditanam dan dijadikan hiasan di rumah, lanjut Sutrisno, jenis tanaman semak ini juga banyak dijadikan bahan dekorasi baik itu acara nikahan, hiasan kartu ucapan, dan lainnya. Tidak sedikit pula yang membutuhkan bunga untuk sesajen dan bunga tabur. Yuyun Yuniati (40), petani dan juga pengepul mengatakan dalam sehari dia bisa mengirim ribuan tangkai bunga mawar ke Bali dan Jakarta. Sedikitnya 5000 tangkai yang dia kirim.

Untuk harga, jika hari biasa pertangkainya dijual Rp1.000. Kecuali hari valentine, hari ibu maupun hari guru harganya bisa naik sampai Rp3.000. “Alhamdulillah, sejauh ini belum pernah kehabisan. Setiap hari petani selalu setor ke saya paling tidak 5 sampai 8 orang. Per orang bisa stor 700-1500 tangkai,” kata Yuyun sambil memilah bunga mawar siap kirim. Dia mengaku menekuni usaha ini dari 17 tahun yang lalu. Selain dia, dua saudaranya juga menekuni usaha yang sama.

perlu dibaca : Transformasi Petani Bunga Wanagiri, demi Mengurangi Perambahan Hutan Lindung

 

Seorang pedagang membeli tanaman bunga mawar dari petani untuk dijual kembali. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Kendala Lain

Kota Batu terletak pada daerah yang memiliki udara sejuk dengan suhu rata-rata 18-230 C. Luas Kota Batu sekitar 19.908 Ha atau 0,4% dari total luas propinsi Jawa Timur. Mata pencaharian utama penduduk kota berjuluk De Kleine Zwitserland Swiss kecil di Pulau Jawa ini adalah di bidang pertanian, salah satunya yaitu dari bunga mawar. Selain itu juga dibidang pariwisata.

Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Badan Pusat Stastik juga menunjukkan total produksi tanaman hias kota Batu di tahun 2018 melebihi target yang telah ditentukan yaitu sebesar 142.233.611 tangkai dari target 137.798.314 tangkai. Jika dibandingkan dengan kondisi target perencanaan di akhir tahun Rencana Strategis (RENSTRA) 2017-2022 juga melebihi target yaitu sebesar 141.400.700 tangkai.

baca juga : Bunga Tomohon, dari Petani hingga Festival Internasional

 

Pengepul memilah tanaman bunga mawar sebelum dikirim ke luar kota, diantaranya yaitu Bali dan Jakarta. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Dari kondisi tersebut Dinas terkait perlu melakukan review perencanaan pengembangan tanaman hias. Jenis tanaman yang perlu di review ulang terdata pada tanaman mawar dan bunga anggrek. Walaupun begitu capaian kinerja produksi tanaman hias kota Batu memiliki kategori sangat berhasil (>85%) semua yaitu pada komoditas mawar, krisan dan anggrek.

Luas panen produksi mawar berdasarkan data Dinas pertanian setempat mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, produktivitasnya tetap. Penyebabnya, karena pada tahun 2018 Dinas Pertanian memberikan bantuan untuk peremajaan tanaman mawar di Desa Gunung Sari berupa bibit mawar saprodi. Dimana tanaman yang sudah tua dibongkar dan diganti dengan yang baru.

Menurut Adi, saat ini bertani mawar ini lebih enak dulu, karena penyakitnya tidak terlalu banyak. Iklim yang tidak menentu cukup berpengaruh terhadap karakter tanaman bunga mawar. Dulu, tanaman mawar mampu bertahan 25-30 tahun. Sekarang ini umur 5-10 tahun sudah tidak bisa keluar bunga. Artinya sudah harus diganti. Untungnya pasarnya semakin terbuka.

 

Petani mengirim tanaman bunga mawar ke pengepul dengan motor. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version