Mongabay.co.id

Kakatua Jambul Kuning Terakhir Menanti Penetapan KEE Masakambing

 

 

 

 

Keberlangsungan hidup kakatua kecil jambul kuning sub spesies abbotti, berada di ambang kepunahan dengan populasi tersisa diperkirakan tinggal 25 ekor di dunia. Habitat terakhir Cacatua sulphurea abbotti ini berada di Pulau Masakambing, Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Berada di sebelah utara Pulau Madura, Pulau Masakambing, memiliki luas sekitar 7,79 km persegi, dengan titik tertinggi delapan meter. Pulau ini 155 km dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur berinisiatif jadikan Pulau Masakambing sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). Burung jambul kuning jenis abbotti kali pertama ditemukan 1907 oleh peneliti asal Amerika Serikat, WL. Abbott.

Sumpena, Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV Pamekasan, BBKSDA Jawa Timur, mengatakan, telah selesai melakukan berbagai persyaratan. “Untuk draf, semua persyaratan telah kita sampaikan ke gubernur. Kita nanti tinggal menunggu SK dari gubernur,” katanya, pertengahan Februari lalu.

Saat ini, di Jawa Timur, wilayah KEE ada tiga, di Teluk Pangpang (Banyuwangi), Kili-Kili (Trenggalek), dan Gresik.

 

Kakatua kecil jambul kuning sub spiese abbotti di Pulau Masakambing, Madura. Foto: BKSDA Jatim

 

Setelah Pulau Masakambing jadi KEE, kata Sumpena, BBKSDA dan tim kolaborasi terdiri dari instansi terkait punya rencana aksi di pulau terluar Madura ini, terutama untuk melindungi burung endemik dengan sebutan lokal bekka Masakambing ini.

Selama ini, kata Sumpena, pembangunan dengan memperhatikan ekosistem di Masakambing hanya beberapa instansi, dengan penetapan KEE berharap ada kolaborasi dari berbagai pihak. Ada perhatian lebih dari pemerintah pusat, provinsi, daerah, peneliti maupun akademisi.

“Dengan tim kolaborasi ini kita bisa mengembangkan bersama-sama, membangun Pulau Masakambing. Masyarakat Pulau Masakambing bisa maju, juga bisa merasakan manfaat dengan ada kakatua jambul kuning yang dikelola bersama-sama dengan tim kolaborasi yang terbentuk ini,” katanya.

 

Pulau Masakambing

 

Dia bilang, dengan penetapan KEE Masakambing, katanya, berbagai pihak bisa bersama-sama membangun, mengembangkan, dan melestarikan kakatua abbotti dan berupaya meningkatkan ekonomi masyarakat di Pulau Masakambing.

Pemerintah Sumenep, membuat tim kerja membangun dan mengembangkan Pulau Masakambing. Tim ini diketuai Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Yayak Nurwahyudi. Sekretarisnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Koesman Hadi. Para anggota, adalah berbagai dinas di lingkungan Pemerintah Sumenep.

“Mestinya setelah penetapan KEE itu baru rencana aksi, tetapi kita sudah mendahului rencana aksi di masing-masing organisasi perangkat daerah. Ya, macam-macam, masing-masing OPD melaksanakan aksi sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi-red) masing-masing,” kata Zaenal Arifin, Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Sumenep.

 

Bekka Masakambing (kakatua abbotti). Foto: BKSDA

 

Untuk DLH, katanya, tahun ini belum ada anggaran untuk Masakambing. DLH merencanakan program untuk Masakambing pada 2021, seperti pembuatan papan imbauan untuk menjaga dan melestarikan ekosistem, pembelian pohon sarang, dan penanaman randu.

Arifin bilang, sarang kakakua kecil jambul kuning abbotti di Masakambing, masih kurang. Selama ini, burung endemik itu hidup di mangrove, kelapa, dan randu. Dulu, burung-burung yang berstatus kritis ini dianggap hama oleh masyarakat hingga banyak diburu. Populasi makin menurun dan langka.

Pulau Masakambing, katanya, mempunyai potensi wisata bagus. Selain habitat burung langka, alam juga relatif lestari hingga akan menarik para wisatawan berkunjung, terutama wisatawan mancanegara.

Dia yakin, kalau alam Masakambing terawat baik akan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan ikon kakatua abbotti.

 

Keterangan foto utama:Pulau Masakambing, Kecamatan Masalembu, Sumenep, Madura, merupakan pulau terluar, rumah kakatua kecil jambul kuning abbotti (Cacatua sulphurea abbotti). Jenis kakatua abbotti ini dalam kondisi kritis, populasi tinggal 25 ekor. Foto: BKSDA Jatim

Kakatua abbotti, dalam kondisi kritis, tinggal 25 ekor lagi di dunia. Foto: BKSDA Jatim

Exit mobile version