Mongabay.co.id

Balai Benih Papua di Tengah Keterbatasan, Terbantu Sumber Air dan Listrik dari Telaga

 

 

 

 

 

Balai Benih Ikan Sentral. Ia terletak di Kampung Berap, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua. Kampung ini banyak dikenal warga kota dan kabupaten Jayapura karena wisata alam Kali Biru nan indah. Di kampung ini juga, Pemerintah Papua membangun Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) untuk perikanan ait tawar. Balai ini berada di bawa Dinas Kelautan dan Perikanan yang berfungsi menyediakan bibit ikan untuk berbagai balai pembibitan di Papua.

Balai berjarak sekitar dua jam dari Kota Jayapura. Terletak di ujung Kampung Berap, tepat pinggir Jalan Jayapura Demta. Hutan asri menutupi sekeliling balai.

Balai ini mulai bangun 2007 dan beroperasi pada 2011. Lahan tempat balai ini milik marga Yosua, salah satu marga di Kampung Berap. Luas seluruh balai sekitar enam hektar. Di bagian depan, sekitar dua hektar terdapat gedung-gedung perkantoran dan rumah pegawai. Di bagian belakang, empat hektar dengan kolam-kolam dan dua gedung balai pemijahan.

Kala saya ke sana, Desember lalu, balai tampak sepi. Hanya Oni Gombo dan Samuel Manggo, sedang memilah benih nila di Balai Pemijahan.

“Sebentar kita mau kirim 3.000 lebih ke Danau Sentani,” kata Oni, Kepala Seksi Pelayanan Teknis sekaligus koordinator ikan mas.

Oni bilang, balai sebagai penyedia benih-benih ikan untuk berbagai pusat budidaya di Jayapura. Ada tiga jenis ikan unggulan dikembangkan, yaitu, nila, mas, dan lele.

“Peluang pasar tinggi, Dinas Kelautan dan Perikanan fokus pada tiga komoditas ini,” katanya.

Awalnya, induk unggulan datang dari balai-balai yang sudah bersertifikat di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan di Manado dan Sukabumi. Induk lalu dibesarkan di BBIS Berap, kemudian produksi benih. Hasilnya, mereka distribusikan ke berbagai pusat budidaya.

“Kita tidak ambil induk sembarang. Induk unggulan. Induk dibesarkan setelah itu baru produksi benih.”

 

Telaga Nengguambu, sumber air juga tenaga listrik. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

Cara produksi benih ada tiga. Pertama, secara alami. Pasangan induk jantan dan betina masuk dalam satu kolam lalu produksi alami. Nila biasa dengan cara ini, sedang lele dan mas melalui semi buatan dan buatan.

Untuk semi buatan, dengan penyuntikkan hormon kepada induk betina sebelum disatukan dengan jantan. Penyuntikan hormon buat merangsang proses perkawinan. Setelah ikan bertelur, jantan dan betina dipisahkan lagi.

Kalau produksi buatan, dengan mengambil kantong sperma jantan lalu dibedah dan diambil. Betina yang sudah ada telur dirangsang dengan cara diurut hingga telur keluar dan percampuran di baskom. Rata-rata proses penetasan terjadi pada hari ketiga.

Produksi buatan dan semi buatan dilakukan di bak-bak balai pemijahan. Di tiap bak tampak selang-selang oksigen.

Pas pemijahan, posisi telur mau menetas itu yang sangat perlu oksigen, hingga kita langsung arahkan (oksigen). Ketersediaan oksigen dalam air itu sangat penting sekali untuk larva.”

Telur yang menetas jadi larva lalu dipindahkan ke kolam pendederan. Larva dibesarkan di kolam pendederan sampai dua minggu untuk bisa jadi benih yang siap disebarkan. Kalau pemesan perlu benih ukuran lebih besar, katanya, pendederan diperpanjang.

Proses panen, katanya, benih pindah dari bak pendederan ke pemijahan. Karena ukuran tak seragam, benih dipilah sesuai pesanan. Pemilahan dengan baskom pilah atau biasa disebut baskom sortir dengan berbagai ukuran.

Benih mas lebih mahal karena langka.“Pembeli kebanyakan dari Danau Sentani yang punya keramba-keramba itu,” kata Oni. Balai punya dua mobil untuk mengantar pesanan.

 

Rencana kembangkan ikan asli Papua

Oni Gombo, sudah hampir 10 tahun bekerja di balai ini. Dia menyelesaian pendidikan di Sekolah Tinggi Perikanan Santu Thomas Aquinas Sentani. Meski kini balai hanya menyediakan benih nila, mas dan lele, ke depan benih ikan asli Papua juga diharapkan bisa dikembangkan.

“Banyak sekali tapi belum dikembangkan. Persoalannya, tidak ada yang bermiat ke situ atau pmerintah belum punya program untuk kembangkan.”

Oni berharap, makin banyak warga tertarik mengembangkan ikan terutama yang berada di sekitar balai.

