Mongabay.co.id

Musim Hujan, Penghasilan Petani Melon Menurun

 

Petani melon di Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, merugi akibat kondisi anomali cuaca pada musim hujan yang melanda sekarang ini. Menjelang masa panen, buah banyak yang pecah karena jatuh ke tanah. Sehingga petani panen lebih awal.

Petani setempat, Muhammad Rosyid, mengatakan saat musim hujan tingkat kerusakan tanaman melon ini bisa 50-80 persen, bahkan bisa sampai gagal panen. Berbanding dengan ketika musim kemarau, tingkat kerusakan buahnya tidak seberapa.

Selain itu, tanaman juga rawan dengan penyakit jamur. Daunnya jadi layu. Untuk penyakit ini masih dibilang beruntung daripada virus yang menyerang. Kalau sudah terserang virus kemungkinan besar banyak yang gagal. Tanaman melon banyak yang mati.

baca : Begini Cara Petani Buah di Lamongan Berbagi Keberkahan

 

Pengendara saat melintas diantara buah melon yang gagal panen di Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Menurut pria 33 tahun ini, sampai sekarang virus yang menyerang tanaman dengan nama latin Cucumis melo masih belum bisa diobati. “Banyak kawan-kawan petani juga mengeluhkan virus ini. Sudah pernah diteliti, tapi belum ditemukan obatnya,” katanya saat ditemui di lahan garapanya, pada Senin (24/02/2020).

Lanjutnya, kondisi cuaca yang tidak menentu dari awal bulan tahun ini membuat tanaman melon miliknya yang siap panen mudah terserang hama, buah banyak yang membusuk. Akibatnya, petani mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.

Awalnya, dia memproyeksikan 400 tanaman yang ditanam itu dalam kondisi normal saat panen bisa menghasilkan sekitar Rp40 juta, realitanya hanya mampu menghasilkan Rp20 juta. Di lahan seluas seperempat hektare itu Rosyid menghabiskan modal sebesar Rp25 juta.

baca juga : Petani Muda Lombok Ini Pulihkan Lahan dengan Gaharu dan Buah-buahan

 

Petani memeriksa tanaman melon yang siap panen. Melon termasuk salah satu tanaman yang berusia pendek, masa tanam hingga panen dibutuhkan waktu 75 hari. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Perbanyak Green House

Muhammad Mukti (52), petani lain menyadari, meskipun musim hujan ini tingkat kerusakan budidaya melon bisa lebih tinggi dibandingkan musim kemarau. Akan tetapi sebagian petani masih berani menanam. Alasanya, menanam melon sudah bagian dari pekerjaan. Selain itu, pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan tanaman cabai (Capsicum) dan jagung (Zea mays). Untuk masa tanam hingga panen dibutuhkan waktu 75 hari.

Menurut dia, harga dan pasar juga mendukung. Apalagi saat musim hujan harganya bisa lebih mahal. Untuk saat ini harga melon perkilonya Rp10-11ribu. Sedangkan satu buah melon bobotnya bisa 2-3 kilo, bahkan bisa lebih. Harga bisa lebih mahal karena tidak banyak yang berani menanam. Artinya, ditingkat petani produksinya tidak banyak.

“Meskipun harganya turun tapi tidak se-anjlok tanaman cabai dan jagung. Bisa dikatakan kalau berhasil soal keuangan lancar. Namun, ketika gagal tingkat kerugian juga besar,” kata pria berkacamata ini.

menarik dibaca : Alih Fungsi Lahan Penyebab Angin Kencang, Petani Apel Kota Batu Gagal Panen

 

Maki Zukhal (29) salah satu petani muda saat menujukkan tanaman melon yang dibudidayakannya. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Menanggai hal itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Lamongan, Rudjito mengatakan, melon merupakan salah satu solusi peningkatan pendapatan bagi petani di lahan-lahan yang unik, salah satunya seperti di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Karena tanaman ini mampu tumbuh di lahan kering dengan keterbatasan air.

Apalagi melon adalah komoditas tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jadi, di lahan-lahan marjinal budidayanya perlu ditingkatkan. Lebih-lebih lagi soal pangan itu tidak bisa ditinggalkan. Menurut dia, jika dengan cara konvensional ditanam saat musim hujan banyak yang gagal. Solusi yang cocok tentang budidaya dan kontinuitas tanaman melon dalam satu tahun yaitu dengan membuat rumah kaca atau green house.

Untuk itu, kedepan pihaknya akan memperbanyak memberikan bantuan green house ke kelompok tani. Sehingga kontinuitas dalam produksi melon bisa terjaga. “Orang makan melon itu kan tidak putus ya. Saya per hari juga makan melon. Sehingga kalau bisa setiap hari harus ada panen,” katanya. Untuk menjaga itu maka budidayanya yang harus semakin baik. Bagaimana caranya menanam melon itu tidak dibatasi oleh musim. Salah satunya dengan memperbanyak green house.

baca : Aksi Petani Pisang Mempertahankan Lahan Garapannya [1]

 

Ketika musim hujan tanaman melon membutuhkan perawatan yang ekstra. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Pasar Terbuka

Melon mempunyai beragam varietas. Kementrian Pertanian pada 2015 mencatat ada 94 varietas melon. Dari semua varietas ada 42 jenis melon kulit berjaring dengan daging putih, 27 varietas kulit tanpa jaring, dan 25 kulit berjaring dengan daging buah warna. Selain itu, melon termasuk salah satu tanaman yang berusia pendek. Tanaman ini bisa tumbuh baik di ketinggian 250-800 mdpl, dengan curah hujan antara 1.500-2.500 mm/tahun, dan kelembaban udara antara 50-70%.

Adapun di Indonesia menduduki posisi pertama produsen melon yaitu Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2018 menghasilkan 40.823 ton, kemudian disusul oleh Yogyakarta 30.743 ton, dan Jawa Tengah 35.522 ton. Total produksi melon secara nasional tercatat 118.708 ton.

Jumlah tersebut masih jauh di bawah komoditas buah-buahan lain seperti jeruk, nanas, semangka, apel, alpukat, dan jambu biji. Produksi melon nasional pada 2018 memang mengalami peningkatan sebesar 28%. Namun, ada kecenderungan penurunan produksi nasional. Karena ada penurunan luasan lahan panen melon secara nasional.

baca juga : Petani Lereng Merapi, Konservasi dan Mitigasi Bencana Lewat Kopi

 

Petani melintas dibawah bangunan green house untuk tanaman melon. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Sebelumnya, produksi melon tidak mendapatkan dukungan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pada tahun 2017 tak ada data yang menunjukkan nilai impor melon. Selama ini angka impor melon sangat kecil. Ini karena produksi melon dalam negeri masih mampu memenuhi permintaan pasar. Bahkan karena produksi melimpah, melon mampu diekspor ke luar negeri.

Mengutip dari Tirto.id, nilai ekspor melon pada 2017 lalu menunjukkan angka USD0,46 juta. angka ini bisa dibilang mengejutkan karena di tahun 2016 tidak ada catatan aktivitas ekspor melon. Di tahun 2018, nilai ekspor buah dari Indonesia mengalami kenaikan hingga 26.26%. Meskipun belum ada data pasti berkaitan dengan nilai ekspor melon, tapi dengan data tahun sebelumnya bisa dipastikan bahwa pasar melon sangat terbuka baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor.

 

Melon mempunyai beragam varietas. Dari semua varietas ada 42 jenis melon kulit berjaring dengan daging putih, 27 varietas kulit tanpa jaring, dan 25 kulit berjaring dengan daging buah warna. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version