Mongabay.co.id

Misteri Limbah Radioaktif di Komplek Perumahan Batan Indah

Sabtu, 16 Februari 2020, Komplek Perumahan Batan di Serpong jadi pusat perhatian. Pasalnya, di tanah kosong dalam komplek berjarak sekitar 200 meter dari pos penjagaan atau pintu masuk ditemukan tertanam limbah radioaktif Cesium 137.

 

 

 

 

Sejak akhir pekan lalu, tepatnya, Sabtu, 16 Februari 2020, Komplek Perumahan Batan Indah, Serpong,  jadi pusat perhatian. Pasalnya, di tanah kosong dalam komplek berjarak sekitar 200 meter dari pos penjagaan atau pintu masuk perumahan ditemukan limbah radioaktif Cesium 137.

Hingga kini, belum jelas siapa yang telah membuang limbah berbahaya di komplek perumahan di Jalan Raya Serpong, Kademangan, Tangerang Selatan ini. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) masih terus melakukan penyelidikan.

Tempat pembuangan limbah di lahan kosong, berseberangan dengan rumah warga. Ia menyerupai taman. Ada banyak pepohonan. Tanah berumput. Tampak ternak peliharaan seperti ayam, berkeliaran di area itu.

Hingga kini, proses dekontaminasi paparan radiasi di lokasi temuan terus dilakukan. Langkah sudah dijalankan antara lain, memindahkan 115 drum berisi tanah dan vegetasi dengan indikasi terpapar radiasi.

Pada Minggu (16/2/20) pagi, Batan bersama Bapeten melanjutkan pembersihan (clean up) di area terpapar radiasi radioaktif.

Heru Umbara, Kepala Biro Humas dan Kerjasama Batan, mengatakan, radiasi itu berasal dari limbah Cesium 137. Mekanisme pembersihan, katanya, terus berjalan dan bergantian tiap kelompok. Tim ini, katanya, gabungan petugas ahli nuklir dari Batan dan Bapeten.

Dia bilang, alat pendeteksi lengkap hanya milik Batan. Personil terlibat dengan cara mengambil tanah terpapar.

Selain dijaga ketat kepolisian, para petugas pembersihan di lapangan mesti memperhatikan beberapa hal. Pertama, jarak pekerja yang melakukan pendeteksian dengan warga harus dibatasi. Ada policeline (garis polisi).

Kedua, pekerja yang sedang melakukan pengangkutan material memakai alat pelindung tubuh (baju timbal). Ketiga, pekerja yang membersihkan harus bergantian, ada waktu yang ditentukan. Setidak-tidaknya tidak lebih dari satu jam.

“Temuannya, dalam bentuk serpihan hingga perlu olah teknis di laboratorium Batan untuk bisa mengetahui identitas sumber radio aktif. Semua itu masih dalam proses penyelidikan”, katanya.

 


Titik temuan limbah radioaktif Celium 137 di dalam Komplek Perumahan Batan Indah. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

 

Menurut Heru, sumber limbah radio aktif Cesium 137 itu kebanyakan berasal dari kegiatan industri, kesehatan, pertanian dan biologi. Dalam industri untuk kalibrasi alat-alat industri. Untuk pertanian dan biologi, Cesium 137 berguna untuk mengawetkan makanan. Dalam kedokteran untuk terapi radiasi.

Dalam intensitas tinggi, paparan eksternal Cesium 137 dalam jumlah besar bisa memicu luka bakar, penyakit radiasi akut, bahkan kematian. Untuk jangka panjang, Cesium 137 bisa meningkatkan risiko kanker karena radiasi gamma yang dihasilkan.

“Tapi, kami pastikan sekarang intensitas radio aktif sudah rendah. Tidak seperti beberapa hari lalu dan kami belum bisa menduga siapa yang terkait dalam limbah yang dibuang itu”, katanya.

Dalam pembersihan, dilakukan bergantian tiap kelompok. Masing-masing kelompok hanya diperkenankan bekerja satu jam, kemudian bergantian dengan kelompok lain.

Pergantian itu untuk membatasi jumlah dosis radiasi yang diterima oleh pekerja supaya tidak melebihi batas kerentuan dan menjaga keselamatan pekerja.