Carlos Matuan berharap, Pemerintah Papua memperhatikan keperluan instansi saat penerimaan pegawai. “Perekrutan harus didiskusikan dengan kepala dinas masing-masing hingga kebutuhan apa dan pada saat penernimaan jurusan harus ditentukan. Penempatan juga harus ditentukan hingga setelah penerimaan penempatan tak di sembarang tempat,” katanya.

Saat ini, katanya, Pemerintah Papua, fokus pada isu kesehatan dan pendidikan tetapi dinas-dinas seperti Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Peternakan dan Dinas Pertanian juga penting mendapatkan perhatian.

“Selama ini, prioritas bidang pendidikan dan kesehatan. Kalau masyarakat tidak mendapat suplai makanan cukup, seperti melalui protein ikan tetap juga sakit. Maka harus seimbang. Bidang lain seperti kelautan perikanan, peternakan, pertanian juga harus perhatikan karena yang mempersiapkan pangan itu kita.”

 

  

Telaga jadi sumber air dan listrik

Di belakang balai, terdapat sebuah telaga, dikenal dengan nama Nengguambu. Posisi telaga lebih tinggi dari balai dengan luas sekitar dua hektar lebih. Permukaan telaga berwarna hijau menyerupai hutan lebat yang mengelilingi.

Dulu, Berap dipilih jadi tempat pembangunan balai karena memenuhi syarat, seperti ketersediaan air. Sumber air juga untuk listrik dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.

Tampak di ujung telaga berbatasan dengan balai dibangun bendungan dan saluran air. Saluran pertama ke mesin pembangkit listrik, kedua ke kolam-kolam ikan.

Kekuatan listrik dari PLTMH ini mampu mensuplai seluruh kebutuhan balai. Samuel Manggo, petugas yang sehari-hari mengurus PLTMH mengatakan, saat ini terjadi kerusakan pada saluran air dan karet vembel hingga daya menurun. Hal ini, katanya, membuat gangguan operasional balai.

“Kalau kami kasi nyala pompa satu kali dengan kulkas, cepat jatuh.”

 

Belum maksimal

Sumber daya manusia kurang menyebabkan balai ini belum berfungsi maksimal. Menurut Oni, ada sekitar enam petugas termasuk keamanan dan petugas kebersihan. Jumlah ini, sangat terbatas mengingat banyak pekerjaan harus mereka urus. Oni sendiri rangkap jabatan.

Sebagai Kepala Seksi Pelayanan Teknis, dia bertugas melayani pembelian dan mencatat pesanan benih. Dia juga bekerja mulai dari memproduksi benih, memberi makan ikan, panen, sortir hingga menghitung benih. Dia juga punya tugas sebagai koordinator ikan mas.

“Semua merangkap, tak fokus di satu pekerjaan. Akhirnya, tidak bisa mencapai target maksimal.”

Di lokasi tampak banyak kolam kosong. Carlos Matuan, Plt Kepala BBIS Berap lewat telepon pada 2 Januari 2020 mengatakan, saat ini produksi minimal benih tiap bulan sekitar 5.000-10.000 untuk tiap jenis.

“Kalau sumber daya manusia cukup dan induk lengkap, produksi pasti lebih banyak, bisa ratusan ribu ekor.”

Dia bilang, sumber daya manusia kurang karena banyak Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Kelautan dan Perikanan Papua. Berdasarkan keputusan Peraturan Gubernur Papua Nomor 62/2017 UPTD antara lain, tiga Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPPMHP) di Jayapura.

Lalu, Merauke dan Biak di Balai Pengembangan Ikan air Tawar (BPIAT) Berap (BBIS Berap). Ada juga budidaya ikan air laut (BPBIAL) Bosnik, Biak, dan sembilan pangkalan pendaratan ikan (PPI) tersebar di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, Asmat, Mappi, Timika, Nabire, Waropen dan Biak Numfor.

Sebenarnya, tugas BBIS Berap, hanya menyediakan calon induk untuk berbagai balai benih di kabupaten dan kota di Papua. Dia berharap, balai-balai ini yang menghasilkan benih bagi masyarakat pembudidaya.

Sayangnya, karena produksi benih belum maksimal di k,abupaten dan kota hingga BBIS Berap juga memproduksi benih terutama untuk Kabupaten Jayapura. Di Kabupaten Jayapura, katanya, permintaan benih banyak dari pemilik keramba di Danau Sentani.

Meski demikian, katanya, balai juga tetap menyediakan calon induk yang dikirim ke kabupaten-kabupaten pegunungan dan Kabupaten Jayapura maupun Keerom.

Kalau persediaan calon induk habis, balai-balai disarankan langsung berhubungan dengan balai di Manado atau Sukabumi.

 

 

Oni Gombo, saat selesai memilah benih ikan. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia
Balai Benih Ikan Sentral Papua. Foto: Asrida Elisabeth/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version