Mongabay.co.id

Harimau Muncul di Sekitar Tol Pekanbaru-Dumai, Apa Penyebabnya?

Tol Pekanbaru-Dumai, Seksi IIC, Pekanbaru-Minas, berjarak tak sampai satu kilometer dari Taman Hutan Raya yang jadi rumah satwa, antara lain harimau. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

 

Satu harimau tampak manaiki tebing di Tol Pekanbaru-Dumai, seksi IIC. Foto harimau ini menyebar masuk ke grup Whatsapp Syawal, pekerja proyek jalan tol, sekitar pukul 18.19, Minggu (16/2/20). Syawal tak tahu siapa pertama kali melihat dan memfoto harimau itu.

Setelah foto itu tersebar dan diketahui banyak pekerja tol, mereka dapat peringatan berhati-hati. Syawal, bertugas menyemai rumput di tebing persis lokasi harimau itu tertangkap kamera. Dia punya empat anggota. Sebelum itu, pekerja tol juga pernah melihat jejak harimau di seksi IV.

Ahmad, pelaksana lapangan seksi I Pekanbaru-Minas, juga mengetahui hal itu. Informasi yang dia dapat, saat harimau hendak menuruni tebing, ada banyak anak gajah di bawah. “Apa mau makan anak gajah?”

Cecep, pelaksana lapangan seksi IID, juga mendapat kiriman foto sama. Dia bilang, harimau itu pertama kali dijumpai Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Cecep tak tahu orangnya. Dia tahu ada pekerja yang beberapa kali melihat harimau di sekitar lokasi kerja. Dia sendiri belum pernah melihat.

“Saya, alhamdulillah. Meski sering pulang malam belum pernah jumpa.”

Peringatan pada pekerja tol terhadap antisipasi perjumpaan dengan satwa memang disampaikan oleh penanggung jawab proyek, PT Hutama Karya, termasuk para subkontraktor. Di seksi IV, kata Cecep, ada papan pemberitahuan. Sebaliknya, di sesi II atau lokasi harimau terlihat belum ada papan peringatan.

Febri Anggriawan Widodo, Research and Monitoring (Tiger and Elephant) Modular Leader WWF Indonesia, mengatakan, di sekitar lokasi terlihat harimau ada dua kantong populasi satwa, yakni, kantong Giam Siak Kecil (GSK) dan Tapung-taman hutan raya (tahura)-Petapahan. Lebih dekat lagi dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas.

 

Pada 16 Februari lalu tersebar foto harimau harimau tampak manaiki tebing di Tol Pekanbaru-Dumai, seksi IIC. Foto: Heru Sutmantoro, Kabid Wilayah II KSDA Riau

 

Harimau dari dua kantong itu, diperkirakan kurang dari 10. Harimau itu, katanya, kemungkinan resident atau transient dengan kata lain, mencari wilayah jelajah baru. Faktornya, kata Febri, bisa karena ketersedian pakan, air, tutupan hutan makin menipis atau aktivitas manusia mulai padat. “Di sana memang ada harimau. Bisa jadi itu juga harimau tahura.”

Febri mengatakan juga, pembangunan Tol Pekanbaru-Dumai membelah kedua kantong harimau tadi. Bukan hanya membelah wilayah jelajah harimau juga menyentuh teritori mereka.

Dulunya, harimau ini saling terkoneksi. Kemungkinan terkini harimau dari dua kantong itu berpindah pada malam hari, waktu sepi atau di bawah jembatan. Informasi dari warga juga beberapa kali masih melihat jejak satwa ini.

Tol Pekanbaru-Dumai juga menghalangi pelintasan gajah dari dua kantong satwa tadi. Padahal, pembangunan jalan tol ini digadang-gadang memperhatikan interaksi dengan alam termasuk memperhatikan kehidupan satwa.

Danang Parikesit Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) mengatakan, tol ini paling unik dan baru pertama ada di Indonesia.

Tol Pekanbaru-Dumai disebut memiliki interaksi sangat baik dengan alam. Di beberapa titik dibuat terowongan untuk memudahkan gajah-gajah di sana lalu-lalang dengan lancar. Hal itu disampaikan pada Presiden Joko Widodo saat meninjau perkembangan salah satu Tol Trans Sumatera itu, Jumat 21 Februari 2020.

Mengutip situs PT Hutama Karya, setidaknya ada enam pelintasan gajah akan dibuat underpass, yakni, satu pelintasan di Sungai Tekuana, seksi II, tak jauh dari PLG Minas, Siak. Lebih kurang 13 gajah terpantau di sana. Kemudian seksi IV, akan dibuat lima pelintasan dekat dengan SM Balai Raja. Di sini, disebut, terpantau ratusan gajah.

 

Tol Pekanbaru-Dumai, Seksi IIC, Pekanbaru-Minas, berjarak tak sampai satu kilometer dari Taman Hutan Raya dan Pusat Konservasi Gajah.

 

Febri bilang, solusi sama untuk melindungi harimau juga bisa dibuat tetapi harus pastikan terlebih dahulu aktivitas pengayaan pakan untuk memancing satwa ini lewat terowongan yang dibuat. Di sekitar kawasan, katanya, juga harus ada pagar tinggi.

Bulan lalu, beberapa kali jejak harimau ditemukan di sekitar pemukiman masyarakat. Pada 17 Januari 2020, di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tenayan Raya, Pekanbaru.

