- Danau Maninjau yang dulunya biasa disebut “Talaga Biru” kondisinya saat ini memprihatinkan. Di masa lalu, Danau Maninjau menjadi inspirasi bagi sejumlah pemikir dan ulama besar di Indonesia, seperti halnya Buya Hamka, seorang sastrawan, ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia.
- Sejumlah pihak beranggapan sisa makanan ikan [keramba ikan] sebagai penyebab menurunnya kualitas air Danau Maninjau. Diperkirakan sekitar 50 ton atau setebal 167 meter limbah tersebut mengeras di dasar danau. Tapi jangan dilupakan, limbah rumah tangga, sampah, limbah pupuk dan pestisida dari lahan pertanian, serta buruknya sirkulasi air di danau mungkin sebagai pemicu menurunnya kualitas air danau yang luasnya 99,5 kilometer persegi itu.
- BIOS 44 yang ditawarkan Korem 032/Wirabraja kepada sejumlah petambak ikan dan petani di Maninjau sejak setahun lalu, telah memberikan dampak signifikan. BIOS 44 mampu menurunkan kematian bibit ikan dan mempercepat perkembangan ikan karena kualitas air membaik, termasuk pula pada pertanian di sekitar Maninjau.
- Selain itu, tentunya dibutuhkan pula upaya perbaikan sirkulasi air, serta perbaikan alami air seperti menggunakan enceng gondok, demi kembali sehatnya kualitas air Danau Maninjau.
Baca sebelumnya: Wawancara Kunto Arief Wibowo: Butuh Komitmen Bersama Atasi Bencana Alam
**
Danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, merupakan danau yang selama ini menjadi daya tarik wisatawan. Namun, danau vulkanik dengan luas sekitar 99,5 kilometer persegi yang berada di atas ketinggian 461,50 meter, kini kondisinya memprihatinkan. Mengapa?
Berdasarkan penelusuran Mongabay Indonesia, air Danau Maninjau tak lagi jernih. Aroma tak sedap pun terpancar. “Talaga Biru” sebuah nama yang sebelumnya menggambarkan keindahan Danau Maninjau mulai luntur.
Danau Maninjau banyak memengaruhi kehidupan dan pemikiran sejumlah sastrawan dan intelektual Indonesia yang berasal dari Minangkabau. Buya Hamka [Haji Abdul Malik Karim Amrullah] yang dilahirkan di sebuah rumah menghadap Danau Maninjau, di Tanah Sirah Nagari Sungai Batang, pada 16 Februari 1908, begitu terkenal. Danau Maninjau diyakini menjadi inspirasi pemikiran dan sikap Buya Hamka, yang nasionalis, pembela hak perempuan, atau penentang diskriminasi.
“Kita ingin mengembalikan Danau Maninjau seperti dulu, yang keindahannya menjadi inspirasi bagi pemikir seperti Buya Hamka. Keindahan Maninjau itu yang mungkin memperkokoh falsafah masyarakat Minangkabau yakni alam terbentang menjadi guru,” kata Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo, Danrem 032/Wirabraja di kantornya, di Padang, Rabu [15/1/2020].
Kualitas air Danau Maninjau terus mengalami penurunan sebagai dampak sisa makanan ikan keramba. Akibatnya, kandungan nitrogen dan nitrit pada air danau sangat tinggi, menyebabkan kematian ikan. Seperti yang diberitakan Mongabay Indonesia pada 2016 lalu.
Baca: Ribuan Ton Ikan Keramba Apung Mati di Danau Maninjau, Ada Apa?
Berdasarkan penelitian Balai Besar Wilayah Sungai dan Danau Sumatera, seperti dikutip dari Okezone, tumpukan limbah pakan dan sedimen lainnya di dasar Danau Maninjau sudah mencapai 50 ton atau setinggi 167 meter. Akibatnya, kedalaman danau yang sekitar 200 meter [2017] hanya tersisa 33 meter.
Tumpukan limbah ini pun sudah mengeras dan berada di lekukan danau yang bentuknya seperti kuali. Salah satu cara mengatasinya dengan mengeruk limbah tersebut, yang membutuhkan biaya besar atau mahal.
Setelah dilakukan pemberian BIOS 44 pada air Danau Maninjau, berdasarkan penelitian UPTD Laboratorium Kesehatan Padang, kandungan nitrogen dan nitrit mengalami penurunan. “Nitrit yang sebelumnya 0,037 menjadi 0,02, sementara PH air berubah dari 6,99 menjadi 7,05,” kata Kunto.
Mampukah BIOS 44 menghancurkan tumpukan limbah yang sudah mengeras tersebut? Masih butuh pembuktian, meskipun secara teori BIOS 44 bersifat komposer yang mampu menghancurkan atau mempercepat pembusukan sisa-sisa tumbuhan seperti di gambut.
Perbaikan kualitas air di sejumlah keramba ikan di Danau Maninjau oleh BIOS 44 membuat produksi ikan dari keramba menjadi lebih baik. Atau, angka kematian ikan mengalami penurunan. “Tentunya ini memberi dampak meningkatnya penghasilan para petambak ikan keramba. Diharapkan, meningkatnya hasil ini tidak memengaruhi penghasilan petambak yang mengurangi jumlah keramba ikannya,” kata Kunto.