“Sekarang, instensitas radiasi sudah rendah. Meskipun begitu, kami sudah memberikan batas atau jarak. Garis kuning polisi itu!,”katanya.

 

Pintu masuk komplek. Sekitar 200 meter masuk komplek itulah tempat limbah radioaktif ditemukan. Foto:Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Tempat nongkrong

David, warga komplek dengan rumah tepat di depan area pembersihan mengatakan, di lahan itu biasa banyak orang duduk dan nongkrong. “Dulu, banyak tukang ojek online biasa nongkrong dan menunggu penumpang di situ,” katanya, seraya bilang hingga kini belum ditanya atau ikut pemeriksaan kesehatan Batan.

Dia sudah tinggal di sana belasan tahun. Sejauh ini, David, tak merasakan sakit atau keluhan kesehatan apapun.

Evin, warga komplek bersama teman-temannya biasa gunakan lahan kosong itu untuk berkumpul hingga larut malam.

Batan ada meminta Evin untuk pemeriksaan kesehatan. “Kemarin saya diminta sama Pak RT. Evin, lu bersedia gak diperiksa kesehatan besok ke Batan? Nanti ada tiga orang. Sampai saat ini belum ada informasi lagi,”katanya. Saya coba menanyai ketua rukun tetangga tetapi menolak berkomentar.

Menurut Bapeten, sejak pertama kali dugaan radioaktif, warga sebaiknya diperiksa dengan cepat dan tepat.

Bapeten juga menganjurkan kepada warga sekitar untuk beraktivitas seperti biasa tanpa khawatir terpapar radiasi. Meskipun begitu, mereka mengimbau warga tak masuk ke areal dengan garis polisi untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan.

Batan lakukan pemeriksaan terhadap warga, bagaimana untuk satwa dan tumbuhan? Batan bilang, belum punya rencana pemeriksaan selain manusia. Menurut Heru, Batan fokus pada kesehatan manusia, setelah itu barulah pemeriksaan tanaman atau binatang di sana.

Djarot S. Wisnubroto, mantan Kepala Batan, dalam unggahan di akun Facebook mengatakan, temuan Ciseum 137 itu berupa serpihan padat. Jalur kontaminasi adalah via air hujan dan lain-lain, bukan melalui udara. Tanah sekitar dipindahkan sebagai sebagai limbah ke Batan.

Soal dugaan asal limbah, katanya, pengawas (Bapeten) mestinya memiliki data pengguna sumber energi tenaga nuklir. Dengan begitu, katanya, bisa berguna mempersempit daerah investigasi paparan radioaktif.

“Mestinya Bapeten punya data itu. Setiap pengguna radioaktif di Indonesia, harus mendapat izin Bapeten,”katanya.

 

Posko Kesehatan di depan Komplek Perumahan Batan Indah, Serpong. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Dari laman Agency for Toxic Substance & Disease Registry, Atlanta, Amerika Serikat menyebutkan, efek potensial Cesium 137 dalam jumlah besar dapat merusak sel tubuh bahkan menyebabkan kematian.

Gejala paparan radiasi singkat menyebabkan mual, muntah, diare, pendarahan, koma, bahkan kematian. Cesium 137 tingkat rendah yang terkontaminasi ke dalam tubuh manusia akan dikeluarkan oleh ginjal melalui darah. Sebagian kecil kandungan radioaktif itu akan keluar lewat urin dan feses (kotoran manusia).

Kalau bayi dalam rahim ibu yang terkena radioaktif dalam jangka panjang dapat mengalami kerusakan otak. Penurunan perkembagan sistem syaraf pada bayi akan mengakibatkan peribuhan perilaku atau penurunan kemampuan mental.

Asdul Qohhar, Kepala Humas dan Protokol Bapeten menyatakan, pada Senin (17/2/20) pagi dilakukan tes WBC terhadap sembilan warga yang dipilih dari tiga blok rumah terdekat dengan area terpapar radioaktif, yaitu Blok H, Blok I dan Blok J.

Mereka, katanya, diperiksa di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Badan Teknologi Nuklir Nasional, di Tangerang Selatan. Hasil pemeriksaan keluar dua hari setelah pemeriksaan.