Pada 22 Januari 2020, juga ada jejak harimau di Desa Trimanunggal dan Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Kemudian, di Tapung, sejak medio Desember 2019, sudah beberapa kali harimau bertemu masyarakat.

Sejumlah lokasi itu masih bagian dari wilayah jelajah harimau di kantong Tahura, Minas. Kepala UPT KPHP Tahura-Minas Zailani memastikan, Tol Pekanbaru-Dumai, tidak menyentuh kawasan konservasi yang mereka jaga

Dia bilang, tegakan hutan di sana terbilang utuh dan masih terpantau dengan kamera pengintai satwa langka seperti, beruang, gajah, burung termasuk harimau.

Heru Sutmantoro, Kepala Bidang Wilayah II KSDA Riau, mengatakan, harimau yang muncul di sekitar proyek Tol Pekanbaru-Dumai, tidak sampai satu kilometer dari tahura dan PLG Minas yang merupakan kantong satwa. Daerah itu, katanya, memang wilayah jelajah mereka.

 

Tol Pekanbaru-Dumai akan beroperasi sekitar akhir April atau Mei tahun ini. Tol akan menghubungkan Kawasan Industri Tenayan Raya, Pekanbaru, ke Kawasan Industri Dumai. Lama tempuh sekitar 1,5 jam.Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Pasang kamera pengintai

BKSDA Riau dan Hutama Karya, akan memasang 10 kamera pengingati di sekitar lintasan harimau baik dalam tahura maupun di luar. Sebelum kemunculan harimau minggu lalu, BKSDA Riau juga memasang enam kamera bersama Chevron di dalam tahura. Dia bilang, lebih dari satu harimau terpantau.

Dari foto dan ukuran jejak yang beberapa kali terpantau, Heru memprediksi itu harimau yang sama. Wilayah jelajah bisa mencapai 200-300 kilometer, terutama harimau jantan.

Senada dikatakan Febri. Wilayah jelajah harimau jantan, katanya, 360 kilometer dan betina 40-60 kilometer.

Menurut Heru, harimau harus bergerak menandai wilayah teritori dengan air kencing atau dalam masa berkembang dan mencari mangsa.

Menurut Febri, harimau bergerak dapat disebabkan tutupan hutan menipis, ketersediaan pangan, mencari harimau betina dan terlalu banyak aktivitas manusia.

Sebelum ada pembangunan tol, kata Heru, harimau sudah bergerak dan melintas di wilayah itu. BKSDA Riau, katanya, berkomitmen mengutamakan keselamatan satwa liar, seperti membangun pelintasan gajah.

Heru yakin, solusi itu cocok dan bisa untuk harimau dengan memodifikasi maupun adopsi pengayaan tanaman serta pakan satwa. Dengan membiasakan gajah jinak melintas di terowongan itu, akan merangsang satwa lain. “Satwa liar harus kita biasakan.”

Untuk pakan harimau, dia bilang masih cukup tersedia di tahura seperti babi hutan dan beruk.

Meskipun begitu, Heru tak menampik, Tol Pekanbaru-Dumai mengubah lanskap dan mengurangi tutupan hutan hingga mengganggu lintasan satwa. Namun, mereka bersama Hutama Karya komitmen utamakan pengelolaan satwa dan mendukung pelestariannya. Komitmen itu, katanya, sudah dirancang sebelum tol terbangun maupun setelah operasional nanti.

“Kita sudah beri konsep dan jelaskan titik lintasan satwa maupun persediaan pakan. Jangan sampai ke depan, terjadi kesalahan yang menimbulkan korban,” kata Heru.

Sembari itu, BKSDA Riau terus memantau perilaku harimau di sekitar tol. Sejauh ini, katanya, tampak normal, mereka takut ketemu manusia. Beda dengan harimau di Pelangiran, sudah menelan enam korban.

Dia meyakinkan, harimau yang muncul di sekitar tol memang berada di habitatnya. “ Itu hal biasa, tidak aneh.”

Mengutip laman Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPIP), panjang Tol Pekanbaru-Dumai 131,5 kilometer. Terbagi enam seksi, yakni, Pekanbaru-Minas, Minas-Petapahan, Petapahan-Kandis Utara, Kandis Utara-Duri Selatan, Duri Selatan-Duri Utara serta Duri Utara-Dumai.

Sesuai permintaan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Danang Parikesit menyampaikan pada presiden, Tol Pekanbaru-Dumai akan beroperasi sekitar akhir April atau Mei tahun ini. Tol akan menghubungkan Kawasan Industri Tenayan Raya, Pekanbaru, ke Kawasan Industri Dumai. Lama tempuh sekitar 1,5 jam.

 

Keterangan foto utama:   Tol Pekanbaru-Dumai, Seksi IIC, Pekanbaru-Minas, berjarak tak sampai satu kilometer dari Taman Hutan Raya yang jadi rumah satwa, antara lain harimau. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Tol dengan bagian bawah gajah dan kelompoknya. Tol Pekanbaru-Dumai, Seksi IIC, Pekanbaru-Minas, berjarak tak sampai satu kilometer dari Taman Hutan Raya dan Pusat Konservasi Gajah. Foto: Heru Sutmantoro, Kabid Wilayah II KSDA Riau

 

Exit mobile version