Seperti diketahui, guna menormalisasi Danau Maninjau, Pemerintah Sumatera Barat bersama Kementerian ESDM dan Kementerian PUPR ingin mengurangi jumlah keramba ikan di Danau Maninjau hingga 6 ribu unit. Saat ini jumlah keramba ikan berkisar 17 ribu.
BIOS 44 merupakan mikroorganisme, yang dibentuk oleh sejumlah bahan seperti air, ragi, susu bubuk, cornet beef, dan gula pasir. Di Sumatera Selatan, BIOS 44 yang disebarkan Korem 044/Garuda Dempo mampu menjadikan lahan gambut tidak mudah terbakar dan subur. Bahkan, nanas yang ditanam di sekitar tanaman sawit di lahan gambut tumbuh subur, seperti di kawasan Sepucuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI], Sumatera Selatan.
Upaya ini akhirnya turut mensukseskan penyelenggaraan Asian Games XVIII di Palembang pada 2018, sehingga Korem 044/Garuda Dempo mendapatkan penghargaan dari Panglima TNI Hadi Tjahjanto pada 2019 lalu.
Baca: Mencegah Karhutla Berarti Menjaga Kedaulatan Bentang Alam Indonesia
Mengurangi kematian dan cepat panen
Candra, pengusaha tambak ikan di Jorong Kukuban, Kecamatan Tanjungraya, Maninjau, kepada Mongabay Indonesia, 19 Januari 2020, mengatakan setelah satu tahun menggunakan BIOS 44 dampak positifnya terlihat.
“Kematian bibit ikan mulai berkurang, dan perkembangan ikan lebih cepat dibandingkan sebelumnya, sekitar 80 hari,” katanya.
Terkait menurunnya kualitas air Danau Maninjau, “Mungkin benar, sisa pakan ikan ini salah satu penyebab air danau menjadi tidak baik. Tapi tidak semuanya disebabkan sisa pakan ikan. Limbah di danau ini banyak asalnya. Mulai dari limbah rumah tangga, sampah, serta limbah pupuk atau pestisida dari lahan pertanian,” kata Candra.
“Jadi, pemikiran untuk menghapuskan pertambakan ikan di Maninjau merupakan pemikiran kejam. Sebab, puluhan ribu warga bergantung hidupnya dengan pertambakan ikan di sini,” ujarnya.
Candra setuju jika semua pihak berpikir bagaimana caranya mengurangi limbah ke Danau Maninjau. “Bukan saling menyalahkan,” katanya.
Pertama, sangatlah baik jika para petambak ikan di Danau Maninjau menggunakan BIOS 44. Selain itu, kedua, BIOS 44 sebaiknya juga digunakan pada lahan pertanian yang irigasinya terhubung dengan Danau Maninjau, sehingga limbah pupuk kimia dan pestisida berkurang.
“Penting juga dipikirkan oleh pemerintah atau para pakar perikanan untuk menciptakan pakan ikan ramah lingkungan, seperti pakan yang menggunakan bahan baku BIOS 44,” ujarnya.
Ketiga, perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas air Danau Maninjau secara alami. Misalnya, membuat demplot-demplot berisi enceng gondok, yang fungsinya menyaring atau menyerap racun atau limbah dari air.
Terakhir, tidak kalah pentingnya perbaikan sirkulasi air. “Dulu, air Danau Maninjau akan tercuci secara baik. Saat curah hujan tinggi, air keluar melalui Sungai Batang Sri Antokan, sehingga terjadi pergantian air danau. Tapi kini, mungkin fungsi sungai tersebut mengalami penurunan, sehingga dibutuhkan saluran pembuangan air lainnya,” katanya.
Sebagai informasi, PLTA Maninjau berada di hulu Batang Sri Atokan, yang sangat bergantung pada ketinggian air danau sebagai bahan baku yang menggerakan turbin pembangkit listriknya.
Bukan hanya tambak ikan
Kapten Inf Chairul Muhammad, Pasiter Kodim 0304/Agam, menjelaskan pihaknya bukan hanya mengajak para petambak ikan menggunakan BIOS 44. BIOS 44 juga digunakan sejumlah petani, mulai dari persawahan dan tanaman palawija seperti terong dan cabai. Bahkan, BIOS 44 digunakan petani untuk mengolah pupuk organik yang dicampurkan kotoran sapi dan kambing.
“Kita bersama aparat pemerintah, sejumlah organisasi, melakukan gerakan Save Maninjau. Setiap pekan kita melakukan pembersihan sampah yang tidak terurai, seperti plastik. Kita pun turut mengambil jaring ikan yang dijadikan keramba, yang sudah tidak dipergunakan lagi. Jumlahnya, sekitar 943 jaring keramba,” ujarnya.
“Kami yang mengembangkan pertanian organik sangat bersyukur adanya BIOS 44. Hasil panen terong dan cabai sangat memuaskan. Selain hasilnya maksimal, juga aman dari hama penyakit,” kata Masrizal, petani palawija di Jorong Kukuban.
“Saya sangat bersyukur adanya BIOS 44. Jika ini digunakan para petani, termasuk pula para petambak ikan di Danau Maninjau, berbagai persoalan limbah di danau yang indah ini akan teratasi. Pemerintah harus optimal mendukung upaya ini,” kata Toyo, petani asal Lampung yang menikah dengan perempuan Minangkabau.
“Saya senang menjadi orang Minangkabau sebab alam adalah guru,” tuturnya.