Mongabay.co.id

Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah Telan Korban Jiwa

 

 

 

 

 

Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, alami banjir dan longsor. Luapan air Sungai Aek Sirahar, Rabu (29/1/20) dini hari menyebabkan banjir dan longsor, di tujuh desa dan kelurahan di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah. Data sementara, tujuh orang meninggal dunia, dua lain masih hilang, dan 22 orang luka-luka.

Hingga Rabu petang, tim SAR gabungan bersama tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Tengah, masih berjibaku mencari korban hilang, dan penyelamatan ratusan orang yang terkena musibah.

Kapolres Tapanuli Tengah, AKBP Sukamat, mengatakan, korban tewas ditemukan tertimpa material berupa kayu, beton, lumpur dan lain-lain.

Korban meninggal dunia berhasil teridentifikasi, yaitu, Iduarnisah Tanjung (58), dan Arwitsah Tanjung (60), suami istri, dari Kelurahan Padang Masiang. Lalu, Abdul Rohman (72), Pardamean br Manalu (85), Marpaung (50) Esrin Pane (48), dan Juster Sitorus (55), kelimanya warga Bonan Dolok, Kecamatan Andam.

Untuk pengungsi, ditampung di beberapa lokasi. Dia bilang, sejumlah lokasi terdampak banjir dan longsor seperti Kecamatan Barus, Kecamatan Andamdewi, dan Kecamatan Barus Utara. Di Kecamatan Andamdewi, beberapa desa terdampak banjir dengan kedalaman 0,5-2,5 meter.

 

 

Guna membantu keperluan penanganan banjir, mereka menyiapkan mobil ambulance (1), truk Dalmas (2), mobil patroli R4 Sabhara (3), mobil patroli R4 Lantas (1). Kemudian, mobil patroli Polsek (4), kendaraan roda dua (15), tenda Dalmas (2), dan mesin pemotong kayu.

Selain itu, juga mendirikan posko penanganan bencana Polres Tapanuli Tengah. Polres membantu mengevakuasi masyarakat dan barang-barang milik warga yang terkena banjir.

Dia imbau, masyarakat tak kembali ke rumah terdampak banjir, hingga kondisi benar-benar aman. Polisi juga bantu pembersihan lumpur di rumah warga terkena banjir. Juga bersihkan jalan dari bebatuan dan pohon tumbang.

“Kami juga pendataan bersama pemda, terkait warga yang terkena banjir. Ini untuk mengetahui apakah masih ada warga belum ditemukan atau meninggal dunia tetapi tidak diketahui.”

Di pengungsian, kepolisian juga mendirikan tenda pleton untuk pengungsian, menyiapkan obat-obatan dari Poliklinik Polres Tapteng, dan logistik bagi korban banjir berupa beras, air mineral, mie instan, telur, dan lain-lain.

 

Pepohonan tumbang, antara lain yang terbawa banjing bandang hingga menewaskan tujuh orang. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Selain Tapanuli Tengah, banjir, pohon tumbang dan longsor juga melanda Asahan, Sumatera Utara.

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Asahan menyebutkan, hujan deras sepanjang Rabu menyebabkan delapan kecamatan di 15 desa atau kelurahan di Asahan, mengakibatkan banjir dan tanah longsor.

Sejumlah wilayah terdampak, yaitu Desa Silau Tua, Desa Sei Silau Timur, Desa Prapat Janji, Desa Aek Bamban dan Desa Aek Bange. Banjir juga menggenangi rumah, persawahan dan kebun warga.

Banjir dan longsor di Asahan, mengakibatkan 263 keluarga di 13 Desa atau kelurahan di tujuh kecamatan tergenang air dengan ketinggian antara 10-30cm.

Meski begitu BPBD Asahan mencatat, tidak ada korhan jiwa. Kamis siang, air mulai surut. Pohon tumbang dan tanah longsor menutupi jalan penghubung di sejumlah kecamatan berhasil diatasi.

 

Tugas pemerintah daerah

Agus Wibowo, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, hasil prakiraan cuaca dari BMKG, BNPB mengimbau, masyarakat terutama di wilayah Sumatera Utara dan Sumatera Barat, agar mempersiapkan diri dan upaya pencegahan.

Pemerintah daerah, katanya, agar melaksanakan tujuh poin rekomendasi dari Kementerian Dalam Negeri. Pertama, membentuk posko kesiapsiagaan pemerintah daerah dan pemantauan cermat terhadap informasi cuaca dan atau peringatan dini dari BMKG, BNPB dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi untuk mengetahui perkembangan situasi terkini.

Kedua, menyiagakan seluruh aparatur pemerintah daerah dan mengkoordinasikan dengan TNl, Polri, instansi vertikal di daerah dan relawan siaga bencana serta unsur masyarakat lain.

Ketiga, menyiapkan sarana dan prasararna untuk siaga banjir/longsor dan risiko karena bencana lain. Keempat, mengalokasikan anggaran belanja tidak terduga (BTT) cukup dan siap setiap saat dalam keadaan darurat bencana.

Kelima, menyebarluaskan informasi potensi bencana kepada masyarakat melalui berbagai saluran informasi seluas-luasnya. Keenam, mengkoordinasikan proses kesiapsiagaan, penyelamatan dan evakuasi apabila terjadi kondisi darurat serta mengaktifkan rencana kontinjensi yang disusun kalau terjadi tanggap darurat.

Ketujuh, sesuai Pasal 91 UU Nomor 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, agar gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan kepada kabupaten dan kota atas penanggulangan bencana. Juga melaporkan hasil kepada menteri dalam negeri dan dirjen bina administrasi kewilayahan.

“Bupati atau walikota agar melaporkan hasil penanggulangan bencana kepada menteri melalui gubernur sebagai wakil pemerintah pusat.”

 

 

Keterangan foto utama: Banjir menggenangi pemukiman warga di Tapanuli Tengah. Foto:  Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Petugas berusaha mencari dan evakuasi warga terdampak banjir. Foto: Ayat S Karokato/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version