Mongabay.co.id

Mengapa Beberapa Kali Terjadi Hujan Es di Banyumas?

 

Dalam beberapa hari terakhir, fenomena seperti ini terjadi di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng). Pagi hingga siang panas terik. Tiba-tiba mendung pekat, kemudian hujan deras turun. Bahkan, kerap dibarengi dengan petir dan angin kencang. Bahkan, di sejumlah wilayah terjadi hujan es. Sehingga atap rumah, terutama seng, begitu nyaring bunyinya terhujani butiran-butiran es sebesar sebesar kelereng.

Fenomena hujan es pada pekan lalu terjadi di lereng sebelah selatan Gunung Slamet, salah satunya di Desa Kemutug Kidul, Kecamatan Baturraden. Di desa setempat, hujan es yang terjadi pada Rabu (25/12) sekitar jam 15.00 WIB.

“Waktu itu, hujan disertai angin. Tetapi ada yang aneh, karena seng berbunyi lebih keras, tidak seperti biasanya. Ternyata, ada butiran-butiran es yang turun. Kami baru mengalami, ini pertama kalinya,” ungkap Kepala Desa Kemutug Kidul Kardi Daryanto.

baca : Cuaca Dingin sampai Embun Es di Musim Kemarau, Fenomena Apa?

 

Kondisi mendung pekat di Banyumas, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Saat muncul butiran es, hujan terjadi sangat deras, disertai petir dan angin kencang. Sehingga selain hujan es, pepohonan banyak yang tumbang diterjang angin kencang. “Padahal, sebelum peristiwa itu terjadi, sejak pagi hingga siang, cuaca begitu cerah. Tiba-tiba saja mendung dan hujan deras. Kalau untuk hujan esnya sekitar 15-20 menit,” jelas Kardi.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ariono Poerwanto mengatakan pada saat terjadi hujan es di Baturraden, sejumlah daerah di Banyumas juga dilanda hujan deras dan angin kencang. “Bencana angin kencang pada 25 Desember lalu, melanda 12 desa di 6 kecamatan, yakni Baturraden, Purwokerto Selatan, Sumbang, Karanglewas, Cilongok, dan Somagede. Tetapi untuk hujan es, laporan yang kami peroleh berasal dari Baturraden,” kata Ariono.

Menurutnya, peristiwa hujan es jarang terjadi di Banyumas. Tetapi kerugian nyata disebabkan angin kencang. “Kalau untuk hujan es, memang cukup mengagetkan, karena menurut warga belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, sebetulnya yang mengakibatkan kerugian adalah angin kencangnya. Sebab, selain ada rumah yang roboh, juga beberapa rumah tertimpa pohon yang tumbang,”ujarnya.

baca juga : Hujan Es Melanda Kota Bandung, Kenapa Bisa Terjadi?

 

Seorang warga menunjukkan butiran es yang terjadi saat hujan deras dan angin kencang melanda Kecamatan Baturaden, Banyumas, Jateng, pada Rabu (25/12/2019). Foto : Istimewa/Mongabay Indonesia

 

Ariono mengingatkan kepada seluruh warga untuk terus waspada. Sebab angin kencang sulit diprediksi lokasi kejadiannya. “Untuk wilayah yang rawan bencana banjir dan longsor telah dipetakan. Tetapi, wilayah angin kencang atau angin puting beliung, agak sulit diprediksi. Oleh karena itu, diperlukan kesiapsiagaan oleh warga,”katanya.

Ternyata peristiwa hujan es kembali terjadi di wilayah lereng Gunung Slamet, tetapi lokasinya agak ke barat, yakni di Kecamatan Kedungbanteng pada Jumat (27/12) sore. Hujan es dilaporkan terjadi di Desa Baseh, Windujaya, dan Kalisalak. Hujan es yang terjadi sekitar 15 menit di ketiga desa itu mengagetkan warga karena tidak pernah terjadi sebelumnya. “Suara di atap seng sangat keras, seperti terkena kerikil,”ungkap Kurniawan, warga Desa Windujaya.

Sementara warga Desa Baseh, Agus mengatakan hujan es itu mengejutkan warga karena baru pernah terjadi. “Awalnya, ada suara agak aneh, karena seng terdengar nyaring. Begitu, keluar ternyata ada es kecil-kecil yang menghantam seng. Esnya tidak besar, namun kalau kena tangan cukup sakit,” jelasnya.

perlu dibaca : Mengapa Embun Beku Dieng Muncul Lebih Dini?

 

Butiran es yang terjadi saat hujan deras dan angin kencang melanda Kecamatan Baturaden, Banyumas, Jateng, pada Rabu (25/12/2019). Foto : Istimewa/Mongabay Indonesia

 

Penjelasan BMKG

Mengapa hujan es bisa terjadi, bahkan telah melanda Banyumas sebanyak dua kali?

Pengamat cuaca Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan mengatakan terjadinya hujan es sebetulnya merupakan fenomena biasa. “Hujan es terjadi akibat akumulasi awan cumulonimbus (Cb) yang pekat. Awan Cb berwarna kehitaman dan menjulang, bentuknya seperti daun kol,”kata Rendi kepada Mongabay Indonesia.

Menurutnya, di dalam awan Cb itulah terdapat komposisi yang beragam, ada uap air, kristal es, dan adanya turbulensi. “Jika awan Cb begitu pekat dan sangat jenuh, maka kristal es disertai dengan hujan deras akan turun di daerah di mana ada awan Cb. Biasanya, sifatnya lokal saja, tidak terlalu luas. Waktu kejadian hujan es juga tidak lama,” jelasnya.

Adanya awan Cb yang begitu jenuh, tidak saja dapat berdampak munculnya hujan deras dan intensitas hujan yang tinggi serta angin kencang, melainkan juga petir. “Fenomena ini, biasanya terjadi pada masa pancaroba atau awal musim penghujan. Jika nanti musim hujan sudah lebih lama berjalan, maka fenomena itu tidak akan terjadi,”kata Rendi.

menarik dibaca : Berburu Embun Beku di Lautan Pasir Gunung Bromo

 

Hujan deras yang disertai angin kencang mengakibatkan rumah ambruk di Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jateng. Foto : Istimewa/Mongabay Indonesia

 

Dia mengatakan terbentuknya awan Cb bisa diprediksi. Biasanya, dari pagi hingga siang hari, cuaca begitu terik. Kemudian terjadi penguapan dan akumulasi awan, selanjutnya terbentuklah awan Cb. “Penguapan terjadi dan terbawa angin sampai di wilayah pegunungan. Karena itulah, fenomena hujan es yang terjadi di wilayah pegunungan. Sebab, di wilayah setempat ada akumulasi awan Cb yang jenuh,”ujarnya.

Dalam beberapa pekan ke depan, masih diprediksikan adanya hujan deras yang berpotensi angin terjadi di wilayah pegunungan mulai dari Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara hingga Wonosobo. “Kami mengimbau kepada warga untuk tetap waspada, karena hujan deras disertai angin masih potensial terjadi. Sebab, masih muncul akumulasi awan Cb,” tambahnya.

 

Petugas dari Tagana dan BPBD Banyumas menyingkirkan pohon yang tumbang. Foto : Istimewa/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version