 

Sengaja buang limbah?

Indra Gunawan, Kepala Biro Hukum, Kerjasama dan Komunikasi Publik Bapeten mengatakan, itu bukanlah kebocoran atau kejatuhan (fallout).

Menurut dia, radio aktif jenis Cesium 137 itu tampak sengaja dibuang di sana. “Intinya begini, perlu ditegaskan ini bukan kebocoran atau kejatuhan atau fallout, gitu. Semata-mata mungkin memang ada yang meletakkan, menaruh, membuang, atau apapun. Kita akan menginvestigasi lebih lanjut,” katanya.

AKBP Iman Setiawan, Kapolres Tangerang Selatan menyatakan, bekerjasama dengan Bapeten untuk menyelidiki temuan radioaktif ini. Polisi, katanya, akan menyelidiki lebih jauh soal dugaan ada pihak yang sengaja membuang limbah bahan berbahaya di komplek perumahan.

 

Truk Batan pengangkut limbah radioaktif. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Indra bilang, Bapeten regular menyelidiki dan penelusuran tiap-tiap wilayah yang punya fasilitas radioaktif di Indonesia. Saat pemeriksaan di Perumahan Batan Indah, mereka menemukan indikasi paparan radio aktif nuklir.

Secara berkala, lembaga itu penulusuran dengan menggunakan alat surveymeter, disebut RDMS-MONA. Alat itu akan mengeluarkan sinyal bila di suatu lokasi terlihat ada kenaikan radiasi.

Sinyal itu akan ditangkap oleh monitor yang akan kelihatan per wilayah, sama seperti GPS. Alat itu akan memberikan gradiasi warna sesuai dengan tingkat radioaktivitas. Warna merah menandakan tingkat intensitas radiasi tinggi.

Di sekitar Serpong, katanya, ada kawasan industri yang memakai fasilitas reaktor nuklir, seperti BUMN Industri Nuklir Indonesia (PT. Inuki) , dan Institute Teknologi Indonesia, termasuk Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Batan.

Mereka memastikan, tidak ada kebocoran reaktor nuklir dari berbagai fasilitas itu. Radiasi hanya ditemukan di area Perumahan Batan Indah.

Indra bilang, mereka juga mengecek paparan di luar lahan kosong itu. Hasilnya, normal.

 

Bahaya Cesium 137

Saat tahu ada intensitas Cesium 137 cukup tinggi di area itu, katanya, dapat membahayakan tubuh manusia. Paparan Cesium 137, dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker, katarak (penyakit mata), dan vitalitas pada pria (impotensi).

Guna mengetahui paparan zat berbahaya di air, Batan bekerja sama dengan tim teknis Bapeten. Mereka sudah ambil sampel tanah area itu. Mereka juga mengambil sampel vegetasi air (dari tanah) di lokasi yang sudah diberi garis kuning itu.

Hasilnya, tak ada paparan Cesium 137 meskipun sebagian masih ada yang diperiksa di laboratorium Batan.

Dia jelaskan, cara pengambilan sampel dengan mengeruk tanah sedalam 10 cm secara berulang-ulang. Kemudian mereka deteksi melalui alat, hingga dapat dilihat apakah tanah terpapar Cesium 137 atau tidak.

Surveymeter ini, katanya, mengukur laju dosis (intensitas) radiasi secara langsung. Alat itu mutlak dalam setiap pekerjaan yang menggunakan zat radioaktif atau sumber radiasi.

Ada monitor kontaminasi dengan fungsi mengukur kontaminasi zat radioaktif, baik di udara, tempat kerja, maupun yang melekat di tangan, kaki atau badan manusia.

 

Keterangan foto utama: Tim pemeriksa dan pembersihakn lokasi pembuangan limbah radioaktif. Sabtu, 16 Februari 2020, Komplek Perumahan Batan di Serpong jadi pusat perhatian. Pasalnya, di tanah kosong dalam komplek berjarak sekitar 200 meter dari pos penjagaan atau pintu masuk ditemukan tertanam limbah radioaktif Cesium 137. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

Tim sedang pembersihan limbah radioaktif. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version